"Takdir tidak berdiam diri saja. Ia tengah menunggu kita memainkan ceritanya."
_______________
Yang dibawah umur silahkan menjauh chekk!
Jam menunjukkan pukul 21:45 tapi Nara baru saja melangkahkan kakinya untuk pulang. Jika saja ia tau akan seperti ini, lebih baik ia menahan lapar daripada harus lumutan hanya untuk membeli seporsi nasi goreng.
Dengan tergesa-gesa Nara menyusuri sebuah gang sempit dan sunyi itu. Nara meneguk salivanya menatap sekitar yang sangat gelap, hanya sinar bulan yang menuntunnya berjalan.
Arrghh!
Samar-samar Nara mendengar suara keributan. Dengan segera ia mempercepat langkahnya bahkan terkesan berlari.
Matanya terbelalak kaget melihat kejadian mengerikan beberapa meter didepannya. Kejadian yang seakan membuat detak jantungnya berhenti dan darah yang berhenti mengalir.
Seorang cowok sedang menghabisi mangsanya yang sudah tidak berdaya. Nara tidak begitu jelas melihat wajah cowok itu, karna cowok itu sedang membelakanginya.
Cowok itu terlihat sangat bersemangat mencingcang wajah mangsanya itu. Ia menusuk-nusuk perutnya hingga usus-usus itu keluar, lalu dengan santai memainkannya seolah itu adalah mainan yang sangat mengasyikkan.
Nara menutup mulutnya, tubuhnya terasa lemas, keringat mengucur di area dahi dan pelipis. Berteriak pun tak mungkin, karna lorong itu sangat gelap dan sepi. Dengan mengumpulkan keberanian, Nara berbalik meninggalkan tempat itu dengan perlahan.
Tapi malangnya,Nara tidak sengaja menendang kaleng minuman. Terlaknat lah orang yang membuang kaleng itu sembarangan. Tidak ada pilihan, Nara segera berlari dengan sekuat tenaga.
Nara terus berlari mengabaikan rasa sakit di kedua kakinya. Tanpa memperdulikan tatapan heran dari orang rumah, Nara langsung menaikki tangga dan mengunci pintu kamarnya.
Nara menyeka keringat yang membanjiri pelipisnya, nafasnya ngos-ngosan bahkan detak jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya. Nara seperti habis dikejar vampir-vampir yang haus akan darah.
Setelah keadaannya mulai membaik, Nara memutuskan untuk tidur. Ia membungkus tubuhnya dengan selimut, mencoba menghapus ingatannya tentang kejadian mengerikan tadi.
Nara mengerjapkan matanya perlahan saat merasakan pipinya dielus dengan lembut. Nara terbangun dan terkaget luar biasa. Wajahnya seketika memucat saat matanya berhadapan langsung dengan mata beriris gelap yang jaraknya sangat dekat dengannya, bahkan Nara bisa merasakan hembusan nafas orang itu.
Nara meremas kaosnya kuat, menyalurkan rasa takut yang menderanya. Rasanya jantungnya seperti ingin meledak karena berdetak terlalu kuat, bahkan keringat sudah mengucur bebas di dahinya. Tapi satu hal yang baru disadari Nara, orang itu sangatlah tampan.
"Lo liat semuanya kan?" Suaranya begitu tenang. Tapi menyiratkan penekanan disetiap katanya.
Nara meneguk salivanya, apa yang harus ia katakan? Satu kata yang keluar dari mulutnya adalah penentuan untuk kelanjutan hidupnya kelak.
"Gue gak liat apapun.."
Cowok itu tersenyum miring mendengar nada ketakutan dari gadis mungil itu. Tak mungkin ia melepaskan saksi mata begitu saja. Siapapun orang itu harus mati agar rahasianya tetap terjaga. Dia bukan orang bodoh yang mudah dikibulin, karna seorang psikopat memiliki kecerdasan diatas rata-rata orang normal. You know?
"Gue gak akan lepasin lo."
"Gue janji akan rahasiain ini semua. Selamanya." Nara merasa badannya mulai panas dingin sekarang. Hei, ayolah! Nara tak mau mati muda, masih banyak keinginan Nara yang belum bisa terpenuhi.
"Baiklah gue percaya. Lo tau sendirikan resikonya jika lo ingkar janji?"
Nara menganggukan kepalanya berulang kali. Ia sungguh tau resiko apa yang akan ia terima jika berani bermain-main dengan seorang pembunuh.
"Tapi ada syaratnya.."
Hei, sadar Nara!! Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk meluluhkan hati seorang psikopat sadis hanya dengan kata-kata receh seperti itu. Semoga saja permintaannya bukan hal yang aneh-aneh. Cowok itu menyeringai lalu mulai mendekatkan wajahnya.
Cup.
Nara memejamkan mata saat benda kenyal itu menyentuh bibirnya. Cowok itu melumat bibirnya dengan lembut, Nara hanya diam tanpa berniat membalas ciuman itu, bahkan untuk memberontak pun ia tak berani.
Nara meremas kaosnya kuat saat merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Nara melenguh dibawah kendali cowok itu, ia butuh oksigen untuk bernafas. Secara refleks Nara meremas punggung cowok itu. Nara menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat cowok itu melepaskan ciumannya.
Cowok itu menegakkan kepalanya menatap Nara dengan intens. Ia membelai rambut panjang Nara lembut lalu mengelus bibir yang tampak memerah itu.
"Mulai sekarang..lo adalah milik Arga Maldiny Samudra.."
_______________
Langsung gercep aja tuh si Arga :v
Kalo kalian ada diposisi Nara, apa yang kalian lakuin?
#voteitugratiss
KAMU SEDANG MEMBACA
GANARA
Dla nastolatków"Sekencang apapun lo berlari dan sejauh apapun lo bersembunyi, lo gak akan bisa hindarin gue.." "You're Mine..Anara." ⬇ ⬇ ⬇ Mengandung adegan kekerasan dan bahasa kasar. Mohon bijak dalam membaca!