Bagian 24

2.5K 295 46
                                    

Langit senja seolah mengerti perasaan beberapa insan yang tengah berduka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit senja seolah mengerti perasaan beberapa insan yang tengah berduka. Langitnya menggelap seiring dengan suara gemuruh yang diikuti rintikan air. Hujan sore itu seperti apa yang dirasakan Jisoo. Mendung, penuh gemuruh petir, serta tangisan yang begitu deras namun tak tampak oleh mata.

Sembari mengulas senyum sedih, Jisoo mengusap pintu kaca kecil dengan ukiran pada permukaannya 'Jeong Yun Ho'. Nama yang indah untuk seorang anak yang belum sempat melihat indahnya dunia.

Usapan lemah Jisoo berubah menjadi getaran pelan, melemahkan kakinya untuk bisa berdiri dengan tegak.

Lengan Jaehyun dengan kuat menahan tubuhnya. Tangan laki-laki itu terulur membuka kotak kaca, meletakan lilin kecil yang sudah ia nyalakan, beraroma mawar, seperti kesukaan Jisoo.

"Yun Ho~ah, ini ayah. Maaf baru bisa mengunjungimu sekarang. Ibumu baru saja pulih, dan baru sehat untuk berpergian."

Suara lembuat Jaehyun tak mampu menenangkan Jisoo. Dadanya semakin sesak melihat kotak kaca. "Jeong Yun Ho, ini ibu, sayang. Maaf tidak bisa menjagamu. Jangan marah pada ayah dan ibu, kami menyayangimu."

Tubuh Jisoo seolah luruh, dia berbalik dengan cepat dan menyembunyikan wajahnya di dada Jaehyun. Padahal ia sudah membayangkan bagaimana jika perutnya membesar, bagaimana ia merasakan ada nyawa lain dalam dirinya, bagaimana menjalani setiap hari bersama kandungannya. Namun takdir berkata lain.

Usapan lembut di rambutnya meruntuhkan pertahanan Jisoo. Dirinya sudah tidak sanggup berada di tempat itu. Terlalu menyesakan.

"Jaehyunie, ayo pulang," ucapnya parau.

Jisoo bisa merasakan ciuman panjang di puncak kepalanya, seolah membujuknya untuk lebih tenang lagi. "Kita biarkan kotaknya terbuka sampai lilinnya mati," balas Jaehyun pelan.

Kemudian Jisoo merasakan pelukannya terurai. Jaehyun tersenyum menatapnya. Mengusap pipinya yang entah sejak kapan basah. "Ada yang ingin kau berikan tinggalkan?"

Ia mengangguk. Kemudian mengambil alat tes kehamilan dari dalam tasnya.

Tes kehamilan yang menunjukan hasil positif.

Jisoo meletakan alat kecil itu ke dalam kotak, kemudian meletakan setangkai kecil bunga mawar.

"Yun Ho sayang, ibu berjanji akan lebih hati-hati lain kali. Maafkan ibu tidak bisa menjagamu dengan baik," ucapnya serak. "Semoga kau selalu bahagia, sayang. Ibu dan ayah sangat mencintaimu."

Setelah berdoa, Jisoo merasakan rangkulan pada pundaknya. Jaehyun membawanya untuk duduk di kursi. Dari tempatnya, ia bisa melihat kotak Yun Ho terang oleh lilin. Kemudian ia menoleh pada laki-laki di sampingnya. Jaehyun terlihat terkejut, matanya membulat, dan wajahnya memucat. "Apa kau sudah melakukan tes?"

Jisoo mengangguk. "Saat sampai di rumah, aku sangat penasaran, dan aku ingin menghubungimu. Tapi aku terlalu emosi pada ayahku."

Tubuh Jisoo kembali masuk dalam pelukan Jaehyun. Laki-laki menghujaninya dengan kecupan di puncak kepala. "Kim Jisoo, menikahlah denganku! Ayo hidup bersama denganku, kita akan tinggal di manapun kau mau, kita bangun dunia kita sendiri."

Beautiful Lips (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang