Part 15🌼

8 3 0
                                    

Setelah berada di mobil Andre menanyakan sesuatu yang membuat gue terlihat canggung

“ Tadi Tante bisikin kamu apa? “
“ Nggak ada “
“ Pasti Tante bilang kalo gue ganteng kan?”
“ PD amat lau!”
“ Hahaha, bercanda kali “
“ Dy, kita sarapan dulu yuk “. Anjak Andre
“ Iya, di kantin kantor aja “
“ Emang Bu Yani jam segini udah dateng?”
“ Biasanya sih udah dateng “
“ Oke deh “

Saat kami melewati persimpangan jalan kami melihat banyaknya kerumunan orang, lalu Andre menepikan mobil dan kami pun berjalan menuju kerumunan.

“ Ibu, maaf ini ada apa ya? “. Tanya gue ke salah satu warga setelah membuka jendela mobil
“ Tadi ada bapak-bapak kecelakaan Neng “ jawabnya
“ Iya, kecil kemungkinan bapak itu selamat. Mobilnya aja ancur banget “. lanjut  warga lainnya

Entah kenapa perasaan gue membawa gue untuk mendekat ke mobil kecelakaan itu, gue pun menemukan puing-puing mainan yang bergeletakan di samping mobil itu.

“ Mainan ini.... “. Kata gue setelah melihat bebek-bebekan yang bertuliskan nama gue

Gue berusaha menahan diri, lalu mencoba memeriksa sekeliling mobil sambil berharap apa yang ada di pikiran gue itu tidak benar. Di bawah mobil gue menemukan plat mobil, setelah melihat itu tiba-tiba saja dada gue terasa sangat berat.

“ Ndre..... Ini mobil Papa “. Teriak gue
“ Dy, bokap lo kan nggak tinggal disini “ kata Andre
“ Ndre.... gue hapal banget nomor plat mobil Papa (sambil memberi plat mobil) “
“ Ndre.... Kita ke rumah sakit sekarang “
“ Bentar gue nanya dulu nama rumah sakit nya “
“ Nggak perlu... Disini rumah sakit terdekat cuma satu” gue bergegas ke dalam mobil

Sementara Andre masih menanyakan nama rumah sakit ke warga setempat


“ Ndre..... Buruan!” teriak gue dari dalam mobil
“ Iya “ Andre berlari ke mobil lalu kami melaju dengan kecepatan tinggi
“ Papa tungguin Audy “ Rintih gue
“ Bokap lo kok bisa ada di dekat perumahan lo sih? “ tanya Andre heran
“ Tadi dia ke rumah gue “ jelas gue singkat
“ Beneran?”.
“ Iya, gue yakin banget Papa nggak fokus karena gue”
“ Maksud lo?”
“ Tadi, Papa ke rumah dan gue benar-benar lepas kendali “
“ Dy “. Andre melirik gue
“ Gue udah bilang semua hal menyakitkan yang selama ini gue pendem Ndre. Ini semua salah gue ndre, gue nggak bisa maafin diri gue sendiri kalo Papa kenapa-napa”
“ Dy, udah sekarang lo tenang dulu ya. Semuanya udah di atur sama Allah kok”. Andre menepuk pundak gue berusaha menenangkan

Kami pun sampai di Rumah Sakit Bakti Hasana. Gue berusaha menenangkan diri sebisa mungkin, lalu bergegas ke ruang UGD, di koridor gue bertemu perawat

“ Suster, Ruang UGD dimana?” tanya gue ke suster itu
“ Mari mbak saya antar “
“ Makasih Sus. Ayo Sus lari, ini darurat “.

Gue dan Suster itu berlari menuju UGD. Setelah sampai di depan ruangan UGD, gue melihat jenazah yang sudah ditutupi kain putih  yang  keluar dari ruang UGD.

“ Papa....., maafin Audy... “. Teriak gue terisak lalu terduduk lemas
“ Dy, ayo kita temuin bokap lo “.

Andre membantu gue berdiri
Saat kami hendak ke kamar jenazah, tiba-tiba ada dokter yang mendekat ke arah kami

“ Permisi, kalian ini keluarganya bapak Rivan? “ tanya Dokter itu
“ Bukan Dok”.  Jawab gue
“ Tadi saya dengar kamu manggil beliau Papa”
“Maksud Dokter?”.

Gue menyeka air mata

“ Iya, tadi begitu jenazah pak Rivan keluar kamu manggil dia Papa “ jelas Dokter itu lagi
“ Jenazah itu bukan atas nama Prabu Herlambang Dok?”. Tanya Andre mencoba memastikan
“ Bukan “
“ Ma..af ya Dok, ternyata kami salah orang. Mari Dok(Andre membawa gue pergi)”
“ Ndre terus Papa gue dimana? “
“ Bentar gue tanya ke bagian informasi dulu, lo tunggu disini dulu ya.”

Kenangan Berganti [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang