"Berdekatan denganmu saja sudah membuatku takut. Apalagi mencintaimu."
_______________
Tok! Tok!
Nara bergerak gelisah di dalam selimut. Di luar udara sangat dingin ditambah dengan gerimis membuatnya enggan beranjak dari kasur. Ia membuka sebelah matanya, jam baru menunjukkan pukul setengah lima. Siapa sih ganggu aja!
Tok! Tok!
Ketukan itu terdengar lagi. Pasti salah satu orang rumah. Siapa lagi? Seharusnya orang itu paham bahwa pemilik kamar ini tidak mau diganggu. Oh Tuhan! Ia baru tidur 2 jam. Kejadian mengerikan itu terus berputar dikepalanya, hingga ia tidak bisa tidur semalaman.
Tok! Tok!
Sialan! Ketukan itu terdengar lagi, bahkan terdengar lebih keras dan menuntut. Dengan mata yang masih terpejam Nara berjalan dengan sempoyongan. Ia menyembulkan kepalanya, tidak ada siapapun diluar. Keadaan rumah pun masih sunyi nan gelap. Mendadak tubuhnya panas dingin, ketukan itu bukan berasal dari pintu, tapi...
Sesosok cowok berdiri dibalik pintu kaca. Baju cowok itu dipenuhi bercak darah. Si pembunuh kejam itu. Jantung Nara berdetak dua kali lebih cepat. Apa cowok itu tidak pulang dan terus mengawasinya? Dilihat dari pakaian yang sama saat kejadian mengerikan itu.
Apa yang harus Nara lakukan? Sekali lagi cowok itu menggedor kaca dengan keras, matanya melotot bahkan mukanya sudah memerah padam. Dengan takut-takut Nara melangkah, ia membuka pintu kaca itu dengan gemetar.
Setelah pintu terbuka, Arga langsung masuk dan duduk dipinggir kasur. Arga menatap gadis mungil didepannya geram, "Kenapa lama banget?!"
Nara menunduk, wajahnya pucat pasi. Ia seperti berhadapan dengan malaikat maut. Ia pikir setelah kejadian itu hidupnya akan kembali normal seperti dulu, tapi ternyata perkiraannya salah. Tidak semudah itu berurusan dengan seorang psikopat.
Arga melihat tubuh Nara gemetar, ia lalu menarik gadis mungil itu untuk duduk disampingnya, "Maaf kalo buat lo takut.." Nara mendengar ada nada bersalah dari cowok itu.
Arga mengangkat dagu Nara lembut, ia melihat ada gurat ketakutan pada mata sayu itu. Arga meneliti setiap inci wajah cantik didepannya, tatapannya terhenti saat melihat bibir tipis itu. Manis.
"Mulai sekarang lo gak perlu takut lagi sama pacar lo sendiri."
"Hah?" Dengan spontan kata itu keluar dari mulutnya. Semoga saja ia salah dengar.
"Lo milik gue. Gue milik lo."
Malang sekali nasib Nara. Sungguh ia tak mau lagi berurusan dengan psikopat. Apalagi urusan hati, ia tak mau kisahnya dengan Angga terulang kembali. Ia tak mau mengambil resiko, cowok itu sangat berbahaya. Bahkan lebih berbahaya dari mantan kekasihnya.
Gak! Pikir baik-baik Nara!! Lo gak boleh jatuh ke lobang sama. Cowok itu sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari mantan bangsatnya lo itu!
"Emm.. gue udah punya pacar." Nara melihat perubahan raut wajah Arga yang kentara. Matanya menggelap, ia mengepalkan tangannya geram hingga buku-buku jarinya ikut memutih. Mati gue.
"Gue gak suka dibohongin.."
Tajam dan menusuk. Nara meneguk salivanya, apa yang salah dari ucapannya? Biasanya alasan itu cukup ampuh untuk buat cowok mundur. Dan...darimana cowok itu tau kalo ia sedang berbohong? Apa cowok itu punya ilmu telepathy?
Tunggu! Bohong?
Sontak Nara menutup mulutnya kaget, ia baru mengingat satu fakta yang membuat tubuhnya langsung menegang.
Bodoh Nara!
Bagaimana bisa lupa kalo Arga itu sahabatnya Angga? Berulang kali Nara memukul mulutnya, segala sumpah serapah ia keluarkan bahkan tak lupa mengabsen seluruh penghuni kebun binatang.
Nara mengigit bibirnya takut, sejak tadi Arga terus menatapnya tajam. Apa yang harus ia lakukan? Apa ia bilang saja bahwa yang tadi itu hanya bercanda? Yang benar saja! Gimana kalo nanti Arga melemparinya pisau terus bilang itu hanya bercanda? Please Nara, nyawa cuma satu.
Arga mencengkram bahunya, Nara hanya memilin jari-jarinya dengan gugup. Dengan takut-takut ia membuka kedua matanya, Nara tertegun melihat wajah tampan yang mempesona itu. Siapa sangka cowok berwajah bak malaikat itu psikopat? Nara meringis saat cengkraman itu semakin kuat. Mampus.
"Gue gak terima penolakan. Kalo lo nolak, siap-siap aja ucapin selamat tinggal pada dunia."
Nara meneguk salivanya susah payah, ia sangat tau kata-kata itu bukan sekedar ancaman. Arga tidak pernah main-main. Nara melihat dengan jelas kekejaman cowok itu, membunuh bukan hal sulit untuknya.
Nara memejamkan matanya, ia mulai membayangkan nasib hidupnya kedepan nanti. Gimana kalo nanti mereka berantem terus main sayat-sayatan? Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik. Kasihan sekali Nara.
Arga mengenggam lembut tangan mungil itu sambil tersenyum manis, "Lo gak perlu takut. Gue akan selalu lindungin lo. Gue janji gak bakal sakitin lo."
Hei boy! Yang dibutuhin itu bukan janji tapi bukti!
"Yaudah gue pulang dulu." Nara hanya mengangguk dan mengekori pacarnya itu menuju balkon. Pacar? Ya mulai sekarang mereka resmi pacaran. Ia hanya menerima nasib, mungkin semua takdir. Semoga saja umurnya masih panjang.
Arga berbalik hingga mereka saling berhadapan, ia tersenyum tipis, "Sampai jumpa di sekolah sayang.." Nara terdiam saat Arga mencium dahinya lama. Ia merasa jantungnya sedang berdisko didalam sana. Arga menjauhkan badannya, sebelum turun ia menarik hidung Nara gemas.
Nara terdiam, jujur hatinya menghangat. Ia merasa seperti ada sengatan aneh dalam dirinya. Boleh Nara jujur? Nara merasa akan meleleh sekarang.
Siapa sih yang taburin gula disini?
_______________
Mon maaf bila feel nya kurang dapet huhu.
Semoga kalian gak bosen ya bacanya😋
Silahkan dipencet!!⬇
⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
GANARA
Ficção Adolescente"Sekencang apapun lo berlari dan sejauh apapun lo bersembunyi, lo gak akan bisa hindarin gue.." "You're Mine..Anara." ⬇ ⬇ ⬇ Mengandung adegan kekerasan dan bahasa kasar. Mohon bijak dalam membaca!