11. pengakuan

793 115 7
                                    

Yuk, langsung keep ya...
.
.
.

Namikaze Naruto melirik dongkol pada makhluk yang duduk santai di sebelahnya itu. Batinnya bergejolak ingin mencakar wajah yang katanya bisa menundukkan ratusan wanita. Cih, buat apa tampan kalau masih sendirian. Mending juga dirinya, Naruto masih langgeng dengan Hinata dari masa kuliah. Ah, mengingat Hinata ia jadi menyesal dan makin dongkol setengah mati.

"Aku memang tampan, Dobe. Berhenti melihatku seperti itu. Kau sudah tak menyukai Hinata?" Naruto tak menjawab. Ia sudah sangat kesal.

Sebenarnya ini bukan salah Sasuke seluruhnya. Tapi kalau bukan pada Sasuke, siapa yang harus disalahkan? Masak pada dirinya yang imut-imut ini? Atau pada rumput yang bergoyang? Oke, abaikan.

Lagipula ia heran kenapa Mikoto-ibu Sasuke- tiba-tiba menelpon Sasuke dan harus mengajak dirinya. Naruto juga mendapat pesan dari Kushina tentang hal yang sama. Katanya sih hanya sekedar makan siang keluarga. Dan itu wajib, tak bisa diganggu gugat atau Kushina akan memarahinya sampai telinganya tuli. Ih, Naruto tak mau!

Padahal kan ia harus bertemu klien siang ini. Naruto harus menundanya dan membuat janji lagi malam ini. Padahal juga ia ada janji kencan dengan Hinata. Belum lagi Sasuke dengan seenaknya masuk mobil Naruto dan bilang ia malas menyetir. Hei, padahal pagi tadi Sasuke sudah meminta jemput Sai. Apa Sasuke pikir ia supirnya? Tunggu, kenapa pula ia mau ya? Ah!!! Naruto benci Teme!

"Memangnya kemana mobilmu? Aku harus kembali ke kantor sedangkan kau ada janji dengan Itachi-nii kan? Aku bukan sopirmu tahu!" dengus Naruto.

"Kalau begitu hubungi Neji. Suruh ia menjemputku" rasanya Naruto ingin memukul kepala Sasuke. Sebenarnya ada apa sih?

"Kau ada masalah ya?" hening. Naruto mencuri lirik pada Sasuke tapi pria itu masih memandang jalanan.

"Hn" Naruto sudah mengetahui ini. Sasuke memang bukan orang yang terbuka. Dia selalu memiliki rencana dan sangat tanggung jawab. Tapi sebagai temannya sejak kecil Naruto tahu ada sesuatu yang ia pikirkan. Mungkin Sara? Shion? Entahlah.

"Oh iya... Pihak kepolisian kemarin menghubungiku dan bilang Shion belum ditemukan. Jadi, apa yang akan kau lakukan?" sebenarnya Naruto tahu Sasuke tak suka membahas ini. Tapi Naruto hanya ingin tahu bagaimana reaksi Sasuke. Dan benar dugaannya, onyx itu langsung menatapnya tajam dan rahanganya mengeras.

"Aku sudah menemukannya" kata Sasuke dengan nada dingin.

"Eh benarkah? Dimana? Kapan? Bagaimana ceritanya dan kenapa kau tak memberitahu--"

"Kita hampir sampai, Dobe! Pakai matamu!" Naruto mendengus. Kenapa dia bisa bertahan dengan sahabat macam Sasuke sih? Ah terserah.

Naruto dan Sasuke memasuki restoran mewah yang terlihat ramai. Tentu saja ini jam makan siang. Pelayan langsung membawa mereka ke meja yang memang sudah di pesan.

Mereka bisa melihat ada Fugaku dan Minato yang sedang berbincang serius. Ada Kushina dan Mikoto yang berbicara santai sambik membolak-balik majalah pernikahan. Entah untuk apa. Ada juga Madara yang sedang menikmati kopinya. Tumben sekali kakeknya itu mau ikut. Biasanya juga di rumah sambil membaca sastra tua yang ia tak paham.

"Eh Sasuke-kun dan Naruto-kun sudah datang ya, ayo silahkan duduk" Seru Mikoto. Ibu Sasuke itu terlihat sumringah. Sasuke dan Naruto hendak duduk di kursi bersebelahan tapi suara Kushina mengintrupsinya.

"Kursi itu bukan untukmu Naru-chan. Sini, duduk dekat Ka-chan" Naruto merengut dengan paggilan menjijikkan itu. Sapphirenya menatap Sasuke yang menyeringai padanya.

"Memang kenapa aku tak boleh disini Ka-chan. Kursi ini kan--"

"Kursi ini milikku" Naruto dan Sasuke sontak menoleh pada sang pemilik suara. Seorang wanita terbalut dress warna navy tersenyum manis ke arah mereka, atau lebih tepatnya pada Sasuke.

Onyx (Let Me Tell The True)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang