Bagian 47

2K 259 40
                                    

Masih duduk dengan penutup mata, Jisoo bisa merasakan semilir angin yang semakin dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Masih duduk dengan penutup mata, Jisoo bisa merasakan semilir angin yang semakin dingin. Namun kegugupan dan rasa penasarannya membuat segalanya tidak masalah. Dia masih menunggu Jaehyun untuk melanjutkan ucapannya.

Lagi, ia bisa mendengar Jaehyun menarik napas dan menghembuskannya.

"Kim Jisoo..."

Jisoo menolehkan wajahnya, merespon panggilan Jaehyun tanpa menjawabnya. Tangannya merasakan sentuhan dari Jaehyun, lalu ia juga merasakan genggaman hangat.

"Kau tahu, aku sedang gugup sekarang. Sangat. Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini," Jisoo tersenyum lebar mendengar ucapan Jaehyun. Ada sedikit rasa bangga dan sombong yang muncul di hatinya hanya karna ucapan Jaehyun.

Lalu hening sejenak sebelum Jaehyun melanjutkan ucapannya. "Sayang, aku tahu kita sudah menjalani banyak hari bersama. Dan aku tahu kau pasti sering sekali menahan diri untuk tidak membunuhku karna ulahku."

Jisoo terkekeh pelan, membenarkan. Kadang, Jaehyun memang sangat menyebalkan. Tapi ia pasti juga sama menyebalkannya.

"Begitupun aku yang kadang harus menekan amarah karna ulahmu."

Kali ini Jisoo bisa mendengar sedikit tawa dari Jaehyun. "Kim Jisoo, hari ini tidak akan ada rahasia di antara kita. Hari ini semuanya akan ku katakan. Baik dan buruk."

Mendadak. Jisoo ikut tegang. Tangannya saling bertaut, terasa dingin karna perasaannya yang menahan gugup. Ia tahu, setelah ini, apa yang terjadi pada hubungan mereka bergantung pada yang mereka katakan satu sama lain.

"Aku tidak suka ketika kau keras kepala untuk pergi jalan-jalan seorang diri. Jika memang aku tidak bisa menemanimu, ajaklah siapapun, adikku, adikmu, Haechan, Jisung, Irene, Joy, siapapun asal tidak sendiri," ucap Jaehyun seolah sudah menghitung di angka satu. "Dua kali kau pergi jalan-jalan sendirian, satu kau tertidur di kafe, dua kau tidak tahu jalan pulang. Itu sangat mengkhawatirkan untukku."

Jisoo sangat ingat saat ia bertengkar dengan Jaehyun, lalu pergi jalan-jalan sampai tidak tahu jalan pulang dan berakhir menangis di telepon pada Jaehyun.

"Setiap kali aku harus ke luar kota untuk pemotretan, kau selalu merengek meminta ikut. Sama sekali tidak masalah untukku, aku selalu senang jika kita bisa bersama setiap saat. Tapi saat aku bekerja, aku tidak ingin selalu mengkhawatirkanmu. Dan mengijinkanmu ikut, itu artinya aku harus memaksa delapan puluh persen otakku untuk memikirkanmu. Bukankah itu tidak baik untuk pekerjaanku?"

Hening...

"Tidak perlu dijawab, pasti kau sendiri tahu bagaimana."

Lagi-lagi Jisoo tertawa mendengar kalimat Jaehyun. Laki-laki itu melarangnya bicara namun masih ingin meminta jawaban padanya.

"Beberapa bulan ini, ku habiskan untuk belajar tentang perusahaan, dan kau habiskan untuk kesembuhanmu," Jisoo mengepalkan tangannya, mengingat bagaimana waktu mereka habis untuk masing-masing. "Tapi setiap hari, rasanya selalu kita habiskan bersama. Untuk masa depan yang lebih baik."

Beautiful Lips (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang