Part 27. Serkan sakit (II)

101K 6.6K 173
                                    

Kini Nisa tengah menyuapi Serkan sarapan pagi ntah lah Nisa juga heran apa yang merasuki Serkan hingga ia minta suapi makan. Kania berada disisi sebrang kasur menonton telivisi yang menampilkan kartun yang sama. Ia tak mau ditinggal diruang tv sendirian. Ia sedikit rewel hari ini sarapan tadi pun ia disuapi oleh Nisa.

Setelah selesai menyuapi Serkan,Nisa memberinya obat yang sudah ditebus oleh sekretaris Lim. Kemudian ia berjalan kedapur untuk menaruh nampan yang berisi mangkuk bekas Serkan makan. Namun belum sempat ia melangkah Kania sudah merengek minta gendong.

Nisa yang melihat Kania hampir nangis hanya bisa mengendongnya dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi memegang nampan. Serkan hendak protes dan menurunkan Kania dari gendongan Nisa namun mata Kania yang memerah membuat ia mengurungkan niatnya.

Jika kalian bertanya bisakah Nisa menggendong Kania sekaligus membawa nampan? Jawabanya ada ya. Nisa pernah menjadi pelayan di caffe temannya sebelum ia membuka toko kue sendiri lalu ia juga pernah menjadi babysitter jadi jangan heran bagi Nisa mengendong seperti itu hanya urusan kecil.

Setelah selesai menaruh nampan ia minta tolong ke bibi untuk membelikannya gendongan bayi agar memudahkannya menggendong Kania saat ia akan berjalan,beruntungnya ia Kania tak terlalu berat hanya sekitar 15kg diumurnya yang sudah 3 tahun.

Kemudian ia berjalan kembali kekamar Serkan. Meletakkan Kania yang dalam gendonganya tadi ke kasur badan Kania juga terasa sedikit panas. Ia lagi lagi berjalan kekamarnya dengan Kania dalam gendongannya untuk mengambil obat Kania ia tidak mau Kania sampai sakit lagi.

Setelah itu ia memberi Kania obat. Lalu mereka berjalan kembali kekamar Serkan,baru ingin menekan knop pintu bibi memanggil.

"Nak Nisa." Ucap bibi.

"Iya bi?" Ucap Nisa.

"Ini pesanan nak Nisa." Ucap bibi sambil menyerahkan gendongan kain yang masih terbungkus.

"Makasih ya bi. Bisa tolong Nisa pasangin?" Ucap Nisa.

"Bisa nak mari bibi bantu." Lalu bibi membantu Nisa mengenakkan gendongan tersebut setelah selesai tidak lupa ia mengucap terima kasih.

Melanjutkan langkah kakinya memasuki kamar Serkan. "Bisa tolong mimijat kepalaku?" Tanya Serkan tidak tidak lebih tepatnya memerintah Nisa hanya mengangguk kemudian naik ke tengah tengah kasur dan Serkan meletakkan kepalanya dipaha Nisa.

Sementara Kania tertidur dalam gendongannya ia sama sekali tak ingin turun dari gendongan Nisa. Kemudian ia memijat pelan kepala Serkan sampai Serkan tertidur panas tubuhnya juga sudah mulai turun.

Setelah beberapa menit ia merasa kakinya sedikit kebas akibat menahan kepala Serkan dan badan Kania. Karena tak mau menganggu tidur mereka berdua ia mencoba untuk tidur hingga tertidur dalam keadaan tangan kiri yang mengusap lembit tangan Serkan dan tangan kanan yang menganjal kepala Kania.

Kini hari sudah sore namun keluarga itu belum juga bangun. Mereka melewatkan makan siang dan sholat zuhur. Nisa yang lebih dulu bangun mengedarkan pandangannya kebawah merasakan kakinya samasekali tak ada rasa. Kemudian ia mengedarkan pandangannya memperhatikan kamar Serkan.

Kamarnya begitu rapi buku buku tentang bisnis tersusun rapi di rak buku,dindingnya bewarna abu abu dan putih,sepreinya berwarna abu abu. Dengan 2 nakas dan 2 lampu di masing masing sisi kasur. Satu tv dan dua AC cukup membuat ruangan itu sangat dingin. Dan sofa abu abu besar. Namun yang membuat ia terdiam adalah foto foto yang ada di rak bawah tv.

Foto foto yang dicetak dengan ukuran sedang hingga ia bisa melihatnya dari kasur.

Tes..

Tes..

Tes..

Air matanya sontak menetes nelihat foto yang ada disana. Foto Serkan dengan kekuarganya saat masih ada ayahnya. Foto Serkan saat lulus wisuda. Foto Serkan dengan Teresa dan Tanisa. Foto Serkan dengan teman temannya. Namun bukan itu yang membuat ia meneteskan airmatanya foto yang diambil saat Serkan dan Mia sedang berciuman dengan latar belakang menara eiffel.

Sakit? Tentu saja bahkan disana tidak ada foto pernikahan mereka bahkan Nisa saja menjadikan foto pernikahan mereka sebagai wallpaper hpnya. Sepertinya ia terlalu banyak berharap. Bukankah Serkan menikahinya karena ia dijual oleh orang tuanya? Benar begitu bukan?

Ia menjauhkan tangannya yang sedari tadi mengelus kepala Serkan. Serkan yang merasa ada yang hilang pun menggeliatkan badanya,Nisa yang tak ingin Serkan bangun dan tau dirinya tengah menagis ia langsung mengelus kembali kepala Serkan hingga lelaki itu tidur kembali benar benar seperti bayi!.

Kemudian ia menghapur air matanya menggunakan tangan kirinya. Bahkan sekarang tangan kirinya sudah tak berasa alias kebas.

Ia membangunkan Kania dengan perlahan dan memeriksa suhu tubuhnya. "Alhamdullilah sudah turun." Ucapnya dalam hati kemudian melakukan hal yang sama pada Serkan lalu berucap yang sama juga.

Selang beberapa menit ia merasa kakinya sudah tidak kuat lagi benar benar sakit. Ia membangunkan Serkan secara perlahan. Namun Serkan hanya menggeliat benar benar bayi.

Nisa beralih pada Kania dan membangunkannya. Namun tak kunjung bangun ia lelah kemudian ia mengecupi seluruh wajah Kania hingga gadis itu bangun.

"Kania bangun yuk. Udah sore Kania belum sholat ashar sama makan siang lho." Ucap Nisa.

"Enguhh lima  menit agi mommy." Ucapnya sungguh sangat menggemaskan namun ia tak tahan lagi dengan kakinya.

"Sayang bangun yuk kaki mommy sakit." Ucap Nisa lembut dengan berat hati Kania membuka matanya dan turun dari gendongan Nisa. Lalu berbaring disebelah Serkan. Nisa yang melihat itu hanya geleng geleng kepala.

"Tuan bangun sudah sore." Ucap Nisa lembut. Tidak mendapat respon dari Serkan ia meminta pertolongan pada Kania.

"Kania mau tolong bunda gak?" Tanya Nisa.

Kania duduk dan mengangguk. "Tolong cium muka daddy Serkan dong. Kaki mommy udah sakit banget." Mintanya.

Setelah itu Kania melakukan seperti yang disuruh oleh Nisa. Serkan menggeliat kemudian membuka matanya. "Kenapa hmm?" Ucap Serkan pada Kania. Masih belum ingat om tidur dipaha orang?

"Bangun daddy. Kaki mommy akit naan cepala daddy." Ucap gadis kecil tersebut.

"Mommy? Kepala? Kaki?" Ucap Serkan mengerti. Sementara Kania hanya mengangguk beberapa menit kemudian barulah ia tersadar. Langsung duduk dan meminta maaf.

"Maaf. Jam berapa sekarang?" Ucap Serkan.

"Jam 3:50." Ucap Nisa.

"Hah? Sudah sore berarti?" Ucapnya sementara Nisa hanya mengguk.

"Maafkan aku sakit kah?" Ucap Serkan.

Nisa hanya menggeleng menyembunyikan sakit dikakinya. "Baiklah Kania ayo kita mandi" ucap Nisa.

"Kania mandi denganku saja kau yang memakaikannya baju oke?" Ucap Serkan.

"Hmm. Tuan sudah baikkan?" Tanya Nisa. Serkan mengangguk kemudian berjalan menggendong Kania kekamar mandi.

Nisa yang melihat Serkan sudah masuk langsung meringis sakit saat ia menggerakkan kakinya. Beberapa saat barulah dapat ia gerakkan dengan leluasa. Berjalan kekamarnya mengambil baju ganti Kania lalu berjalan lagi masuk kekamar Serkan bersamaan dengan Serkan yang keluar dari kamar mandi dengan engendong Kania.

"Ini dia. Nanti sebelum keluar tolong carikan baju ganti kita akan makan malam diluar sambil membelikan barang barang Kania." Ucap Serkan. Sementara Nisa hanya mengangguk.

"B E R S A M B U N G 🌚"

Terpaksa Menikah (PROSES ..........)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang