22. Chapter 21

543 40 8
                                    

Anam Hospital

Semua anggota keluarga Kim sedang tegang menunggu di depan ruang UGD, sudah lewat satu jam si bungsu di tangani di dalam sana, namun dokter Byun blum juga keluar. Irene tidak berhenti menangis sejak memangku si bungsu di dalam mobil. Irene masih ingat dengan jelas wajah pucat dan dingin serta bibir yang mulai membiru dari anak bungsunya itu. Suho memeluk istri dan anak sulungnya, mencoba menenangkan dan meyakinkan mereka kalau si bungsu pasti baik - baik saja. Padahal sebenarnya dia sedang dilanda ketakukan sekarang, namun sebagai kepala keluarga dia harus selalu terlihat kuat di depan keluarganya. Jangan tanyakan Tao di mana, karena dia tidak ikut ke rumah sakit. Suho langsung memaki Tao habis - habisan sesaat setelah mendengar penjelasan singkat Tao ketika Sehun sudah dimasukan ke dalam mobil. Kalau saja si bungsu tidak kambuh dan pingsan, pasti Suho sudah memarahi Tao lebih lama.

Cekrekk..

Suara pintu dibuka itu seketika membuat keluarga Kim berdiri bersamaan, dokter Byun akhirnya keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?". Pertanyaan pertama Suho pada dokter Byun.

"Sehun sempat mengalami henti jantung..". Belum sempat dokter Byun melanjutkan penjelasannya, Irene sudah dulu pingsan medengar kalau anak bungsunya sempat mengalami henti jantung. Irene lalu dibawa masuk ke dalam ruangan UGD untuk mendapat pertolongan, Suho dan Chanyeol semakin khawatir melihat dua orang kesayangan mereka sakit secara bersamaan. Setelah Irene mendapat pertolongan, dokter Byun kembali menjelaskan kondisi Sehun pada Suho dan Chanyeol.

"Sehun tadi sempat mengalami henti jantung, meskipun tidak lama dan kami berhasil mendapat detaknya kembali, tapi itu sangat mempengaruhi kondisi jantung Sehun. Kondisi jantung Sehun saat ini masih sangat lemah, kondisinya juga belum stabil. Sebentar lagi Sehun akan di pindah ke ruang ICU, setelah Sehun sadar dan kondisinya stabil saya akan melakukan tindakan angiografi jantung pada Sehun untuk mengetahui lebih detail sejauh mana kerusakan yang terjadi pada jantung Sehun. Nanti silakan bapak ke bagian administrasi untuk menandatangani beberapa surat persetujuan untuk melakukan tindakan. Kalau begitu saya permisi dulu".

"Baik dok, terimakasi". Jawab Suho yang seperti masih tidak percaya dengan penjelasan dokter Byun barusan.

"Appaa,,,". Panggilan Chanyeol menyadarkan tatapan kosong Suho. Suho menatap si sulung, dia paham betul kalau anak sulungnya itu juga sangat takut sekarang.

"Appaa mianhaee lagi - lagi ini karena kakak...hiks...kalau saja tadi kakak tidak lalai, pasti adek tidak akan seperti ini...hiks...". Chanyeol menangis sambil menyalahkan dirinya atas apa yang sudah terjadi. Suho lalu mendudukkan Chanyeol di kursi, dia lalu duduk berlutut di depan anak sulungnya itu.

"Heii jagoan, lihat appa". Ucap Suho sambil memegang kedua pipi anak sulungnya.

"Kakak tidak salah, appaa tidak marah nak. Hapus air mata kakak sekarang. Kakak harus ingat ya, laki - laki harus selalu terlihat kuat, tidak boleh menangis. Sebagai anak tertua, kakak harus terlihat kuat di depan adik agar adik bisa kuat juga melawan sakitnya. Arracci?". -Suho

"Nde appaa". Chanyeol lalu dengan cepat menghapus air matanya.

"Kakak tunggu di sini ya, appaa ke administrasi dulu. Kakak tidak boleh menangis lagi, sekarang berdoa saja untuk adek dan eommaa". Ucap Suho sebelum meninggalkan anak sulungnya itu.

***

Sehun sudah dipindahkan ke ruang ICU, Suho menemani anak bungsunya itu seorang diri. Chanyeol sedang menemani ibunya di dalam ruang pasien, dokter bilang tekanan darah Irene sangat rendah jadi dia perlu di infus. Suho sedang duduk di samping ranjang Sehun, perlahan dia menggenggam tangan kanan si bungsu yang hanya di pasang oksimetri. Suara dari mesin EKG saat ini mendominasi ruangan itu, Suho rasanya kehilangan suaranya melihat anak bungsunya itu terbaring lemah dengan berbagai macam alat yang menempel di tubuhnya. Suho lalu mencium tangan Sehun, lalu mengelus lembut rambut hitam anak bungsunya itu.

"Jagoan appaa anak yang kuat, appaa yakin adek pasti sembuh. Appaa yakin kita bisa melewati ini bersama - sama, appaa yakin adek pasti segera mendapat donor yang cocok. Adek harus kuat demi appaa, eommaa, dan hyung. Arracci?". Ucap Suho

Tidak lama dokter Byun pun masuk untuk mengecek kondisi Sehun, Suho lalu sedikit menjauh agar dokter Byun lebih leluasa memeriksa putranya itu.

"Kondisi Sehun saat ini sudah cukup stabil, kita berdoa saja agar dia segera siuman". Jelas dokter Byun.

"Iya dok, semoga saja".

"Tenang saja, Sehunie anak yang kuat, saya juga sudah menghubungi teman saya di beberapa rumah sakit perihal donor jantung untuk Sehun". Jelas dokter Byun lagi.

"Terimakasih banyak dok, terimakasih atas semua yang dokter sudah lakukan pada Sehun selama ini". Ucap Suho.

"Sudah tugasku". Jawab dokter Byun sambil menepuk pundak Suho sebelum beranjak keluar dari ruangan.

***

Jari tangan Irene mulai bergerak, Chanyeol yang melihat itu langsung menatap wajah ibunya.

"Eommaa?". Panggil Chanyeol.

Irene lalu perlahan membuka matanya, dia lalu melihat sekeliling. Hanya ada anak sulungnya itu disampingnya.

"Kenapa eommaa ada di sini kak?". Tanya Irene

"Tadi eommaa pingsan saat mendengar penjelasan dokter Byun". Jawab Chanyeol.

"Astaga adek!". Irene seketika langsung bangun mengingat anak bungsunya.

"Eommaaa pelan - pelan, infusnya jadi ketarik". Panik Chanyeol.

"Eommaa yang tenang ya, eommaa juga sedang sakit harus istirahat. Adek sudah di pindah ke ruang ICU, appaa sedang menemani adek sekarang". Terang Chanyeol pada ibunya.

"Antar eommaa ke sana kak". Pinta Irene.

"Iya nanti kakak antar eommaa, tapi setelah infusnya habis ya". Jawab Chanyeol

"Antar eommaa sekarang kak, lagian eommaa sudah tidak apa - apa. Kakak sekarang berani ya menyuruh - nyuruh eommaa". Irene masih mengotot ingin ke ruangan Sehun. Chanyeol lalu diam, dia bingung harus apa.

"Bukan begitu eommaa, tapi dokter yang bilang eomma baru bisa pergi setelah infusnya habis". Jawab Chanyeol .

"Eommaa sudah baik - baik saja kak, sekarang panggil suster untuk melepas infusnya". Perintah Irene

"Tapi tapi".

"Atau eommaa lepas sendiri?".

"Iya iya eommaaa". Chanyeol lalu beranjak dari kursinya untuk memanggil suster.

Tidak lama suster pun datang, awalnya suster itu tidak mau melepaskan infus Irene. Tapi setelah Irene meyakinkan berulang - ulang, akhirnya infus Irene dilepas setelah dia menandatangani surat kalau infusnya di lepas atas keinginan pasien. Karena mau bagaimanapun rumah sakit memiliki prosedur yang harus di patuhi. Chanyeol pun mengantar ibunya ke ruangan Sehun.
.
.
.
.
Selamat membaca~

Moral of the storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang