Waktu terus berjalan. Hari demi hari berlalu hingga tak terasa sudah satu bulan kepergian Iky. Sudah satu bulan juga sikap Kania berubah. Kania yang dulunya ceria dan periang kini berubah menjadi Kania yang pemurung. Sering menangis di malam hari dalam pelukan Nisa saat ia merindukan Iky. Namun seiring berjalannya waktu ia mulai mengerti. Mengikhlaskan kepergian sang daddy walaupun belum sepenuhnya ikhlas.
Hari ini hari Rabu namun Nisa tidak bisa pergi ketoko kue karena Serkan yang tiba tiba sakit. Sejak pagi pagi buta ia sudah bangun dan pindah tidur di kamar Nisa. Membawa selimut yang dililitkan dibadanya berjalan kearah kamar Nisa dan masuk.
Membaringkan diri tepat disamping Nisa, kemudian memeluk tubuh ramping Nisa. Nisa yang merasa tubuhnya ada yang menimpapun membuka matanya. Ia terkejut saat melihat siapa yang memeluknya.
"Maaf tuan saya sedikit tidak nyaman. Ada apa? Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Nisa dengan nada khas orang bangun tidur. Serak serak basah gitu eaa:v
"Tidak ada tetap begini. Aku hanya merasa sedikit dingin dan tidak enak badan." Ucap Serkan. Nisa yang mendengar ucapan tidak enak badan sontak membalikkan tubuhnya lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Serkan.
"Panas." Ucap Nisa. Ia ingin berdiri dan mengambil pengecek suhu yang berada di laci nakas namun ditahan Serkan.
"Tetap begini lima menit saja." Ucap Serkan.
Nisa yang canggung hanya berbaring lagi kemudian Serkan memeluknya erat seolah olah Nisa akan pergi jauh dan itu adalah pelukan terakhir mereka. Mereka kembali tidur dengan keadaan saling memeluk.
Sekitar dua jam tertidur Nisa terbangun dengan keadaan yang sedikit susah bernafas. Bagaimana tidak? Dari arah kiri tangan besar Serkan memeluknya dan dari arah kanan tangan mungil Kania memeluknya jadilah sekarang ia dipeluk oleh dua orang. Seperti keluarga bahagia.
Nisa kembali menempelkan punggung tangannya kedahi Serkan kemudian berucap 'masih panas' sedikit berbisik. Ia berbalik kearah Kania ingin membangunkannya.
"Kania bangun yuk udah pagi." Ucapnya lembut namun Kania hanya sedikit menggeliat. Nisa yang melihat itu hanya sedikit terkekeh.
Ia geram karena Kania belum bangun juga akhirnya ia mencium semua wajah Kania. Kania yang merasa terganggu akhirnya membuka matanya. "Mommy enguhhh lima menit agi." Ucapnya.
"Big no sayang. Sudah pagi ayo bangun lalu mandi nanti mommy akan menyiapkan pakaianmu." Ucap Nisa.
"Enguh mommy gendong." Ucap Kania manja manja syantik.
"Oke tunggu sebentar. Sini bantu mommy melepaskan pelukan daddy Serkan." Ucap Nisa berbisik.
Kania yang mendengar itu langsung duduk dan membantu Nisa melepaskan pelukan Serkan. Setelah penuh perjuangan akhirnya terbebaslah Nisa dari jeratan pelukan Serkan. Kemudian ia menggendong Kania menuju kamar mandi dan memandikannya.
Beberapa menit kemudian keluarlah ia dan Kania dari dalam kamar mandi dengan Kania yang hanya menggunakan handuk menutup tubuh polosnya. Ia mendudukkan Kania si tepi kasur kemudian berjalan menuju walk in closet mengambil baju Kania dan memakaikannya.
Setelah selesai dengan urusan Kania ia melihat Serkan yang masih tertidur kemudian ia membersihkan diri setelah selesai barulah ia membangunkan Serkan.
"Tuan.... tuan Serkan." Ucapnya sambil menggoyangkan sedikit lengan kekar Serkan. Serkan menggeliat dalam tidurnya kemudian membuka matanya.
"Ini airnya tuan" Nisa menyerahkan air minum yang sedari tadi ia pegang dan Serkan mengambilnya lalu meminumnya.
"Tuan sebaiknya tuan mandi. Nanti saya akan meminta tolong sekretaris Lim memanggil dokter. Lalu saya juga akan membuatkan tuan sarapan." Ucap Nisa panjang lebar.
"Hmm. Tapi aku merasa lemas boleh kah kau yang memandikanku?" Ucap Serkan.
Nisa yang mendengar itu langsung menjawab "alangkah baiknya tuan mandi sendiri. Saya masih banyak perkerjaan tuan." Ucap Nisa.
Serkan yang mendengar penolakan dari Nisa langsung keluar dari kamar tersebut. Nisa yang melihat Serkan keluar langsung membersihkan tempat tidurnya lalu turun kebawah untuk membuatkan Serkan sarapan berpapasan dengan sekretaris Lim yang baru saja datang.
"Sekretaris Lim. Boleh Nisa minta tolong?" Ucap Nisa semetara sekretaris Lim menjawab dengan anggukan.
"Tuan Serkan sakit bolehkan tolong panggiloan dokter?" Ucap Nisa. Lagi lagi sekretaris Lim menjawab dengan anggukan lalu mengambil hpnya dari kantong jasnya dan menelpon seseorang yang Nisa yakini itu adalah dokter.
Kemudian ia melanjutkan langkah kakinya kedapur untuk membuat sarapan. Sementara Kania sudah ia suruh menonton kartu yang menampil seorang anak kecil dan beruang.
Sekitar setengah jam berkutat didapur akhirnya ia selesai sarapan hari ini adalah bubur ayam. Kemudian ia memanggil bibi untuk minta tolong mengantarkan bubur Serkan kekamarnya. Ia sudah diperiksa dokter dan dokter mengatakan bahwa ia hanya demam biasa dan memeberinya beberapa obat.
Setelah selesai ia memanggil Kania untuk sarapan bersama. Namun beberapa menit kemudian bibi datang dengan nampan ditanganya dan mangkuk yang berisi bubur tadi belum dimakan sama sekali.
"Kenapa bi? Buburnya gaenak?" Tanya Nisa.
"Bukan nak,tuan Serkan ingin nak Nisa yang menyuapinya bibi sudah bilang kalau nak Nisa masih makan tapi tuan Serkan bilang Nisa selesai makan suruh kekamar aku hanya ingin makan jika ia yang menyuapinya." Ucap bibi. Nisa yang mendengar itu hanya mengangguk kemudian mempercepat makannya.
"B E R S A M B U N G 🌚"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah (PROSES ..........)
RomanceKisah yang menceritakan tentang seorang gadis yang baru saja menyelesaikan kuliahnya,namun dijual sang ayah kepada seorang CEO pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia,Eropa,dan Amerika yang memiliki sifat dingin dan cuek,demi menutupi dana pe...