egois

2 2 0
                                    


.....

Hari bahagia itu sudah berlalu, kini meishya menjalani hari seperti biasanya, tidak ada kejutan, tidak ada hadiah ya memang hari sepesial hanya berlaku sekali.

Meishya sedang duduk di caffe menunggu Zave datang, kekasihnya itu berjanji akan datang tepat waktu pukul 16.00, namun kini jam sudah menunjukkan pukul 16.20 Meishya datang lebih awal agar Zave tak lama menunggu ketika ia sudah sampai dulu, namun Zave tak kunjung menampakkan batang hidungnya hingga jam terus berputar.

Duapuluh menit sudah mobil kuning itu bertengger di parkiran depan caffe, saat Meishya hendak meninggalkan caffe, Zave muncul dengan santainya.

"Sayang" Panggilnya saat melihat Meishya yang hendak berdiri.

"Kamu tuh ya nggak tepat waktu banget deh" Keluh Meishya kesal.

"Ya maaf macet bi" Ucapnya datar. "Kenapa nggak pesen apa-apa?" Lanjutnya.

"Nggak mood aku"

"Maaf bi lain kali nggak gitu ko" Ucapnya merayu.

"Mau minum aku"  Ucap Meishya datar.

Zave langsung memanggil waitress caffe itu, dan memesankan minuman favorit kekasihnya itu dan juga untuk dirinya.

"Ice cappucino late kan?" Tanya Zave meyakinkan bahwa dirinya benar.

"Iya"

"Yakan nggak ada lagi minuman favorit kamu selain itu" Meishya tak kunjung merespon ia hanya diam tak bergeming sedikitpun. "Udah dong jangan marah sayang" Rayunya agar kekasihnya kembali dengan sikap manjanya.

"Aku nggak marah" Jawabnya.

"Nanti kamu kalo jadi istri aku kaya gini juga kali ya, kalo aku telat sedikit aja pasti di diemin kaya sekarang" Khayal nya.

"Sapa yang mau jadi istri kamu" Sindiran Meishya sukses membuat Zave membulat kan matanya, dan mendekati Meishya.

"Kamu nggak mau jadi istri aku ha?" Tanya Zave, sembari menggelitiki Meishya hingga gadis itu tertawa sampai tak mengeluarkan suara.

"Zave ampun kamutu ya" Ucapnya lemas.

"Lagian nggak mau jadi istri aku" Ucapnya.

"Emang kapan kamu mau nikahin aku?" Tanya Meishya dan Zave bingung kalah telak.

"Iya nanti aku nikahin kamu tenang aja" Ucapnya.

Mereka menikmati pesanan yang sudah datang, rasanya bagi Meishya ketika membahas itu yang ia dapat hanya senyum kecut di akhirnya.
Meishya terdiam berfikir sejenak, memikirkan hubungan yang sedang ia jalani bersama Zave, ia tak yakin pria yang di cintai itu akankah ia bisa memiliki seutuhnya.
Dari caranya Zave menanggapi hubungan ini sepertinya memang pria itu tidak begitu ingin membersamainya.

Ketika Zave sedang serius meminum ice chococino yang ia pesan, Meishya bertanya.
"Sekali lagi aku mau tanya sama kamu, sebenarnya kamu serius nggak sih sama aku?"

"Hm, iya serius lah" Jawabnya seperti biasa.

"Mau sampe kapan kita kaya gini?, kita udah dua tahun lebih tapi apa nggak ada tuh bukti seriusnya kamu ke aku" Tuntut Meishya pada Zave.

"Uhuk uhuk..." Zave tersedak dan tatapannya mulai berubah.

"Bisa nggak sih, kamu nggak usah bahas itu dulu?" Ucapnya datar.

"Ya tapikan aku perlu kepastian, aku serius sama kamu aku turutin kan semua yang kamu suruh buat nggak terlalu deket temenan sama cowok, pergi kemana aku harus izin, semuanya kamu atur tapi apa?, emang ada kepastian yang kamu kasih?" Ungkapnya mulai emosi.

"Tapi kamu terlalu kecil buat nikah Meishya!" Ucapnya dengan lantang.

"Aku nggak minta kita nikah langsung tapi bisa kan? Kita tunangan dulu?!"

"Kamu ngeraguin aku?, kalo aku nggak serius sama kamu, buat apa aku sering beliin kamu ini itu jalan-jalan, liburan bareng sampe mobil itu aja aku percaya dan yakin beli buat kamu" Ucap Zave.

Meishya terdiam, jika di fikir baiknya Zave memang sudah lebih dari cukup.
Tapi Meishya tak butuh itu, ia pun mampu membelinya sendiri.
"Aku bisa Zave beli sendiri, aku nggak minta itu, aku cuma mau bukti seriusnya kamu!"

"Aku mau kamu sabar Meishya!" Tagas Zave.

"Sabar?! Sampe kapan Zave? Aku liat kamu sana sini sama cewe lain, seakrab itu sama temen cewe kamu yang nggak cuma satu, aku pernah komentar banyak nggak? Kalo kamu udah jelasin (cuma temen sayang) udah kan aku ngga curiga panjang lebar? Nggak kaya kamu ke aku cuma temen aja curigain sampe ke akar, ini alesannya aku minta kepastian serius dari kamu!"

"Cukup Meishya! Aku belum siap." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Meishya begitu saja.

424Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang