GREP
Aku membuka mataku karna tak mendengar adanya suara air dan aku juga tak merasa masuk kedalam air, saat aku membuka mataku aku melihat Jungkook yang memegang tanganku dan menahanhanku agar tidak terjatuh ke dalam kolam.
Jungkook menarik tanganku membuat tubuhku mendekat ke tubuhnya dan memegang pinggangku dengan tangan satunya, jarakku dan Jungkook sangat dekat bahkan bisa merasakan deruh nafasnya. Jantungku berdegub sangat cepat saat ini, aku tak mengerti apa ini karna aku yang hampir jatuh ke kolam atau karna Jungkook yang sekarang berada di hadapanku, memegang pinggangku, dan menatapku dengan tatapan yang berbeda dari biasanya.
Tanpa sadar aku mengeluarkan senyumku "Gomawo.." ucapku. Jungkook tatapan Jungkook berubah menjadi sedikit terkejut namun ia segera memalingkan wajahnya dan melepaskan tangannya dari pinggangku lalu pergi. Aku hanya bisa melihatnya pergi dengan jantung yang masih berdegub.
"Noona, mianhaeyo.. aku sangat menyesal" ucap anak kecil yang menabrakku. Wajahnya terlihat sangat menyesal bahkan matanya sudah berkaca kaca.
Aku menyamakan tinggiku dengan tinggi anak ini "Tak apa.. Noona memafkan mu" ucapku mengelus kepalanya.
"Noona tidak marah?" tanyanya.
"Tidak noona tidak marah?" ucapku.
"Terimakasi Noona, kau sangat baik!" ucapnya memelukku lalu pergi ke teman temannya.
Aku melihat ke sekitarku menyadari banyak tamu yang melihat kearah ku, aku tersenyum canggung pada mereka dan kembali melangkahkan kakiku mencari pria bermarga Min itu.
***
Aku menarik koperku kedalam sebuah rumah dengan design minimalis namun masih terlihat mewah. Ya mulai hari ini aku akan tinggal dengan Jungkook karna perjanjian yang tadi malam aku dan Jungkook Setujui.
Ah iya.. sekedar informasi saja, semalam aku tidak menemukan Yoongi oppa karna ia ada urusan di daegu yang membuatnya harus pulang lebih dulu.
"Okay ayo kita buat peraturan" ucapku pada Jungkook. Saat ini aku tengah berada di ruang tamu dengan Jungkook.
"Peraturan?" tanya jungkook menaikan alisnya.
"Ya peraturan, aku tidak mungkin tinggal dengan pria tanpa ada peraturan. Bagaimana jika kau tiba tiba menyerangku" ucapku menyilangkan tanganku di depan kedua payudaraku.
Jungkook tiba tiba menunjukan smirk nya "Apa kau tidak mengingatnya?bukankah kau yang selalu memulai duluan" ucapnya lalu beranjak dari sofa.
Wajah ku memanas saat Jungkook mengatakan itu, ternyata dia mengingatnya. "Yak Tunggu!" ucapku berlari ke hadapannya.
Aku menggigit bibirku gugup, haruskah aku menanyakannya? ah sudahlah aku tiak mau di penuhi rasa penasaran seperti ini, aku harus mengetahui kebenarannya.
"Tujuh tahun lalu.. apa malam itu kita.. me-lakukannya?" tanyaku dengan gugup dan menahan malu.
"Kau tidak mengingatnya?" tanya Jungkook memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.
Aku spontan menggeleng mendengar pertanyaan Jungkook. "Jadi? apa kita.." ucapku menunggu jawaban pria yang ada dihadapanku ini. Jungkook menunjukan smirknya lagi dan tiba tiba ia mengikis jarak antara aku dan dia
"Entahlah" ucapnya tepat di wajahku dengan sedikit mengeja kemudian masuk kedalam kamar utama rumah ini.
Mataku membulat ketika mendengar jawaban pria itu, aku berjalan naik keatas menuju kamar yang berada di sebelah kamar Utama. "Wahh.. apa dia tidak mau memberitahuku?" gumamku saat berada di depan kamar pria yang kini statusnya adalah Tunangan ku.
Aku masuk kedalam kamarku yang sudah penuh dengan kardus kardus berisikan barang barangku , aku menghela nafas dan mulai mengeluarkan barang barang ku dari dalam kardus dengan perasaan yang masih kesal dengan jawaban Jungkook tadi. Jawabannya itu semakin membuatku penasaran, apa malam itu aku benar benar melakukannya atau tidak. Ha.. ini benar benar membuat ku frustrasi.
Ah iya kalian pasti penasaran kenapa barang barang ku sudah ada di sini, ternyata appa sudah memikirkan ini sejak aku berada Jepang jadi semua barang barang ku yang ada di amerika dikirim ke sini saat aku di jepang. Lain halnya dengan Jungkook, barang barang miliknya baru di kirimkan oleh paman Wook hari ini.
Dirumah ini terdapat 3 kamar tidur dengan kamar mandi disetiap kamarnya. Jungkook menempati kamar utama yang berada di lantai dua sedangkan aku menempati kamar yang berada di sebelahnya. Satu kamar lagi berada di lantai satu, kamar itu kita biarkan kosong jika sewaktu waktu orang tuka kami ada yang berkunjung dan menginap.
Tapi kuharap itu tidak terjadi karna jika mereka tau aku tidak tidur sekamar dengan Jungkook maka aku dan Jungkook akan langsung di nikahkan di tempat. Aneh bukan? tapi itulah syaratnya.
Ding... Dong...
"Biar aku yang buka" teriakku berlari keluar dari kamar.
Dengan cepat aku berlari menuruni tangga "Aakh" ringisku memegang siku ku. Aku tidak melihat masih ada satu tangga lagi dan membuatku terjatuh. Aku langsung berdiri dan membuka pintu, senyumku merekah lebar ketika aku melihat wajah dellivery man yang membawa semangkuk teokpokki dan sundae. Ya karna ada Jungkook aku berani memesan makanan melalaui layanan antar seperti ini.
Aku membawa masuk makanan yang baru aku pesan dengan girang ke meja pastry. Begitu aku membuka dan hendak memakannya, aku teringat pada pria yang tengah berada di dalam kamar.
"Haruskah aku menawarinya?" ucapku melihat kearah pintu kamarnya di atas.
Aku meletakan sumpitku dan berjalan ke kamar Jungkook. Saat aku hendak mengetuk, Jungkook tiba tiba keluar.
"A-apa kau mau makan denganku? Aku membeli Teokpokki dan Sundae, apa kau mau?" tanyaku. Bukankah ini aneh, aku tak mengerti kenapa hanya dengan bertanya hal sepele seperti ini saja aku gugup.
"tidak.." ucapnya menutup pintu.
Aku mengikuti Jungkook yang turun kebawah selagi mengenakan jaket kulitnya. "Kau.. mau kemana?" tanya ku ketika Jungkook mengambil kunci mobil miliknya.
Jungkook menetapku "apa pedulimu?" jawabnya kemudian keluar.
"Cih.. pria itu benar benar" gumamku memasukan teokpokki kedalam mulutku.
Tiba tiba bayangan ketika Jungkook menciumku terlintas di kepalaku, Jantunguku kembali berdegub dan wajahku kembali memanas jika mengingat itu. Terutama saat aku mengingat betapa lembutnya ia melumat bibirku, aku ingin merasakan itu lagi.
Aku langsung menyadarkan diriku karna melihat refleksiku di kulkas yang tersenyum tanpa sadar. " mwoya..sadarlah Hanna" ucapku meneepuk pelan kepalaku.
***
To Be Continue
Vote it if you like it🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Cold
FanfictionIt's easy to change what you think, but it's very hard to change what you feel . . . Sequel dari First Sight Yang belum baca First Sight yuk dibaca dulu, biar makin asik bacanya