25

44 9 0
                                    

Keesokan harinya, kamipun berjalan menuju aula dengan perasaan gelisah, tidak lupa kami juga membawa beberapa bukti yang bisa kita gunakan sebagai pembelaan yang diingatkan oleh eomma.

Banyak mata yang tertuju ke arah kami, sungguh saat ini benar-baner tidak nyaman sekali menjadi pusat perhatian semua orang.

“ingatlah kita harus tenang” kataku menyemangati Taehyung dengan menggenggam tangannya.

“siap” jawabnya dengan tenang.

Semua mahasiswa sudah hadir ke aula dan menatap dengan heran apa yang sebenarnya terjadi, para petinggi kampuspun sudah berjejer duduk di depan aula, aku merasa ada disuasana sidang yang sesungguhnya, aku duduk di sisi kanan aula, sementara keluarga Minjae duduk di sisi kirinya.

Dimulai dengan pernyataan yang dibacakan oleh wakil ketua komite, kenapa wakil karena ketuanya adalah ayah Minjae, dilanjutkan dengan pembacaan kejadian, penunjukkan bukti-bukti dan pernyataan saksi seperti aku dan Jimin, aku rasa pihakku terlalu lemah untuk bisa mempertahankan posisi Taehyung di kampus ini.

Keputusan yang akan dijatuhkan kapada Taehyung akan dibacakan namun,

“hentikan!!!” teriak seseorang tiba-tiba membuka pintu aula lebar-lebar dan semua mata tertuju ke arah pintu, termasuk Taehyung.

“hmm?” bingungku menatap Taehyung yang sama bingungnya.

“ada apa ini?!” tanya rektor dengan suara meninggi.

“Yoo Si Ah, CEO prusahaan Jongtae saat ini akan hadir di tengah penentuan hukuman untuk Kim Taehyung” kata seseorang yang berdiri di samping pintu, apa katanya Yoo Si Ah, langsung saja aku menghampiri Taehyung.

“Taehyungah bukannya itu …” bisikku pada Taehyung kamipun menghadap pintu masuk, semua mata tertuju pada perempuan yang memasuki aula dengan anggunnya, rambutnya terurai cantik, dengan pakain formal namun tetap terlihat kasual, suara sepatunya menggema diruangan aula yang luas ini. Semua yang ada di depan ruangan membungkuk sopan kecuali aku dan Taehyung yang dengan refleks berkata.

“IBU?” kata kami berdua ketika ibu sudah berdiri di hadapan kami berdua dengan senyum hangatnya menatap kami, sontak kami berdua menganga melihat penampilan ibu kami yang teramat berbeda dari biasanya, sangat cantik, itulah yang kupikirkan.

“MWO?!” teriak heboh Minji dan ibu Kim dan jangan lupakan reaksi terkejut wajah mereka.

“kenapa kalian begitu terkejut nyonya dan nona Kim?, apakah kalian tidak menyangka anak yatim yang kalian pojokkan ini adalah anak-anakku?, anggap saja ini adalah pelajaran agar kalian tidak dengan sembarangan merendahkan orang lain, LAGI” tanya ibuku dengan sinisnya.

Mendadak seluruh penjuru aula menjadi heboh, ketika aku mengatakan CEO perusahaan besar yang saat ini hadir di aula kampusku dengan sebutan ibu.

“Ya anak nakal, sudah lama tidak bertemu ibu malah diam saja, apa perlu ibu kembali pergi meninggalkan kalian, dan menyamar menjadi ibu rumah tangga biasa?” kata ibu, kami langsung membaur memeluknya, hangat itulah yang aku rasakan, dia mengelus punggungku dengan pelan.

“apa masih sakit?” tanyanya padaku, yang kubalas dengan anggukan.

“aigoo, lihatlah wajah kalian, melihat video kalian dikeroyok membuatku ingin membanting para manusia itu satu persatu” kesal ibuku setelah melihat kondisi anaknya.

“tapi kenapa?” tanyaku dan Taehyung kebingungan.

“kita selesaikan dulu semuanya saat ini diamlah” kata ibu kamipun berpindah posisi menjadi dibelakangnya.

“berdasarkan data yang telah kumiliki saat ini, aku rasa putraku tidak bersalah bapak rektor” kata ibukku membela Taehyung.

“ne?” tanya rektor.

“bukankah seharusnya hal ini juga dibicarakan denganku, yang selaku pemilik utama kampus ini?” tanya ibu yang membuatku kaget kesekian kalinya, orang-orang di aula mendadak ramai lagi.

“aku akan menjelaskan kejadian sebenarnya yang terjadi terhadap anakku, sekretarisku akan menampilakan bukti-buktinya, Taehyungah dimana video dan hasil pemeriksaan tubuh kalian?” tanya eomma pada Taehyung. Aku langsung memberikan fd yang diperlukan.

“perlu kalian ketahui bahwa saksi dari kejadian yang di alami anakku tidak hanya dilihat oleh mata Kim Sejeong dan Park Jimin saja, tapi masih ada 4 pasang mata yang melihat kejadiannya secara menyeluruh” tambah ibukku dengan yakin.

Eomma menjelaskan semuanya dengan baik bahkan akupun tak tahu, kanapa dia mengetahui sampai kedetail kejadiannya.

“jangan tanyakan kenapa bisa ada begitu banyak pasang mata yang melihat kejadian ini, ingatlah mereka berdua adalah anak-anakku, tidak mungkin aku meninggalkan mereka dengan lepas dalam penyamaranku sebagai ibu rumah tangga yang hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dan menjaga mertuaku yang sudah tua” imbuh ibukku sebelum menyerang para petinggi kampus.

“kepala komite Kim, aku rasa anakmu memang hobi mengadu ya?” kata eommaku pada ayah Minjae.

My Twin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang