9. Chapter 8

692 53 2
                                    

Anam Hospital

Mobil Chanyeol sudah berada di depan pintu UGD rumah sakit, ia cepat - cepat turun lalu menggendong Sehun. Sehun sudah tidak sadarkan diri saat dia gendong.

"Suster tolong adik saya". Teriak Chanyeol sambil menggendong Sehun saat memasuki UGD. Para perawat dan dokter langsung menghapiri Chanyeol sambil mendorong brankar, Chanyeol langsung meletakan tubuh adiknya itu. Chanyeol lalu ikut mendorong brankar sambil memegang tangan Sehun, tangan adiknya itu sangat dingin dan di penuhi keringat.

"Dek, hyung tahu adek itu anak yang kuat. Jangan tinggalkan hyungg, hyung belum siap". Ucap Chanyeol dalam hati sambil terus menggenggam tangan adiknya.

Mereka telah sampai di ruang UGD, namun Chanyeol tidak bisa ikut masuk ke dalam.

"Maaf pak, selain petugas dilarang masuk".

"Tapi saya kakaknya sus".

"Tetap saja pak, mohon tunggu di luar, mohon kerjasamanya ya pak. Terimakasih". Perawat itu lalu menutup pintu, Chanyeol hanya bisa melihat Sehun dari kaca pintu. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya, ia terlihat sangat kacau. Ini adalah pertama kalinya adiknya kambuh setelah beberapa bulan. Sialnya, orangtua mereka sedang tidak bersama mereka. Chanyeol meluruh ke lantai, ia menangis sambil memeluk kedua kakinya lalu menarik kasar rambutnya. Tidak lama pintu di tutup, Dokter Byun lalu datang dan akan masuk ke ruang UGD. Chanyeol lalu kembali berdiri.

"Dok tolong selamatkan adik saya dok". Ucap Chanyeol pada Dokter Byun.

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, kamu berdoa saja untuk adikmu". Ucap Dokter Byun lalu masuk ke dalam ruang itu.

"Ini semua salahku, harusnya aku lebih hati - hati. Harusnya aku harus lebih tegas untuk mengawasi Sehun". Sesal Chanyeol dalam hati.

Di tengah kecemasannya, telpon Chanyeol tiba - tiba berbunyi. Suho, ayahnya menelpon.

***

Sementara itu, Irene dan Suho sedang menikmati makan bersama dengan para kolega Suho. Saat akan meminum winenya, Irene tidak sengaja menjatuhkan gelasnya. Irene tiba - tiba berfirasat tidak enak, iapun menoleh ke arah suaminya.

"Sehunn, aku yakin terjadi sesuatu pada putra kita". Suho yang melihat istrinya panik lalu mengajak Irene kembali ke kamar mereka. Saat sudah kembali ke kamar, Suho mencoba menenangkan Irene. Namun Irene tidak bisa tenang, Irenepun menyuruh Suho untuk menelpon Chanyeol.

***

Chanyeol sebenarnya tidak mau mengangkat telpon dari ayahnya, namun ia juga tidak bisa menyembunyikan hal ini dari mereka.

"Yeoboseoo. Kak, kakak di mana?". Chanyeol tidak menjawab, ia mencoba untuk tidak menangis.

"Kak?, kenapa tidak bicara. Kakak baik - baik saja kan?". Ucap Suho, kali ini nada suaranya berubah. Appanya itu sudah mulai khawatir.

"Appaa....mianhaee...mianhaee...ini semua salah kakak...adikk...". Chanyeol mencoba menjelaskan, namun rasa cemas yang ia rasakan membuatnya kesulitan untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Adek? Adek kenapa?, kakak tenang dulu, coba bicara yang benar pada appa. Jelaskan apa yang terjadi, kakak di mana?".

"Kakak.. sedang di rumah sakit appaa, adik kambuh. Sekarang sedang ditangani oleh dokter. Kakak takut sekali, appa...". Jawab Chanyeol sambil menangis.

"Apa? Kambuh?, yasudah appaa dan eommaa akan ke sana sekarang. Kakak yang yang tenang jangan takut, berdoa saja untuk adik". Irene langsung panik mendengar suaminya bilang kambuh, kekhawatiran yang ia rasakan sejak meninggalkan rumah memang terjadi. Firasat untuk tidak pergi ternyata benar, itu bukan firasat karena tidak pernah meninggalkan Sehun di rumah. Tapi memang firasat akan terjadi sesuatu pada putra bungsunya itu. Irene shock bahkan hampir pingsan, untungnya Suho cepat - cepat memegang tubuh istrinya itu. Setelah Irene lebih tenang, mereka pun bergegas mengemas barang lalu berangkat ke bandara.

Moral of the storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang