Bagian 7

30 7 4
                                    

"Ada yang cinta namun malu mengatakan.Itu perasaan,bukan setitik aib. Entah mereka yang bodoh, atau mungkin mereka pengecut. "

Author pov

Saat ini Devin sedang berada di rooftop bersama kedua temannya. Yang sedang duduk sambil menyilangkan kakinya itu  Vano Septian atau biasa dipanggil Vano. Manusia tampan dengan tubuh tinggi dan hidungnya yang mancung. Serta kulit putih yang menambah kesan manis pada wajahnya.

Sedangkan yang tengah bermain game itu Reza Jonathan atau biasa dipanggil Reza. Manusia yang juga tampan dan berwajah imut. Tak jauh berbeda dengan Vano. Intinya, mereka tiga manusia tampan yang diciptakan Tuhan dengan wajah di atas rata-rata.

Mereka memang biasa menghabiskan waktu istirahat di rooftop sekolah. Atau bila sedang bolos, mereka akan berakhir disini. Menikmati semilir angin dan menyaksikan pemandangan sekolah dari atas rooftop.

Devin masih sibuk dengan handphonenya. Ia tampaknya sedang berkomunikasi dengan seseorang. Mereka sama-sama terdiam, hanya suara dari game Reza yang mengisi kesunyian mereka.

"Sibuk amat Dev. "Suara Vano memecahkan kesunyian. Ia sudah sejak tadi memperhatikan Devin yang sibuk atau mungkin pura-pura sibuk dengan handphonenya.

"Tau tuh, diajak kesini malah sibuk sendiri. "Tutur Reza. Memang, diantara mereka bertiga mulut Rezalah yang paling somber. Bisa dikatakan ia makhluk tampan yang bermulut cerewet. Ia bisa menggaet 4 sampai 9 cewek jika sedang mood menggombal. Namun, ia juga yang paling pandai dalam soal menghujat. Jadi, jangan heran kalau mendengar ucapan Reza setajam belati.

"Lagi ngapain sih Dev? "Tanya Vano. Ia tipe cowok yang asik dan pengertian. Tapi, jarang berurusan dengan perempuan. Ia hanya nyaman di zona pertemanan, dan ia tak punya teman selain Devin dan Reza.

"Chattan sama Tamara. "Jawab Devin singkat. Memang, akhir-akhir ini Devin kelihatan sibuk dengan seseorang. Dan parahnya ia tak memberitahukannya kepada dua curut di depannya ini.

"Tamara siapa tuh? Cewek apa cowok dulu tapi? "Tanya Reza dengan antusias. Bagaimana tidak, baru kali ini dia tahu Devin chattan dengan seseorang. Selama mereka berteman dari SMP, belum pernah ia melihat Devin seperti sekarang.

"Yah ceweklah. "Jawab Devin cuek. Bagaimanapun, ia seharusnya memberitahukannya kepada kedua sahabatnya ini. Kalau ia menyukai seseorang.

Sontak saja Vano dan Reza terlonjak. Agak speechless mendengar jawaban Devin. Yah gak salah sih, tapi modelan kek Devin chattan sama cewek?.

"Serius? "Tanya Reza berusaha menyakinkan dirinya bahwa yang didengarnya barusan bukanlah khayalannya.

Devin hanya mengangguk. Dan menatap kedua temannya bergantian.Kemudian mengatakan,
"Namanya Tamara Amora. Kelas X Mipa 1."

"Anak kelas unggulan dong. Yah bagus sih, jadi sekarang lo ada gebetan. "Kata Vano. Ia sangat mendukung sahabatnya ini, takutnya nanti malah belok. Hhhhh...

"Cantik gak tuh? Kalau pintar doang mah, cewek jelek mah banyak. "Nah belum apa-apa mulut tajam Reza sudah beraksi.

"Nanti aku tunjukin orangnya. "Putus Devin. Ia tak marah mendengar ucapan Reza. Baginya, omongan Reza adalah pemanis di mulut sahabatnya itu. Apa katanya? Pemanis? Itu pedes woiii...

Realmente Amo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang