Bagian 42

2.1K 256 19
                                    

Sudah lebih dari satu jam Jisoo duduk lemas di kursi yang ada di gudang galeri. Sesekali ingatannya memutar lagi bagaimana dia bisa sampai di gudang. Matanya mengerjap mencoba fokus pada orang di depannya. Cha Eunwoo.

Jisoo bisa merasakan nyeri pada perutnya yang semakin menyiksa.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Eunwoo mengambil tempat duduk di hadapannya. Jisoo masih berusaha mencari kesadarannya perlahan. "Kim Jisoo, apa kau tahu kenapa aku melakukan ini?"

Dengan usaha keras, Jisoo menggeleng.

Lalu Eunwoo mendekat, menjepit dagunya, kemudian menciumnya dengan kasar. Kening Jisoo berkerut merasakan perih pada sudur bibirnya.

Ingin sekali Jisoo mendorong dan menampar Eunwoo, tapi keadaannya yang sangat lemas membuatnya tak berdaya. Padahal Eunwoo tidak mengikatnya atau menahan tubuhnya. Sebenarnya apa yang laki-laki itu lakukan padanya?

"Andai saja saat itu kau bisa mendengar penjelasanku seperti kau mendengar Jaehyun. Kenapa kau harus membiarkan ayahmu menghancurkanku? Apa kau tahu rasanya kehilangan orang yang kau sayang dalam waktu bersamaan?"

Jisoo berusaha mengangkat kedua tangannya, meraih wajah Eunwoo, tapi semudah itu Eunwoo menghindarinya.

"Semuanya sudah terlambat, Jisoo."

"Eun-eun...woo-"

"Hari ini kau juga harus melihat orang kau sayangi pergi."

Tidak! Jisoo tidak ingin itu terjadi.

"Atau, orang yang kau sayangi akan kehilangan dirimu. Ayahmu, ibumu, Jeong Jaehyun akan melihatmu tiada," ucap Eunwoo mengeluarkan botol kecil dari sakunya. "Setelah gagal membuatmu dan Jaehyun hancur, ini adalah jalan terakhir."

Eunwoo menghampirinya, kembali menjepit dagunya, menariknya agar mendongak, lalu membuka mulut Jisoo. Dengan mudah, Eunwoo menuang cairan dalam botol kecil itu ke dalam mulutnya. Dan Jisoo bisa merasakan cairan itu turun ke tenggorokannya tanpa halangan.

"Aku tidak lagi peduli bagaimana nasibku. Karna semuanya memang sudah berakhir."

Jisoo merasa seluruh tubuhnya sakit, napasnya begitu sesak untuk bernapas, dan semuanya terasa sangat dingin. Tubuhnya jatuh dari atas kursi, terjerembab ke lantai begitu saja. Ia merasakan sakit di selurih tubuhnya, membuatnya merintih meminta tolong, namun Eunwoo seolah tidak peduli.

Di saat yang sama, Jisoo melihat pintu terbuka. Kemudian Jaehyun dan Johnny masuk.

Johnny terlihat menekan tubuh Eunwoo ke lantai dan menahan tangannya di punggung. Sedangkan Jaehyun membawa tubuhnya ke pangkuan laki-laki itu.

Mata Jisoo terasa sangat berat, kepalanya sudah pusing, dan tubuhnya seolah mati rasa. Ia tak bisa lagi mendengar suara Jaehyun. Tapi pandangannya masih bertahan pada wajah laki-laki itu.

Tubuh Jisoo melayang, dia dibawa pergi keluar dari gudang. Dan setelah itu semuanya gelap. Sangat gelap.

***

FLASHBACK ON...

"Nanti siang saja berangkat denganku, sayang."

Jisoo mengerucutkan bibirnya ketika Jaehyun tidak mengijinkan dirinya pergi ke penggalangan dana di galeri. Dia mendekat dan bergelayut manja di lengan Jaehyun. "Ayolah, Jaehyunie. Aku akan bergandengan dengan Rose."

"Tidak."

"Ku mohon..."

Jaehyun menghela napas berat. "Kim Jisoo, aku masih sibuk untuk rapat direksi, dan aku tidak mau membiarkanmu bertemu laki-laki itu."

Beautiful Lips (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang