.....
Pekerjaan yang melelahkan,dan beban fikiran yang berkecamuk, di tambah rasa rindunya terhadap keluarga, sudah lama rasanya Meishya tak pulang kerumah, hingga sepulang dari kampus Meishya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, bertemu dengan ayah dan ibu jika ada.
Meishya mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, perjalanan menuju rumah orang tuanya memang lumayan sedikit jauh dari kampus Meishya, yang berjarak kurang lebih 10 km.
Sambil menuju pulang, Meishya memutuskan mampir untuk sekedar membeli bingkisan, lalu melanjutkan perjalanannya, sesampainya dirumah dan selesai memarkirkan mobil, suara gaduh itu terdengar.
"Bisa nggak usah ikut campur urusan aku?!" Teriak Hanna pada Ivan.
"Mau gimana pun aku suami kamu!" Balas Ivan.
"Suami yang tak di harapkan!"
"Aku tau kita karena di jodohkan!"
Meishya segera berlari menuju tempat di mana ayah dan ibu nya bertengkar, melewati anak tangga tanpa memperdulikan pijak langkah nya.
"Cukup!!!!!" Teriaknya lantang, sungguh sudah muak bagi Meishya melihat pemandangan seperti ini.
"Bisa nggak sih kalian berhenti berantem terus?!, kalian ngga malu? Aku udah gede harus liat kalian kaya gini terus?!" Lanjutnya dengan berteriak emosi dan mata yang mulai berkaca-kaca.
Seketika keduanya terdiam, menatap Meishya dengan perasaan bersalah, harusnya mereka berfikir bahwa anaknya tidak lagi gadis kecil yang manja.
"Sya?" Ucap Ivan menatap putri nya sendu.
"Hiks, hiks" Tangisnya pecah, ia sangat merindukan harmonisnya keluarga.
Hanna yang melihat putrinya menangis, lebih memilih pergi, entah lah sejak dulu Hanna memang tak begitu perduli dengan putrinya itu.
Ketika melihat Meishya, kebenciannya terhadap Ivan semakin menjadi."Maafin papah Sya" Ucap Ivan sambil memeluk putri kesayangannya.
"Ke.. Kenapa si pa, a.. Aku harus ngerasain kaya gini" Ucapnya terbata karena tangisnya yang pecah.
.....
Meishya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, rasanya sudah malas dengan kehidupan yang seperti itu.
Meishya mengambil ponselnya, mendial nomor telfon sahabatnya, Jenis.Panggilan terhubung.
"Hallo"
"Iya Sya, ada apa?" Suara Jenis terdengar sangat lembut.
"Lo dimana Jen?" Tanya nya dengan suara serak.
"Lo kenapa?!" Tanyanya panik "gue di rumah Sya" Lanjutnya.
"Oke" Dan panggilan pun terputus.
Jenis sangat paham dengan tingkah sahabatnya itu, dirinya lah orang yang di cari saat Meishya punya masalah.
Tak lama Meishya pun datang, langsung memeluk Jenis dan menangis sejadi-jadinya."Lo kenapa Sya?" Tanya Jenis khawatir. "Kenapa? Zave bikin masalah? Cerita sama gue! Kurang ajar itu anak!" Lanjutnya dengan emosi
"Bukan Jen, hikss, nyokap bokap gue" Tuturnya masih dengan tangis.
"Kenapa lagi sama mereka? Sampe lo nangis kaya gini cerita sama gue" Katanya lembut dan masih memeluk Meishya erat.
"Berantem lagi" Tuturnya
"Terus gimana?, bukannya lo udah sering liat mereka berantem?" Jenis memang tau betul bagimana keadaan Meishya.
"Cape gue Jen liat kaya gitu mulu, apa lagi mamah gue lo tau sendiri hikss"
"Sya, lo masih punya gue, masih punya Zave, papah lo masih perduli ko"
"Makasih ya Jen lo selalu ada buat gue" Ucap Meishya dengan raut sedih.
"Dih najis muka lo apaan dah" Cletuk Jenis dan sukses membuat Meishya tertawa.
"Dih sedih goblok gue,haha"
Dan seperti biasa mereka selalu berkumpul di ruang keluarga. Bercanda tawa, menghabiskan makanan, hingga ghibah yang sering terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
424
RomanceSeorang gadis cantik dengan sejuta mimpi dan cintanya, yakin dengan hatinya bahwa kekasihnya-lah cinta terbaiknya, hingga pada suatu saat takdir berkata lain. Pada dasarnya manusia hanya bisa berencana, dan Tuhan yang menentukan. baca terus 😍 kal...