7. Chapter 6

773 57 2
                                    

Seoul International School

Pagi ini Sehun tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya, sepanjang koridor sekolah ia selalu tersenyum mengingat apa yang sudah ayahnya katakan semalam. Ada sedikit rasa kebebasan rasanya.

"Aigoooo, gabjagi!.Tumben sekali kau senyum seperti itu piyak, apa kau sakit?". Tanya Kai yang terheran - heran melihat sahabatnya itu terlihat begitu bahagia pagi ini.

"Dasar malikaa, aku hanya sedang merasa senang. Memangnya kenapa? Tidak suka?". Jawab Sehun dengan wajah songongnya kkk.

"Yak Kim Sehun!, kau benar - benar tidak mau membagi kebahagiaanmu itu dengan sahabatmu ini hah?!".

"Kkkk..., baiklah. Jadi mulai hari ini appa akan mengizinkanku pergi bersama teman - teman".

"Hah? Jinjja? Kenapa bisa begitu".

"Aishhh panjang ceritanya kalau aku ceritakan, pokoknya sekarang appa dan eomma sudah tidak melarangku lagi jika aku ingin keluar rumah".

"Wahhh daebakk! Berarti kita bisa lebih sering bermain bersama".

"Eummm". Sehun mengangguk sambil tersenyum lebar.

Apa yang Suho lalukan semalam membuat mood Sehun sangat baik hari ini, ia mengikuti kelas dengan bahagia. Tidak seperti biasanya dengan wajah murungnya. Bahkan sudah hampir jam pulang sekolah Sehun tetap terlihat ceria.

"Baik anak - anak, pelajaran hari ini saya cukupkan
sampai di sini. Ohh iya, mulai minggu depan kalian sudah masuk pekan ujian. Jadi bapak harap kalian bersiap - siap untuk mengahadapi ujian, dan juga jangan lupa menjaga kesehatan."

"Ndeee...". Jawab siswa kelas XI 1.

"Kalau begitu kalian boleh pulang".

Setelah guru keluar, Kai langsung menjatuhkan kepalanya di atas meja. Dengan tas yang menjadi tumpuan wajahnya.

"Aigoooo, kenapa waktu cepat sekali berlalu sih. Rasanya baru kemarin kita naik kelas 2, sekarang sudah mau ujian saja. Rasanya aku belum siap akan mengahadapi ujian". Kesal Kai.

Sehun hanya tertawa melihat sahabatnya itu.

"Kalau kau tidak siap, tidak usah belajar. Paling tahun depan kau akan memanggilku senior kkkk". Jawab Sehun sambil tertawa mengejek Kai.

"Aishhh, kau ini sahabat macam apa piyakk. Harusnya kau memberiku semangat".

"Malikaa fightingg!!". Sehun memberi Kai semangat dengan mode aegyonya.

Melihat hal itu, Kai langsung menjatuhkan wajahnya lagi ke atas meja.

"Sudahlah, bawa santai saja. Ujian itu harus di hadapi, bukan dihindari". Ucap Sehun sambil beranjak dari kursinya lalu berjalan ke pintu.

"Yakk, tunggu aku Piyakk!". Kai cepat - cepat bangkit dan hendak mengejar Sehun. Sehun refleks lari menjauh dari Kai. Kai kaget melihat Sehun lari, tidak biasanya anak itu melakukannya. Kai pun mempercepat larinya untuk menegur Sehun kalau hal itu berbahaya.

Bip bip bip bip bip

Jam tangan Sehun tiba - tiba berbunyi, Sehun lantas berhenti mendengarnya. Dengan nafas yang terengah - engah ia berhenti lalu melihat jamnya ternyata monitor itu menunjukkan angka 100, Sehun baru sadar tadi ia berlari sangat cepat. Kai yang melihat Sehun berhenti langsung merangkul pundak sahabatnya itu.

"Hoshh...hoshh....akhirnya kau berhenti, sejak kapan kau boleh berlari hah?". Ucap Kai sambil berusaha mengatur nafasnya, Kai dapat merasakan Sehun yang juga terengah - engah.

Moral of the storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang