8. tersesat

669 106 10
                                    

Hope you enjoy...😄😄😄

Ada yang tidak beres dengan Gaara-sensei.

Sakura terus membisikkan kalimat itu pada dirinya. Lihatlah dimana mereka berada. Setahunya, makan malam itu ya di tempat makan seperti kedai atau restoran. Tapi mereka malah berjalan menyusup di antara ribuan manusia yang menikmati festifal, masih dengan tangan Gaara yang menarik tangannya.

Gaara membawanya ke Konoha bagian barat yang merupakan dataran tinggi. Sakura menyesal tidak membawa jaketnya. Dia juga tak enak jika memakai hodie Gaara yang sempat pria itu tawarkan. Udara dingin menusuk hingga tulangnya.

"Sebenarnya kita ini jadi makan tidak sih Gaara-sensei?" keluh Sakura. Kakinya sudah lelah. Dia ingin mendudukkan diri tapi Gaara masih menariknya. Sakura juga tidak nyaman, tapi Gaara tak mau melepasnya. Sementara pria itu hanya diam dari tadi. Seperti ada yang mengganggu pikirannya, tapi Sakura tak mau ambil pusing.

"Gaara" Sakura mengernyit. Kenapa pria itu memanggil namanya sendiri?

"Panggil aku Gaara tanpa embel-embel sensei. Aku terdengar seperti orang tua" Sakura baru akan memprotes tapi emeraldnya terbius oleh pemendangan indah di depannya. Dari sini, kota Konoha terlihat menakjubkan. Belum lagi cuacanya yang terbilang cerah membuat bintang-bintang gemerlap di atas sana. Sakura tak sadar jika Gaara sudah menariknya untuk duduk di sebuah kursi. Ternyata ini tempat makan malam mereka!

"Sudah selesai mengaguminya?" Sakura mengalihkan pandangan pada Gaara yang tersenyum lembut padanya. Bukan seringai. Kalau dipandang lebih jeli ternyata dosennya ini tampan juga ya? Sakura menggelengkan kepalanya dengan pemikiran aneh itu.

"Ya, ini bagus sih. Tapi kalau hanya untuk makan malam kenapa harus disini sih sensei" keluh Sakura. Kakinya masih pegal.

"Siapa bilang ini hanya makan malam? Dan sudah kubilang berhenti memanggilku sensei!" pada kalimat terakhir nada Gaara terdengar tajam. Sakura meneguk ludah lalu tertawa canggung.

"Hehehe... Ya kan tidak bisa begitu sensei. Itu tak sopan. Aku tak mau terkena masalah jika ada orang yang mendengar--"

"Haruno Sakura yang kukenal tidak memperhatikan ucapan orang. Yang dia pedulikan cuma nilai" potong Gaara.

"Hei!!! Aku juga peduli pada orang kok sensei, kalau tidak kenapa aku masuk ke jurusan ini huh?" Sakura bersungut tidak terima. Rasa senangnya karena pemandangan indah ini seolah hilang karena ucapan Gaara. Dia peduli pada orang lain kok, buktinya dia membiarkan Sasuke tetap tinggal di apartemennya meski pria itu sudah sembuh. Tunggu, Sakura jadi ingat kalau pria itu mungkin belum makan malam. Aduh, dia bisa memasak tidak ya?

Sementara Gaara mendengus melihat Sakura yang kini seolah tenggelam dalam pikirannya. Gaara memang suka melihat wajah kesal Sakura, itu menggemaskan. Tapi tidak jika gadis itu mengacuhkannya.

"Ehm, jadi kau ingin makan apa?" Gaara memberikan buku menu pada Sakura. Emerald Sakura terbelalak melihat harga tiap porsinya. Astaga, ini bisa dibuat beli makanan tiga hari.

"Aku yang traktir" Gaara mendengus melihat wajah murung Sakura langsung berbinar. Tapi tetap saja Sakura masih memilih yang paling murah. Mereka masih terdiam beberapa saat dan Sakura memilih mengagumi pemandangan di hadapannya.

"Sakura?" Sakura menoleh pada Gaara. Dia mengambil air mineral yang ada di depannya dan menenggaknya.

"Kenapa kau begitu membenciku?" Sakura langsung tersedak air minum.

"Kenapa sensei bertanya seperti itu?" Sakura mengabaikan minuman yang disodorkan oleh Gaara dan kembali menghabiskan isi gelasnya.

"Sudah kubilang panggil aku Gaara. Ya, jawab saja pertanyaanku!" Gaara mendengus malas. Diambilnya lagi minuman tadi.

Onyx (Let Me Tell The True)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang