hujan

277 45 2
                                    

Typo bertebaran!

Happy reading
.
.
.

Jisung terus berlari sekencang mungkin, mencoba menjauh dari kawasan rumah ayahnya.

Ia takut sekali, ia membayangkan jika ia tertangkap oleh ayahnya, dan di siksa lebih dari yang sebelum-sebelumnya. Errr membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk jisung meremamg.

"Huuh... Sepertinya...hos...ayah tidak mengejar...hosss.." ucap jisung sambil meberhentikan langkahnya dan menumpu tubuhnya dengan kedua dengkulnya.

Ngomong-ngomong jisung sekarang sudah ada di perempatan jalan, tanpa terasa jisung sudah cukup jauh berlari.

Setelah selesai beristirahat, jisung sekarang kebingungan. Dia sekarang harus kemana?!.

"Huhh, sekarang aku harus kemana?" Tanyanya pada diri sendiri.

Kriukkk..kriukkk

Perut jisung bergemuruh minta di isi, dan jisung merutuki dirinya sendiri karena ia lupa sarapan.

"Aku lapar, tapi aku tidak mempunyai uang untuk membeli makanan" gumamnya lagi sambil berjalan dengan perlahan.

Jisung menatap langit, yang sekarang berwarna abu-abu juga awan yang menggumpal. Pasti sebentar lagi akan turun hujan batin jisung. Dan jisung pun mempercepat jalannya.

Jisung berjalan sambil melihat di sekelilingnya yang banyak akan jajanan yang menggugah selera. Namun semua itu tidak bisa jisung dapatkan, karena ia tidak mempunyai uang. Jisung terus saja memegang perutnya yang bergemuruh minta makanan.

"Aduh, perut kamu diem dulu yah. Jangan nakal, nanti kalo aku udah nemu uang atau makanan sisa, pasti aku bakalan ngasih makan" ucapnya sambil memegang dan menepuk perutnya.

Dugg...geludk...ctarrrr!!!(anggap saja itu suara petir:(

Jisung merasakan air yang mendarat di permukaan kulitnya, tadinya hanya tetesan kini lambat-laun menjadi guyuran hujan yang sangat deras.

Jisung tidak berlari, dia hanya berjalan pelan sambil mencari tempat yang sekiranya bisa di pakai untuk tempat berteduh.

Bibir jisung pucat, karena efek tidak makan dan di tambah lagi guyuran dingin dari air hujan membuat jisung seperti membeku. Dengan bibir bergetar juga tangannya yang memeluk tubuhnya sendiri jisung terus berjalan, hingga akhirnya ia menemukan tempat untuk berteduh. Sebuah warung kopi kecil yang sederhana yang sudah tutup jisung tersenyum kecil, lalu ia berjalan agak cepat menuju warung tersebut.

Namun di saat berjalan kaki jisung menginjak pecahan gelas yang membuat telapak kaki jisung sobek cukup besar hingga akhirnya mengeluarkan darah yang banyak. Jisung merutuki dirinya sendiri karena lupa memakai sandal.

Namun jisung terus saja berjalan tak perduli setiap jejaknya meninggalkan darah segar yang menyatu dengan air hujan. Di saat seperti ini jisung tidak merasakan apapun, ingat!, Ini hanya sobek, bahkan ayahnya bisa berbuat lebih dari ini. Jadi dia sudah biasa.

Hingga akhirnya jisung sampai di situ, dan baru lah ia duduk tanpa menggunakan alas, dan jisung melihat kakinya yang terluka tadi. Bukannya kesakitan atau menangis, justru jisung tersenyum, jika melihat luka seperti ini jisung teringat sosok appanya.

Sekarang ia sedang apa?, Apakah ia sedang menghancurkan barang-barang yang ada di rumah karena ia melihat kamar jisung yang kosong?, Atau sekarang ayahnya itu sedang mencaci dan menyumpah serapahi dirinya karena kabur?, Entahlah jisung tidak tau.

Jisung melamun, tak memperdulikan perutnya yang kelaparan. Dan apa ini?, Tiba-tiba saja kepalanya merasa pening dan pandangannya menggelap. Tidak, dia tidak boleh pingsan di sini.

Namun semakin jisung memaksakan tubuhnya untuk tetap bertahan, semakin gencar pula kepalanya yang tambah pusing dan pandangannya semakin menggelap, juga astagah!, Apa ini darah yang keluar dari hidung.

Jisung ingin menangis sekarang, namun ia tidak sempat karena setelah itu pandangannya menggelap seutuhnya. Jisung pingsan.

"Hey, astagah  kenapa kau pingsan di sini?"
.
.
.

Awan yang gelap juga berkabut membuat lelaki berumur 28 tahun itu yakin bahwa sebentar lagi hujan turun. Jadi ia putuskan untuk mampir dulu di salah satu cafe hanya untuk meminum secangkir American kopi, memilih tempat yang langsung berhadapan dengan kaca karena ia langsung di suguhkan dengan pemandangan,dan orang-orang yang berlalu lalang di kota Seoul ini.

Dan entah kenapa atensinya tiba-tiba menangkap sosok lelaki yang lebih muda darinya, dengan tubuh kurusnya ia berjalan dengan perlahan.

Ia terus saja memperhatikan lelaki kecil itu, sedikit terhenyak ketika melihat lelaki itu memegang perutnya sendiri dan berbicara tidak jelas. Pasti ia kelaparan. Batinnya namun sama sekali ia tidak bergerak dari tempat duduk itu, melainkan terus saja memperhatikan lelaki yang sedang menatap langit yang sedikit demi sedikit mulai mengguyurkan airnya, dan di situ lah si lelaki kecil itu berjalan karena ia baru tersadar bahwa sekarang hujan deras, bukannya berlari malah lelaki itu berjalan dengan perlahan. Hatinya bergemuruh tidak tega di saat melihat bibir ranum itu bergetar kedinginan,
di tambah lagi ia memeluk dirinya sendiri seakan selama ia hidup ia belum pernah di peluk dan di beri kehangatan.

Dan ia tersenyum di kala melihat lelaki itu memunculkan mata berbinarnya di saat ia menemukan tempat untuk berteduh. "Ck, kenapa harus tempat seperti itu. Itu sama saja kau tidak berteduh bodoh!" Entah kenapa ia seperti perduli dengan lelaki itu yang sekarang sedang berjalan dengan cepat.

Namun tiba-tiba alisnya menukik heran karena ia tidak mendapati pergerakan dari lelaki itu, namun di saat ia memperhatikan apa yang sedang lelaki itu liat, matanya langsung mebola di saat melihat kakinya yang mengeluarkan banyak darah segar, "bodoh!, Kenapa ia tidak memakai sandal" lagi-lagi ia merutuki lelaki itu

Namun yang membuat ia heran, kenapa lelaki itu tidak menunjukan rasa perih sama sekali?, Malahan ia terus berjalan tidak perduli dengan jejak darah yang ia tinggalkan di setiap langkahnya.

Dan ia terus memperhatikan lelaki yang sekarang tengah terduduk tanpa alas apapun itu. Lagi-lagi ia mengernyit heran di saat melihat lelaki itu tersenyum sambil memperhatikan luka yang ada di kakinya. Namun ia tidak merasakan senyuman bahagia di sana, malah ia seperti merasakan bahwa senyuman itulah yang membuat ia menyedihkan.

Ia sedikit menggeser posisi duduknya ketika melihat lelaki itu mulai memegangi kepalanya dan meringis seperti menahan sakit.

Ia berdiri, di saat melihat lelaki itu mulai tebaring dan memegang perutnya dan juga kepalanya.

Dan ia langsung berlari dengan panik, memakai payung dan menerobos hujan ketika melihat lelaki itu pingsan.

"Hey, astagah kenapa kau pingsan di sini?" Ucapannya dan tanpa ba-bi-bu ia langsung menggendong tubuh kecil itu ala bridal style.

Dan astaga, kenapa badannya ringan sekali. Apakah ia jarang makan?. tubuh yang paling ringan menurutnya.

Lalu di bawanya tubuh lelaki itu kedalam mobil sport berwarna hitam legam itu dan di bawalah ia kerumah sakit.


TBC...

Nah lo, siapa tuh?. Captr selanjutnya bakal ada Minho!!.

Maaf kalo penggunaan bahasanya masih berbelit, maklum baru belajar bahasa formal.

Semoga suka...

See u

Tertanda:hersa💙

YoUr My HiRo (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang