07. Penjelasan

1K 88 0
                                    

"Nilailah aku dari apa yang kamu liat. Bukan apa yang kamu dengar."

_______________

Nara menatap kedua sepatunya yang menapak di tanah. Saat ini mereka berada di belakang sekolah. Tapi sedari tadi Nara belum sedikit pun membuka suaranya, ia menelan salivanya gugup saat Angga menatapnya intens sejak tadi.

Nara masih ragu untuk menanyakan tentang hal itu, ia takut Angga marah dan menyangka ia tak mempercayainya. Nara menghela nafas, keputusannya sudah bulat.

"Aku mau nanya sama kamu."

Angga menatap Nara lamat-lamat, menunggu kekasihnya itu membuka suara, "Apa?"

"Emm.. apa kamu yang bunuh perempuan itu?"

Angga mengernyit, "Maksud kamu?"

"Emm..Kemarin aku dengar ada penemuan mayat perempuan di-..."

"Kamu tuduh aku pembunuhnya?"

Nara mengigit bibirnya takut. Ia melihat raut wajah Angga yang berubah jadi datar, bahkan suaranya pun terdengar dingin. Entah lah perasaan Nara mulai tidak enak.

"Aku cu..cuma nanya kok.."

"Kenapa kamu tuduh aku pembunuhnya? Emang kamu gak percaya lagi sama aku?" Angga menatap lurus kedepan tanpa melihat Nara disampingnya. Sungguh ia tak tau sama sekali tentang pembunuhan itu.

"Maaf..aku gak maksud nuduh kamu.." Nara berkata lihir bahkan matanya pun sudah berkaca-kaca. Nara sungguh takut melihat Angga yang terlihat marah saat ini.

Angga mengangkat dagu Nara, lalu mendekapnya erat, "Aku udah janji kan sama kamu? Aku gak akan bunuh orang lagi."

Nara mengangguk, lalu mengeratkan pelukannya, "Iya. Aku janji akan percaya sama kamu."

Nara menenggelamkan kepalanya merasakan hangatnya pelukan Angga. Nara sungguh nyaman dalam pelukan cowok itu, Angga selalu punya cara untuk membuatnya nyaman saat berdekatan dengannya.

Tapi tidak ada yang menyangka dibalik wajahnya yang tampan dan sifat Angga yang romantis itu, ia adalah seorang....

Psikopat.

Tapi Nara tak mempermasalahkannya, karna selama ini Angga tak pernah menyakitinya, bahkan Angga juga rela meninggalkan hasratnya membunuh demi Nara.

_______________

Nara memakan es krim nya dengan kikuk, karna sedari tadi Angga menatapnya tanpa kedip. Ditambah bang Arkan yang sejak awal mereka masuk kafe itu ia tak berhenti menatap mereka dengan tatapan menyelidik.

"Kamu kenapa sih liatin aku terus?"

"Emang salah liatin pacar sendiri?" Angga mengedipkan sebelah matanya, membuat ritme jantung Nara berdetak tak karuan.

"Tapi aku risih tau ga.." Nara mencebikkan bibirnya kesal, Angga yang melihat itu terkekeh kecil lalu mencubit pipi Nara gemas.

Nara mengerjapkan matanya lucu, ia menoleh menatap salah satu kursi dekat kasir. Terlihat bang Arkan yang sedang fokus menatap ponsel ditangannya.

Nara menghela nafas lega, untung saja bang Arkan tidak melihat kejadian tadi, bisa-bisa ia akan di introgasi setelah ini.

"Kamu liatin apa?"

Nara tersenyum manis, "Kamu liatkan cowok yang duduk dekat kasir itu? Itu kakak aku, bang Arkan. Pemilik kafe ini."

Angga menoleh lalu mengangguk, "Ooh."

Setelah es krim mereka habis, mereka segera beranjak pergi. Sebelum pergi Angga sempat menatap Arkan dengan tatapan penuh arti.

Nara melingkarkan tangannya erat di pinggang Angga. Ia menyenderkan kepalanya pada punggung tegap kekasihnya, Angga yang melihat itu tersenyum tipis lalu menggenggam tangan Nara yang ada diperutnya dengan lembut.

Motor sport itu memasuki halaman keluarga Lesmana yang terlihat sepi. Nara turun dan menyerahkan helm yang tadi ia pakai itu kepada Angga.

"Nara.."

Nara yang baru beberapa langkah berbalik dan menghampiri Angga yang masih setia duduk di motornya, "Apa?"

Angga tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya dan...

Cup.

Nara merasakan benda kenyal menempel di dahinya, ia membuka mata saat Angga mengusap kepalanya lembut, "Good Night..sayang."

Nara meremas tali ranselnya kuat, ia merasakan banyak kupu-kupu yang berterbangan diperutnya. Setelah Angga pergi ia segera berlari masuk dan menaikki tangga dengan cepat.

Setelah sampai di kamar Nara mengunci pintu dan langsung berguling-guling dikasur,"Good Night too..." ia menutup wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Nara menghembuskan nafas, mencoba menetralkan detak jantungnya. Tak lama kemudian ia langsung menenggelamkan wajahnya dibantal sambil menggigit bantal itu gemas.

Nara menatap langit-langit dengan senyum yang masih mengembang. Ia menyentuh dahinya lalu menangkup wajahnya yang memanas.

Drrtdrrt

Nara bangkit untuk mengambil ponselnya yang bergetar, satu nama muncul di notifikasi ponsel itu.

Bang Arkan
Jauhin cowok itu.

Deg.

_______________

Bang Arkan kenapa tuh?
Jangan spoiler! Wkwkwk :*


Tbc❤

GANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang