"Sudah terbiasa dengan rasa sakit yang sama."
_______________
Gara-gara menemani Lisa ke mall, Nara harus pulang larut malam seperti ini. Padahal besok ada ulangan Fisika dan ia belum sedikit pun mempelajari meterinya.
Sebuah sedan mewah terparkir di halaman keluarga Lesmana. Nara membuka pintu perlahan, terlihat ayahnya Reno dan dua perempuan sedang duduk di ruang keluarga.
"Nara? Akhirnya kamu pulang..."
Sapa Rita dengan lembut.
Tunggu! Lembut?
"Sudah puas mainnya dengan om-om itu?"
Apa-apaan ini?!
"Jawab Ara!!! Salsa bilang hari ini kamu bolos lagi!"
Nara menatap Reno tak percaya, pria itu menatap murka anak kandungnya sendiri hanya karna omong kosong anak tersayangnya itu.
"Ayah percaya dengan Salsa? Dia itu pembohong!!"
"Nara, kamu tega bohongin ayah kamu? Tadi aku liat sendiri kok kamu pergi dengan om-om itu, kam-..."
"DIAMM!! Maksud lo apa fitnah gue?! Belum puas ngambil semua yang gue punya?! Hingga lo fitnah gue seolah-olah gue wanita murahan, padahal lo sendiri wanita murahan itu, BITCH!!!"
"CUKUPP NARAA!! WAJAR SAJA SAYA LEBIH PERCAYA SAMA SALSA DARIPADA KAMU, KARNA DIA SELALU MEMBANGGAKAN SAYA!!! TIDAK SEPERTI KAMU ANAK PEMBAWA SIALL!! SAYA MENYESAL PUNYA ANAK SEPERTI KAMU!!!"
Jleb.
Airmata Nara tidak bisa lagi dibendung, hatinya terasa sangat sakit mendengar ucapan Reno. Hatinya hancur saat ayah kandungnya mengatakan bahwa ia menyesal mempunyai anak seperti dia.
"Sudah mas, kasihan Nara. Mungkin Nara hanya kesal dengan Salsa. Mas tau kan seberapa bencinya Nara sama Salsa?"
"Kakak hanya mau kamu berubah, kakak ingin kamu fokus sama sekolah kamu. Kamu gak mau bikin ayah kamu bangga?"
Nara tersenyum sinis menatap dua wanita ular itu, ternyata Salsa dan Rita sangat lihai memainkan sandiwara.
"Lihat!! Salsa tidak marah saat kamu membentaknya, bahkan kakakmu sangat perhatian, ia ingin kamu berubah Ara!!"
Nara tersenyum miris, ternyata ayahnya sangat mudah terbuai akan kata-kata manis yang keluar dari mulut wanita ular itu.
"Sekarang kakak minta maaf. Kakak gak nyangka kamu akan semarah ini.."
Salsa memeluk Nara erat, tapi dengan sekuat tenaga Nara menepis kasar tubuh kakak tirinya itu. Nara mengusap air matanya kasar, ia berdesis.
"Ibu dan anak sama saja, munafik!"
Plak!
Nara memegang pipinya yang memanas. Ia meringis merasakan ujung bibirnya yang berdarah. Ia menatap Reno dengan tatapan terluka. Hatinya sakit melihat tangan yang dulu mengusap kepalanya dengan lembut kini telah membuat luka di fisik maupun batinnya.
"Nara kecewa sama ayah.."
Dengan berlinang air mata Nara berlari menaikki tangga dan masuk ke kamarnya. Ia meringkuk di sudut kamar. Memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya disana, mencoba meredam suara tangis yang terdengar menyayat hati.
"Ara sayang ayah...hiks.."
"Ayah juga sayang kan sama Ara..?"
Nara menghapus air matanya kasar, ia meringis merasakan sakit disudut bibirnya. Tapi ia mengabaikan rasa sakit itu, ia harus menjadi wanita yang kuat, seperti yang sering Bundanya ajarkan. Ia tak boleh terlihat lemah, apalagi dihadapan dua wanita ular itu.
Nara bangkit untuk membersihkan diri. Setelah selesai ia mengambil buku fisika, memahami materi untuk persiapan ulangan besok.
Brak!
"Ngapain lo kesini?"
"Gue cuma mau pastiin aja lo gak bunuh diri."
Nara menatap Salsa datar, "Gue bukan cewek lemah."
Salsa bersedekap dengan angkuh, ia tersenyum miring melihat sudut bibir Nara yang terluka. Salsa mengambil buku fisika Nara kasar lalu melemparkannya ke lantai.
"Maksud lo apa?!!"
Salsa tersenyum sinis, lalu secara tiba-tiba ia menjatuhkan dirinya dilantai. Mengacak-ngacak rambutnya lalu memasang wajah memelas andalannya.
Apa cewek ini gila?
"Ampun Ra, jangan sakitin kakak terus.."
Salsa sengaja menaikkan oktaf suaranya lalu melirik kearah pintu. Berharap rencana liciknya berhasil. Dan... yaps rencananya berhasil!
"Kamu apain kakak kamu?!"
Reno datang dan langsung membantu Salsa berdiri. Nara melihat senyum miring keluar dari bibir cewek itu.
"Aku nggak apa-apain dia yah, dia sendiri yang ngelakuin itu.."
"Bohong pah, aku tadi cuma mau minta maaf. Tapi Nara langsung jambak rambut aku.."
Reno menatap Nara tajam, "Apa kamu tidak diajari tata krama sama ibu kamu?"
Datar tapi menusuk. Nara menatap ayahnya kecewa, ia sungguh tak paham jalan pikiran ayahnya itu.
"Hiks...aku ini anak kandung ayah, tapi kenapa ayah selalu ngebelain dia? Ara pengen sekali saja ayah percaya sama Ara..hiks, apa ayah bisa..?"
Air mata mengalir deras di pipi mulusnya, hatinya sangat sakit mengingat dirinya, seorang anak kandung tapi tak dianggap siapa-siapa dirumah ini.
"Kamu sama saja dengan ibu kamu, pembangkang!"
Reno berlalu sambil memapah Salsa di sampingnya, tertinggal lah Rita dan Nara disana. Rita tersenyum miring.
"Aku menang lagi anakku..."
_______________
Kalian ada di tim mana nih??
a.Tim mewek
b.Tim kesel
Mohon vote sama komennya ya! Karna itu semua berarti banget untuk aku:(
#Dirumahaja
![](https://img.wattpad.com/cover/235504741-288-k776836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GANARA
Fiksi Remaja"Sekencang apapun lo berlari dan sejauh apapun lo bersembunyi, lo gak akan bisa hindarin gue.." "You're Mine..Anara." ⬇ ⬇ ⬇ Mengandung adegan kekerasan dan bahasa kasar. Mohon bijak dalam membaca!