CHAPTER 13

82 23 5
                                    

[ Sujilah ]

•••

Malam terasa sunyi dan dingin. Cahaya bulan menerangi langkah Sujilah memasuki rumah kediaman keluarga Ryker. Sujilah terengah-engah, mencoba memasok oksigen sebanyak mungkin ke dalam rongga paru-parunya. Kakinya tertatih pasca pertarungan sengit dengan Zuniar yang memaksanya memukul Zuniar hingga pingsan. Rasa sakit mulai merasuki tubuhnya perlahan demi perlaan, namun ia harus menemukan sang nona muda secepat mungkin dan membantunya melarikan diri.

Suara rintihan dan teriakan kecil Vayanina berhasil membuatnya dapat menemukan keberadaan nona muda itu. Ia tengah diseret dengan tidak manusiawi oleh Rozaki, lelaki suruhan Zuniar itu tanpa belas kasih menyeret Vayanina dan hendak membawanya pergi.

Dengan sigap Sujilah mendekati mereka dan mulai melakukan gerakan pengunci tangan seraya berteriak pada sang nona muda yang terjatuh bebas mengenai lantai. Sujilah mulai memegang lengan Rozaki kuat untuk menahannya bergerak.

"Lari!!"

Ia melihat sang nona muda mulai bangun dengan perlahan, wajahnya tampak ragu, takut, dan kebingungan mulai merayapi Vayanina. Tanpa sadar tubuhnya mendekati Sujilah, seakan ingin menolongnya. Dengan segera Sujilah memberi kode dengan menggelengkan kepala dan mata yang membelak, menyuruhnya untuk segera pergi.

"Nona, apa yang kau lakukan?! Lari!! Cepat lari!" Rozaki mulai melawan, tubuh ramping Sujilah tidak akan bertahan lama untuk menahan lelaki kekar ini.

"Ba-bagaimana denganmu?" Pertanyaan itu membuat Sujilah sejenak merasa takut. Ia tahu ia tidak akan menang dari lelaki dihadapannya itu.

"Aku akan menyusul! Cepat lari!" teriak Sujilah berusaha menenangkan nona mudanya yang tentu saja membuat Vayanina mulai memundurkan langkahnya.

Kalau boleh jujur Vayanina ingin sekali membantu Sujilah, namun apa boleh buat keadaan genting seperti ini memaksanya untuk pergi.

"Lari!!" teriaknya kencang saat merasakan keraguan sang nona.
Debgan berat hati Vayanina memutuskan meninggalkan Sujilah. Sesaat sebelum benar-benar pergi, Vayanina mengucapkan sesuatu dengan suara yang kecil namun telinga Sujilah dapat menangkap hal itu. "Aku akan menunggumu!"

Sujilah tersenyum, hanya seutas senyum yang dapat terakhir ia berikan untuk menenangkan sang nona muda sebelum ia hilang dari pandangan.

Tenaga Sujilah mulai melemah. Rozaki mula menguasai keadaan, ia mengangkat tubuh Sujilah dan mendorongnya hingga tubuh Sujilah mengenai sebuah meja kayu. Dengan tertatih Sujilah bangkit, ia harus berusaha melawan Rozaki untuk menahannya dan memberikan waktu sejenak untuk Vayanina kabur ke tempat yang lebih aman.

Rozaki melayangkan pukulannya ke arah wajah Sujilah yang dapat ia tangkis dengan baik.

"Aku tak tahu kau bisa bertarung, kukira hanya wanita buta lemah pembawa tongkat, " ujar Rozaki dengan terengah-engah.

"Aku juga tak tahu ada seorang pribumi yang mau saja menjadi budak dan menjilat kaki para kaum kulit putih bajingan itu," balas Sujilah yang mulai mengeluarkan pisau belati dari dalam lipatan jariknya. Raut wajah Rozaki berubah tepat setelah Sujilah mengatakan hal itu.

Tangannya mengacung tinggi dengan dua buah belati yang tergenggam erat dikedua tangannya. Kakinya mulai menbuat posisi kuda-kuda yang kuat, ia tahu sebentar lagi akan ada pertarungan hidup dan mati antara mereka berdua.

The Rise of IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang