Bagian 22

2.7K 310 62
                                    

Untuk pertama kalinya Hye Kyo melihat tatapan putrinya yang tajam dan siap membunuh siapapun di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pertama kalinya Hye Kyo melihat tatapan putrinya yang tajam dan siap membunuh siapapun di hadapannya. Keheningan yang terjadi setelah Jisoo meletakan map dengan keras di meja tepat di depan Woo Bin membuat suasana tampak tegang.

Ia tahu semua ini cepat atau lambat akan terjadi. Putrinya yang biasanya ceria, kini sudah berubah menjadi singa yang mengamuk.

Jika saja ia bisa mencegah suaminya untuk tidak ikut campur dalam hubungan putrinya, mungkin situasi ini tidak akan pernah terjadi. Bahkan dirinya bisa melihat bekas tangis di mata cantik putrinya.

"Ini milik pribadi ayah, Kim Jisoo."

"Aku tahu. Tapi untuk apa ayah melakukan semua itu? Apa tidak cukup ayah membuat Eunwoo hancur?"

Woo Bin menghela napas berat sebelum meminta Jisoo duduk dengan tatapannya. "Ini semua tidak ada sangkutpautnya denganmu, sayang."

Hye Kyo bisa melihat semua kebohongan di mata suaminya dengan jelas. Putrinya juga tahu jika ayahnya sedang berbohong. Tidak ada yang bisa menyembunyikan apapun di rumah ini.

"Bagaimana tidak ada sangkutpaut denganku? Kami menjalin hubungan, ayah. Urusannya jadi urusanku juga."

"Apa menurutmu ayah peduli dengan itu? Apa kau lupa jika semua laki-laki yang ingin mendapatkanmu harus melewati ayah dulu?"

"Tapi ayah tidak perlu melakukan ini semua?"

"Sudah ayah katakan, jika ini bukan urusanmu."

Keheningan kini mulai menyergap mereka bertiga. Jisoo sudah berdiri dengan tangan terkepal, putrinya jelas-jelas berusaha menahan diri agar tidak meledak di depannya dan Woo Bin.

Dan tanpa di duga, Jisoo justru bersimpuh di lantai, memeluk kaki ayahnya. Membuat Hye Kyo dan juga Woo Bin tersentak kaget. Bagaimana ia akan membiarkan putrinya seperti ini? Dia seorang ibu. Tidak mungkin ia akan membiarkan putrinya menjadi tidak berdaya.

"Kim Woo Bin, jelaskan saja. Jisoo berhak tahu," serunya sembari memegang lengan suaminya.

Woo Bin melihatnya dengan tatapan tajamnya. "Tidak. Dia tidak pernah paham."

"Ayah... Ku mohon... Hari ini dia demam, tubuhnya semakin kurus, dan dia kurang tidur. Aku tidak ingin dia terluka, ayah," Suara Jisoo sudah berubah menjadi parau. Hati Hye Kyo terasa di remas kuat-kuat, membuatnya bisa merasakan sakit dan sesak yang dirasakan putrinya.

Namun seolah tidak melihat dan mendengar putrinya, Woo Bin justru bangkit berdiri. "Itu berarti dia tidak pantas untukmu. Ayah tidak akan berhenti sebelum merasa puas."

Di saat seperti ini justru dirinya tidak bisa berbuat apapun.

"Ayah, ku mohon... Dia bekerja keras untuk menyelesaikan masalahnya. Jika saja hari ini dia tidak sakit, mungkin aku tidak akan pernah tahu masalahnya."

Beautiful Lips (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang