Malam ini Jisoo lagi duduk ditemani Jeonghan di atas genteng kosan mereka. Sok-sok an di rooftop low budget gitulah. Sambil memandangi sinar bintang yang saling menyala di langit.
Setelah insiden di sekret tadi siang, yang Jisoo gak sengaja mergokin Seungcheol mesra sama salah satu anak himpunannya. Rasanya dia jadi balik lagi kayak anak smp baru puber.
Galau meen.
Beruntung Jeonghan mau nemenin sambil ngedengerin setiap ocehan kegalauan hatinya dari Jisoo.
"Tiga taun kita sekelas bareng, ----gue juga gatau sejak kapan kita saling punya perasaan yang sama, mungkin karena terbiasa bareng."
Jisoo mengingat lagi bagaimana awal pertemuan dia sama Seungcheol di SMA dulu. Dari yang awalnya temen biasa, sampai jadi terbiasa karena kehadiran satu sama lain. Pulang bareng, nugas bareng, kerja kelompok bareng, sampe Jisoo yang gak pernah absen datang di setiap acara pertandingan taekwondo buat support Seungcheol.
Dan yang paling gabisa Jisoo lupakan adalah kebiasaan saling bertukar cerita selepas pulang sekolah di atas motor cb 100 punya Seungcheol. Cerita tentang semua hal yang terjadi di sekolah hari itu sampai ngomongin guru-guru yang ngasih tugas banyak di sekolah.
Saking sederhananya kebiasaan itu, sampai mereka nggak sadar kalo cinta itu bisa tumbuh dari kebiasaan.
Anehnya lagi Jisoo sama Seungcheol juga gatau kapan tepatnya mereka berdua saling menjadi penikmat rindu masing-masing.
"Singkatnya, dia nembak gue waktu kita wisuda,"
Nah peristiwa jadian mereka dulu, juga kayaknya menjadi hal yang tak terlupakan juga buat Jisoo. Faktanya, waktu itu Seungcheol nembak Jisoo di depan mama papa Jisoo.
Di sisi lain Jeonghan keliatan ngangguk-ngangguk paham. Pikirannya agak melayang mikirin curhatan Jisoo barusan.
Kalo ternyata hubungan mereka udah lama banget. Aduh, agak susah ini mah buat dia nikung. Monolog Jeonghan dalam hati.
Jeonghan juga gak bego kali buat ngartiin setiap senyum tulus yang terukir di wajah manis Jisoo di sela dia nyeritain gimana kisah hubungan lucu-nya sama Seungcheol sejak masa putih abu-abu.
"Yaudah omongin baik-baik lah sama dia, jangan pake emosi. Karna kalo kita udah bicara pake emosi tuh pasti yang keluar kalimat yang saling nyakitin." Jeonghan nasehatin pelan.
Wow dapet ilham dari mana Jeonghan.
Jisoo cuma noleh ke arah cowok yoon di sebelahnya itu. Meskipun udah temenan sama Jeonghan sejak maba, Jisoo baru tau ternyata tuh orang bisa sedewasa dan bijak gini.
Bikin Jisoo jadi berkaca ke dirinya sendiri. Tentang sikap kekanakan dia tadi siang yang dengan seenaknya bilang putus ke Seungcheol. Jisoo tau dia terlalu emosi buat sadar kalo dia udah bilang kata sakral terlarang itu.
Selama tiga tahun mereka pacaran, Jisoo sama Seungcheol emang udah komitmen di awal buat jangan pernah nyebut kata putus atau break, walaupun se-chaos apapun keadaannya.
"Gue emang kekanakan ya han?" Jisoo tanya lagi setelah beberapa saat.
Jeonghan langsung noleh ke sebelahnya. Natap senyum Jisoo yang memilih mandang lurus langit biru kelam di atas mereka. Ngulurin perlahan tangannya ngusak lembut surai cowok manis itu.
"Enggak kok. Menurut gue, hubungan itu dijalani sama dua orang. Jadi ya dua orang itu harus saling bekerja sama, termasuk saling mengerti buat sama-sama pertahanin hubungan mereka. Gabisa kalo satu orang aja yang disuruh ngerti. Itu namanya egois,"
"Mungkin Seungcheol juga seharusnya ngerti dan paham posisi lo,"
"Sebelum dia menyesel kalo ada orang lain yang lebih bisa menghargai orang tersayangnya."
Jisoo noleh cepat ke arah Jeonghan yang sekarang lagi senyum hangat ke dirinya. Bukan gr, tapi Jisoo emang nggak sepolos itu buat tau dan mengerti apa maksud setiap tatapan berbeda yang dilayangkan Jeonghan ke dirinya.
"Hm?"
Jeonghan semakin merapatkan wajahnya ke wajah cowok kucing itu. Sampai Jisoo harus menahan napasnya waktu terpaan napas hangat Jeonghan menyapu kulit wajahnya. Kedua pucuk hidung mereka udah saling nempel.
Menghasilkan degupan yang mulai abnormal di jantung Jeonghan. Matanya masih menatap dalam netra karamel punya cowok manis yang udah berhasil bikin dia gak bisa melepas atensinya tepat saat pertemuan pertama mereka tiga tahun lalu. Jeonghan masih sangat ingat waktu itu mereka berdua sama-sama telat di mata kuliah pertama pengantar komunikasi dan berlarian bareng buat nyari ruang kuliah di gedung super asing bernama kampus. Pertama kalinya juga seorang Jeonghan Pradipta dibuat begitu terpana hanya dengan wajah panik seseorang.
Dan sejak saat itu, Jeonghan tau kalau dia udah jatuh sama perasaannya sendiri buat Jisoo.
"Gimana kalo gue bilang, gue suka sama lo sejak kita pertama telat bareng tiga tahun lalu?"
Jeonghan senyum tipis di akhir kalimatnya. Masih setia menatap obsidian cantik itu.
Jeonghan tau dia pengecut, tapi dia cuma gamau Jisoo pergi menjauh karena perasaan dia. Meskipun dia juga tau cinta dalam diam itu sama sekali nggak enak.
Karena faktanya, Jeonghan tau, kalo sampai detik ini pun Jisoo masih secinta itu sama pacarnya.
Sementara di sisi lain tanpa disadari kalo sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua dari belakang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ACIAKKDITERIMAGA YA JEONGHANNYA???
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.