Part 27 🌼

4 2 0
                                    

Aku pun menghampiri Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. yang duduk di kursi pengunjung sidang, saat hendak berjabat tangan dengan pak sigit aku melirik ke seseorang yang duduk dibelakang pak Sigit, orang itu memakai jaket berwarna ungu, memakai masker dan kacamata hitam, dijaketnya tertuliskan tulisan Korea

“ Pak Sigit, terima kasih banyak atas kerja samanya “. Kata ku sembari menangkupkan kedua tangan didepan dada
“ Sama-sama, terima kasih juga atas kerja keras kamu dan selamat ya “.
“ Sama-sama pak, oh iya pak soal kasus narkobanya Dimas gimana ya pak?”.
“ Kami telah menghubungi BNN, nanti saat di sel Dimas juga akan mendapatkan rehabilitasi selama enam bulan“. Terang pak Sigit
“ Terima kasih ya pak. Saya mohon supaya Dimas diberikan hukuman yang pantas dia dapatkan ya pak “.
“ Iya kamu tenang aja ya. Yaudah kalo gitu saya pergi dulu ya “.
“ Iya pak “.

Pak Herman dengan senyum sumringah datang menghampiri gue

“ Sayang, selamat ya “. Pak Herman memberikan aku handphonenya
“ Apa ni?”. Tanya ku heran
“ Liat aja “. Kata pak Herman tersenyum manis

Aku pun menyalakan handphone pak Herman, aku terkejut melihat tingkah manis yang dilakukan pak Herman

“ Cantik banget..... “. Kata ku terpukau setelah melihat bunga mawar yang pak Herman lukis melalui handphonenya
“ Itu hadiah, buat kamu yang udah berhasil menangin kasus ini".
“ Ehm..... Makasih ya sayang “. Kata gue sembari memeluk pak Herman

Pak Herman mengajak ku makan

“ Kita makan yuk”. Ajak pak Herman
“ Ayo..... “.

Gue menglingkarkan tangan dipunggung pak Herman

“ Mau makan apa?”. Tanya pak Herman setelah kami melaju
“ Apa ya? (Berpikir sejenak) kalo ke restoran Jepang kamu mau nggak?”.
“ Mau kok, kan makannya bareng kamu”.
“ Dih... Udah bisa gombal ya sekarang “. Ledek gue
“ Diajarin kamu kan? “.Pak Herman tersenyum menggoda
“ Dih kapan aku ngajarin kamu kaya gitu?”.

Pak Herman melepaskan tangan kirinya lalu menggenggam tanganku

“ Nyetir yang bener “.
“ Iya Sayang, udah bener kok”.

Kami sampai di restoran Jepang yang ada mall Kemang

“ Mas, abis ini aku mau langsung pulang ya. Capek banget soalnya “. Keluh gue sembari memijat belakang leher
“ Iya “. Pak Herman tersenyum manis menatap gue
“ Mas, maaf ya selama sebulan kita pacaran kita nggak sempat pergi berdua “.
“ Gapapa, aku tahu kamu lagi ada kerjaan “.
“ Makasih ya, udah ngertiin aku “.
“ Sama-sama “. Pak Herman tersenyum

Hari ini tepat satu bulan kami bertunangan tapi entah kenapa saat bersama pak Herman gue tidak merasakan apa-apa, rasanya seperti menghabiskan waktu dengan seorang teman

“ Mas..... kamu diem ya “. Pinta gue

Gue mengatur duduk agar berhadap dengan pak Herman, gue perlahan mendekatkan wajah gue ke bibir pak Herman. Ketika lima cm lagi bibir kami akan bertemu gue langsung berpaling lalu menjauh.

“ Audy kenapa?”. Tanya pak Herman
“ Gapapa Mas, aku ke toilet bentar ya “.

Gue pun bergegas ke toilet lalu membasuh wajah

“ Nggak.... Ini salah (Kata gue sembari menahan sesak), gue nggak punya perasaan apa-apa sama Mas Herman “. Ujar gur sembari menatap diriku sendiri dicermin toilet
“ Tapi.... gimana ya? Gue takut nyakitin hati dia “.

Gue kembali menemui pak Herman

“ Mas, kita pulang yuk “. Kata gue sembari mengambil tas dimeja
“ Kenapa? Makanannya gimana dong?”. Tanya pak Herman yang kebingungan dengan perubahan sikap gue
“ Mbak.... Makanannya tolong dibungkusin ya “. Pinta gue pada pelayan restoran
“ Baik mbak, mohon ditunggu ya “. Pelayan restoran mengambil makanan diatas meja kami

Setelah mengambil sushi yang sudah dibungkus, kami pun melaju meninggalkan restoran

“ Sayang, kamu kenapa sih?”. Tanya pak Herman heran
“ Nggak kenapa-napa kok Mas, aku cuma pusing (Berpura-pura memegang pelipis)“.

Gue terpaksa berbohong pada pak Herman

“ Kita ke rumah sakit ya”.
“ Nggak perlu, aku cuma perlu istirahat aja Mas".
“ Kamu yakin?”. Memegang tangan gue
“ Iya, kamu jangan khawatir ya”.
“ Pasti karena kamu nggak makan seharian kan? makanya jadi pusing gitu”.
“ Iya kayanya “.

Aku berpura-pura memegang kepala ku supaya menyakinkan pak Herman bahwa aku sedang pusing.

“ Udah nyampe ni, abis ini langsung makan ya”. Kata pak Herman setelah didepan pagar rumah gue
“ Iya “.

Gue keluar dari mobil pak Herman

“ Yaudah kamu pulang gi”.
“ Kamu masuk dulu”.
“ Yaudah, aku ke dalam ya. Kamu hati-hati”. Kata gue sembari melambaikan tangan lalu melakukan isyarat agar pak Herman pergi

Gue meninggalkan pak Herman, didalam rumah gue terkejut dengan kejutan yang diberikan oleh Papa, Mama, Tante, Hendra dan Satya

“ Apa ni? Udah pada ngumpul aja “. Tanya gue setelah melihat mereka diruang keluarga

Satya berlari menemui gue

“ Kak Audy..... “. Teriak Satya lalu memeluk gue
“ Satya, apa kabar kamu?”. Gue berlutut agar menyamai tinggi dengan Satya
“ Baik, kak Audy tahu nggak?”.Satya terlihat senang
“ Apa sayang?”.
“ Di kamar kakak banyak banget..... (Disertai gerakan tangan) hadiah dari kami “.
“ Wah..... Makasih ya Satya “.
“ Sama-sama kak, kata Papa itu hadiah karena kak Audy udah jadi anak yang pinter “.

Gue tersenyum melirik Papa yang ada di sofa

“ (tersenyum manis menatap Satya) Satya juga harus jadi anak yang pinter ya biar bisa dapet hadiah “.
“ Iya kak”.



Kenangan Berganti [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang