Bab 10

479 40 0
                                    

Aku akan menunggumu, berusaha kuat hingga aku mendengar suaramu dan merasakan hangat tubuhmu

***

Sirine ambulance berbunyi memecah kemacetan Ibukota, terburu buru membawa pasien gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera. Yaa dia Aira. Mengalami kecelakaan karena kehilangan kendali atas mobil yang dikendarainya saat ia memutuskan pulang kembali ke Jakarta. Luka parah di kepala dan paru-paru serta patah tulang rusuk menjadi diagnosis pertama tim medis yang mengevakuasi Aira dari mobilnya. Tubuhnya terhimpit diantara kursi kemudi dan stir, mobil ringsek parah, dan menurut saksi mata mobil yang ditumpangi Aira keluar ruas jalan dan berguling beberapa kali sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan.

"Aira!! " ucap Shanti sembari menangis saat polisi datang memberikan kabar buruk ini ke rumah dinas Erlangga.

"Bagaimana keadaan pasien, dokter?" Tanya Erlangga saat sampai di ruang ICU rumah sakit Medistra.

"Pasien mengalami benturan keras pada kepalanya dan juga paru-parunya mengalami kerusakan karena benturan keras hingga harus dibantu dengan alat untuk membantu pasien bernafas. Dan dengan sangat menyesal pasien mengalami keguguran." Ucap dokter.  Mendengar ucapan dokter itu seolah dunia Erlangga dan Shanti runtuh. Shanti bahkan tidak mampu menopang tubuhnya dan seketika lemas.

"Mah.. kuat mah.. kita harus kuat.. temani Aira.. " ucap Erlangga sembari memeluk sang istri dan menguatkannya.

"Abang.. Aira sakit.. Aira nunggu Abang disini.. Abang cepet pulang ya.. Aira kangen.."

"Kita kabari Ibas,pah.. dia berhak tau kondisi Aira.. Mama takut.. Mama takut Aira ----" ucap Shanti seraya kembali menangis. Erlangga terdiam, matanya terus memandang ke dalam ruangan dibalik kaca yang menjadi pemisah.

"Ibas sedang bertugas, Mah.. Ibas di sana juga sedang berperang. Semoga ada keajaiban untuk putri kita Mah.." ucap Erlangga sembari menahan tangisnya. Shanti memeluk tubuh suaminya erat.

"Kenapa juga Aira nggak mau pakai sopir ya pah.. coba kalau pakai supir nggak akan seperti ini kejadiannya.. lagipula kenapa dia tiba-tiba langsung jalan pulang ke Jakarta, bukannya awalnya dia ingin nginep di rumah Ibas..", ucap Shanti masih tidak mempercayai takdir yang sedang dihadapi putri satu-satunya itu.

"Mah..."

"Mamah takut pap.. Kalau sampai  Aira -----" Shanti kembali menangis histeris.

Aira masih terbaring didalam ruang dingin itu setelah dilakukan beberaap kali operasi. Hidupnya hanya bergantung pada alat bantu yang terpasang di tubuh Aira.

"Harapan pasien untuk hidup rendah,Pak... Dia hanya bisa bertahan dengan menggunakan ventilator untuk bernafas karena setelah dilakukan oprasi fungsi paru-parunya tidak dapat kembali seperti semula. Dan kami menyatakan pasien dalam kondisi koma. Berdoalah semoga Tuhan memberikan mukjizatnya.." ucap dokter yang menangani Aira.

Abang.. Aira nggak kuat.. Aira pengen ketemu Abang.. tanpa sadar setetes cairan bening keluar dari ujung mata Aira. Shanti yang sedang menunggu di sebelah ranjang Aira pun segera menggenggam tangan Aira dan menghapus air matanya.

"Aira sakit ya.. ditahan ya nak.. Yang sabar ya sayang.. Abangmu sebentar lagi pulang.." ucap Shanti sembari terus menggenggam tangan putri kesayangannya.

Abang.. ayo pulang.. Aira tunggu Abang pulang...

Bersambung

KAMU DAN KENANGAN (CERPEN ) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang