CHAPTER 2

251 54 8
                                    

[ Zuniar Ryker ]

•••

Terdengar suara kuda meringkik di halaman belakang rumah mewah yang khas Eropa itu.

Wanita bermata biru dan berambut pirang menunggang kudanya ibarat kecepatan pesawat yang mendahului suara.

*Duarr ... Duarr*

Suara tembakan senapan terdengar dua kali, peluru itu tepat mengenai bagian tengah papan sasaran.

Kemudian terdengar suara tepuk tangan.

"Luar biasa!" seru Gubernur Jenderal Ryker dengan Bahasa Belanda.

"Bedankt Vader," jawab anak sulungnya dengan Bahasa Belanda pula yang berarti terima kasih Ayah.

Zuniar Ryker namanya, anak sulung dari Gubernur Jenderal Ryker, pemimpin Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu.

Gadis Belanda tulen yang cantik dan berpengetahuan berusia 18 tahun.

Gadis berhidung mancung dengan bibir sedikit tebal serta tatapan mata yang tegas nan terkesan kuat itu lalu turun dari kudanya untuk kembali ke rumahnya, ia pun meminta izin sang ayah dan ayahnya mengizinkan anak kesayangannya itu beristirahat di kamarnya.

Zuniar kembali ke rumah, ia berjalan dan melewati sebuah kamar di rumahnya, pintu kamar itu sedikit terbuka.

Itu adalah kamar adik tirinya seorang inlander, Vayanina Anastasia Ryker yang umurnya berbeda setahun darinya.

.

.

.

Ia berhenti tepat di depan pintu kamar karena suara merdu dari dalam sana.

Suara alat musik selo (sebuah alat musik gesek, anggota dari keluarga biola) yang dimainkan oleh Vayanina membuatnya terhenti dan membuka kamar itu.

"Mbakyu," sapa Vayanina yang melihat kakaknya.

"Permainan musikmu indah, Vay."

"Bedankt."

"Tetaplah anggun di depan para elit itu, dan jadilah kuat di belakang mereka sama sepertiku. Tunjukan bahwa di darah kita ini mengalir darah Ryker sang penguasa Netherland."

Adiknya hanya mengangguk patuh kepada sang kakak, Zuniar hendak meninggalkan kamar adikny, tetapi ia membalikan tubuhnya lagi dan berkata, "Satu lagi, jangan sering bergaul dengan pribumi!" ujarnya tegas lalu ia pun meninggalkan kamar adiknya.

Masalah keuangan, politik, dan masalah negara yang lain sudah Zuniar pelajari dari sang ayah, setelah lelah sepanjang hari mempelajari itu ia biasanya sering menyempatkan diri hanya untuk sekedar menyapa adiknya, Vayanina. Ia menyayangi Vaya dengan sungguh-sungguh.

Sampai pada suatu malam mereka berdebat dan berujung pada Zuniar yang memutuskan persaudaraan indah yang sedari kecil mereka rawat.

Zuniar yang sedari dulu membenci pribumi tentu saja menolak paham pluralisme Vayanina karena ia mengganggap Netherland sangat jauh lebih baik dari pribumi.

Zuniar sangat sangat membenci pribumi dan mulai membenci adiknya juga karena semua pemikiran yang adiknya lontarkan itu seperti mendukung pihak pribumi dan menjatuhkan Zuniar.

Kian lama pemikiran mereka menjadi semakin tak sejalan, hati berkata bisa terus bersama, tapi ... logika bertentangan, hati mereka sungguh dekat tapi masa depan berkata perangkap.

The Rise of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang