"Kamu ibarat mentari dan aku buminya. Tanpamu aku lumpuh. Tanpaku kamu mengeluh. "
Sepulang diantar Devin, aku sedang rebahan santuy di kamarku. Tidak ada pembicaraan special antara aku dan Devin tadi. Hanya sekedar mengantarku dan dia hanya diam. Seakan ia tak mengatakan apa-apa tadi pagi.
Jengkel? Tentu saja. Bagaimana aku bisa suka dengan manusia semacam Devin yang sulit ditebak. Huh,kalau beginikan aku yang bingung sendiri.
Devin
TamaraNotif chat Devin membuatku kembali tersadar dari lamunanku. Aku sudah tidak asing jika Devin mengirimiku pesan chat, walaupun singkat. Tapi, aku deg-degan setiap Devin mengirimiku pesan chat.
:knp?
Kita balasnya singkat juga yah readers. Bukan apa-apa,sepertinya orang seperti Devin juga pantas mendapatkan perlakuan seperti itu.Direspon singkat.
Devin
GppYaelah nih anak juga balasnya singkat. Hemat kata banget nih anak. Dia pikir aku segabut itu ladenin chat gak jelas dia. Emang lagi gabut sih. Hehe...
Devin
Mau nontonin aku
main futsal gak?:bt ap?
Okeh aku balasnya udah singkat parah. Aku sempat terkekeh melihat pesan balasanku ke Devin. Emang dia paham maksud aku?Eh Devin ajak aku nontonin dia futsal? Aku tersenyum. Karena apa? Gak tau. 😂Emang aku orangnya gak jelas, jadi biarin aja.
Devin
Buat smangatin akuMau yah?
Yaudah, aku jemput
Aku tak perlu membalas lagi chat Devin. Apa yang kulakukan? Aku senyum-senyum lagi readers. Jadi, Devin butuh penyemangat. Dan itu aku. Jantung auto konser di dalam rongga sampai nyenggol ginjal. Pipi auto memerah kek kepiting rebus.
Sadarkan Hamba dari kebaperan yang hakiki ini. Dengan secepat kilat aku mengganti pakaian dan memasangkan topi di atas kepalaku. Aku hanya mengantongi handphoneku dan beberapa lembar uang. Kenapa gak mungsiin tas? Aku tipe orang yang gak suka bawa tas kalau gak penting-penting amat.
Nah selesai, tinggal nungguin Devin. Aku pamit kepada Bi Ijah yang kebetulan hanya ada beliau di rumah. Sedang ibuku menjemput ayahku di bandara. Yups, ayahku hari ini pulang dari luar kota dan akan menghadiri beberapa meeting yang harus ditemani ibuku.
Devin sampai di halaman rumahku beberapa menit kemudian. Dia memakai baju futsal yang ia tutupi dengan hoodie birunya. Devin ganteng banget, sumpah.
"Berangkat yuk. "Ajak Devin sambil memberikan helm padaku.
Aku menerimanya dan segera menaiki motor Devin. Aku bersyukur motor Devin bukan motor sport seperti cowok kebanyakan. Udah naiknya rempong, duduknya juga susah. Motor Devin lebih santai tapi juga sangat keren. Apalagi kalau yang make itu Devin.
"Futsalan dimana? "Tanyaku saat kami meninggalkan rumahku.
"Lapangan dekat sekolah. "Jawab Devin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Realmente Amo?
Teen Fiction"Pernah berada diposisi nyaman tanpa ikatan, dekat tanpa kepastian, dan saling suka tapi tak saling kata? Jika iya mari kita gandengan. Kita senasib. Hehehe... Hi, aku Tamara Amora. Aku akan menceritakan kisahku dengan Devin. Aku jatuh cinta berka...