"ahjussi."
"Hmm."
Lima menit kemudian.
"Ahjussi."
"Iya Bona."
Dua menit kemudian.
"Ahj-"
"Kenapa? Aku tidak mati, tenanglah. Tidur sudah malam," potong Taehyung cepat.
Setelah memori enam tahun lalu terlintas di kepalanya secara tiba tiba dan tentu saja diiringi sakit kepala, Bona menjadi sangat uring uringan. Padahal sakitnya sudah hilang tapi kekhawatiran gadis itu masih saja.
Bona melotot. "Jangan bicara yang tidak tidak!" Sentaknya galak. "Mau coba coba mati lagi?! Kalau mau mati, mati sungguhan jangan hidup lagi!" Sebal sekali, dengan emosi Bona membalikan badannya memunggungi Taehyung.
Taehyung terkekeh. Direngkuhnya tubuh mungil Bona dari belakang. "Benar mau aku tinggal mati?" Tanyanya dengan nada menggoda.
"Sana ish!"
Bukannya sakit, sikutin bahu Bona malah membuat efek geli di perut Taehyung. Lagi lagi pria itu terkekeh. Dihirupnya bau sampo Bona dalam dalam. Tidak berubah ternyata sejak enam tahun lalu.
"Ahjussi." Kali ini Bona memanggil dengan lirih.
Lagi Taehyung merespon dengan dehemenan.
"Ah-ahjussi benar sudah ingat tentang Bona?" Tanya Bona was was. Dia penasaran tapi takut kalau kalau jika ditanya Taehyung sakit kepala lagi.
Helaan nafas panjang Bona dengar. Dia menengok melihat ekspresi apa yang Taehyung buat. "Ahjussi," katanya menuntut jawaban.
"Belum." Pelan tapi Bona dengar kata itu dengan jelas. "Aku mungkin ingat, entah aku masih ragu. Tapi satu yang aku rasakan, aku sangat menyayangimu. Aku seketika sangat merindukanmu saat memori itu muncul."
Senyum Bona merekah. "Coba cerita apa saja yang ahjussi sudah ingat." Dia membalikan badan menghadap Taehyung.
"Kau menemukan handphone ku di mini market, lalu ke kantorku untuk mengembalikannya."
"Iya terus?" Bona bersemangat.
"Lalu kau melihatku berciuman dengan sekretaris ku," lanjut Taehyung.
Bona mendengus. "Owh sudah ingat itu ternyata. Terus terus." Dia cemberut tapi ingin lanjut.
"Terus anak nakal ini mempermainkanku." Satu sentilan Taehyung hadiahi di dahi Bona. "Dia bilang mau menghapus fotoku tapi malah terus menempeliku, minta ke namsan, bahkan menganggap rumahku tempat penampungan anak."
Bona terkikik. "Sudah itu saja?"
"Aku ingat semua, mungkin. Tapi aku masih tidak ingat kenapa aku bisa koma."
Senyum Bona memudar. Dia sendiri bahkan tidak mau mengingat ingat kejadian itu. "Ahjussi lebih baik tidak ingat itu," ucapnya.
"Kenapa? Apa itu akan membuatku sedih?"
Bona menggeleng. "Aku yang akan sedih."
"Benarkah?" Bona mengangguk. Taehyung lalu menarik Bona, memeluk gadisnya erat erat. "Kalau begitu aku tidak akan mengingatnya."
"Terimakasih ahjussi."
"Untuk?"
"Untuk mengingatku." Setelah mengatakn itu, dengan nakal Bona mencium bibir Taehyung sekilas dengan kilat.
"Wah sekarang kau nakal ya," kata Taehyung dengan nada menggoda.
Bona berdecak. "Kan ahjussi yang mengajariku. Dari kemarin kemarin ahjussi bahkan sepertinya sangat nafsu ingin meniduri ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae Presdir ✔️
Fanfiction(sequel saranghae ahjussi) Bona masih ingat bagaimana Taehyung menghembuskan nafas terkahirnya enam tahun lalu. Tapi sekarang dia bisa melihat pria itu lagi berjalan ke arahnya. Tanpa meliriknya sedikitpun, pria itu melewatinya. "ah-ahjussi." gumam...