benarkah dia ibuku?

6 1 0
                                    


.....

Matahari sudah mulai meninggi dan para pekerja pun sudah sibuk berkutat dengan tugasnya, saat Meishya berniat menuju rumah sang ayah, di karenakan rindu lama tak bertemu karena kesibukan masing-masing, Jarak yang lumayan jauh hingga perlu memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit.
Dengan santainya Meishya menyetir di temani alunan musik dan lagu lagu kesukaannya, semenjak kejadian itu Meishya tak pernah di beri kabar oleh Zave, meskipun Meishya sudah meminta maaf entah lah padahal bukan salahnya tapi apa boleh buat Meishya sangat menyayangi Zave, hatinya memang sangat sakit jika teringat sebuah tamparan yang mendarat di pipi mulusnya.

Tak dirasa Meishya sudah sampai di rumah ayahnya, karena ini wekeend Meishya yakin ayahnya pasti di rumah.
Saat asisten rumah tangga dirumah itu menyadari kedatangan Meishya akhirnya ia keluar menyambut Meishya.
"Selamat pagi ka, lama ngga dateng kesini" Sambutnya.

"Pagi mba, hehe iya banyak kerjaan soalnya mba, papa di rumah mba?" Tanya Meishya dan bingung setelah melihat raut mba Asih yang tiba-tiba berubah.

"E.. Enggak mba bapa belum pulang, ta..tapi ada ibu mba" Ucapnya gugup.

"Mba kenapa ko bingung gugup gitu ayo masuk mba" Ucap Meishya.

Saat dirinya memasuki rumah dan betapa terkejutnya saat Meishya mendapati pemandangan yang tak seharusnya ia lihat, sosok wanita yang ia yakini itu adalah Hanna ibu kandungnya sendiri, sedang bermesraan dengan pria yang mungkin lebih seumuran bisa di bilang lebih muda dari Ivvan.
"Hello? Ada tamu nggak di undang kayaknya" Sindiran Meishya sukses membuat Hanna melirik tajam padanya.

"Yang sopan kamu ya jadi anak" Ucap Hanna kesal.

"Yang sadar ya jadi orang tua biar bisa ngasih contoh yang bener" Sahut Meishya.

"Plakk!!!" Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Meishya.

"Oh mau nampar mah?, ini ayo tampar lagi" Tantangnya.

"Jadi anak nggak ada sopan santunnya kamu ya"

"Yang jadi ibu aja kaya gini, gimana anaknya bisa respect" Ucap Meishya dengan seringai mengejek.

"Kamu ya!" Hanna sudah melayangkan tangannya di udara hendak menampar Meishya kembali, namun di cekal oleh Ivvan yang datang entah dari mana.

"Jangan coba coba sentuh anak saya dengan tangan kotormu itu" Ucap Ivvan tegas.

"Didik yah anak kamu yang bener biar tau sopan santun" Ucapnya menohok.

Meishya yang mendengar itu pun tak terima, di mana sosok ibunya?, Benarkah wanita di depannya ini ibunya?, Ibu yang kehadirannya tak di rasa.
"Yang nggak tau sopan santun siapa?!, mamah sadar nggak sih? Kalo kelakuan mamah itu sama aja kayak pelacur!" Ucapnya sangat di luar kendali Meishya sudah sangat emosi terlalu sabar untuk melihat tingkah ibunya yang semakin menjadi.

Hanna sudah naik pitam, Malu dan marah putri satu-satunya, yang telah menghinanya di depan kekasihnya. Apa boleh buat jika sudah seperti ini, ia memilih pergi dengan kekasihnya.

"Pah, kenapa sih mamah masih pulang kesini?" Tanya Meishya dengan nafas yang tak beraturan.

"Sudah mau bagaimana ini juga masih rumahnya" Ucap Ivvan dengan tenang, meskipun Meishya tau betul hatinya pasti hancur melihat istrinya lebih memilih lelaki lain.

"Kenapa sih papah nggak gugat cerai aja" Ujar Meishya.

"Sya.., biarin ini mamah kamu yang gugat duluan, mau gimana pun, perceraian itu nggak baik sya, dan seperti ini juga nggak baik, papah nggak bisa, papah gagal didik mamah kamu buat jadi istri yang baik" Ucap Ivvan, dan Meishya yang mendengarnya, dengan tanpa di pintar, bulir bening itu jatuh.

424Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang