15. Jealous Girl
Pesawat yang ditumpangi Diandra mendarat mulus di Bandara Soekarno Hatta. Sudah dua minggu berlalu semenjak kejadian itu, Diandra terpaksa harus pergi untuk menenangkan diri ke Kalimantan, tempat orang tuanya berada.
Meskipun disana Diandra tetap kesepian, setidaknya dia dapat membantu bisnis orang tuanya di bidang kuliner. Hal itu cukup membantu menyita waktunya hingga melupakan kejadian itu.
Sebenarnya Diandra ingin lebih lama di Kalimantan, tetapi Erland memintanya pulang untuk ikut merayakan ulang tahunnya yang tidak dapat ditolak Diandra.
Diandra menarik kopernya yang tidak terlalu besar itu. Erland sudah menyambutnya. Mengambil alih koper milik Diandra.
"Welcome home, Princess." sapanya.
"Happy birthday, Land." ucap Diandra.
Erland tersenyum, "Thanks!"
"Gue jadi di jemput gini sama yang punya acara."
"Santai, Di, lagian lu mau minta tolong siapa? Kalo Rivan yang jemput pasti lama."
"Kan bisa naik taksi."
"Antri! Tuh liat!" dengan dagunya, Erland menunjukkan antrian taksi. "Silahkan!" ucap Erland sambil membukakan pintu penumpang untuk Diandra.
"Terima kasih." ucap Diandra sambil tersenyum.
Erland membalas senyum Diandra, "Sama-sama."
Karena acara ulang tahun Erland terkesan santai, Diandra hanya mengenakan celana jeans, tank top yang di tutupi outer, dan sepatu kets. Hanya jam tangan sebagai aksesoris tangannya. Rambutnya dibiarkan terurai.
Sebelum ke tempat acara, Diandra memohon untuk mampir ke toko kue ternama untuk membelikan Erland kue ulang tahun yang akhirnya disetujui Erland.
Hingga mereka masuk ke salah satu kafe di kawasan Setiabudi. Acara tiup lilin dimulai, "First cake nya buat Diandra yang udah jauh-jauh dari Kalimantan cuma buat dateng kesini."
"Waaah, makasih!" ucap Diandra.
"Hmmm moduuus!"
"Bisa aja alesannya!"Suara-suara iri langsung menyerbu. Diandra hanya tertawa mendengarnya. Tawanya menghilang ketika fokus pada satu orang yang dari tadi menatap lurus ke arahnya, padahal lengannya di gandeng oleh seorang perempuan cantik dan modis.
"Gue ke toilet dulu ya." bisik Diandra pada Erland yang duduk di sampingnya yang diangguki Erland.
"Sekarang sama Erland, Di?" pertanyaan itu dilayangkan seseorang pada Diandra ketika dia baru keluar dari toilet. Xavier bersandar sambil melipat kedua tangannya.
"Maksudnya?"
"Boleh kalo gue gangguin hubungan kalian?"
"Gue makin gak ngerti!"
"Gue yang gak ngerti lu, Di! Lu ganggu pikiran gue, tapi sekarang lu sama Erland." kata Xavier.
Diandra tidak merespon. Xavier yang sudah biasa tidak dapat respon dari perempuan di depannya ini cuma senyum sekenanya, "tenang aja, Di, gue gak akan gangguin hubungan lu sama temen-temen gue. Gue akan bikin lu yang liat sendiri ke arah gue. Gue akan bikin lu inget siapa gue."Setelah menyelesaikan kalimatnya, Xavier pergi meninggalkan Diandra sendiri.
Deg-deg-deg. Hah! Lama-lama gue bisa jantungan kalo kayak gini terus! Batin Diandra sambil memegang dadanya. Bagaimana pun juga, Diandra hanya perempuan biasa yang khilaf kalau melihat pria tampan. Namun sifat Xavier padanya yang ambigu itu membuat Diandra tersadar dari hipnotis wajah tampan Xavier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Six Prince
Teen FictionDiandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam pria idola kampus karena suatu acara. Apa jadinya ketika masing-masing dari mereka mengenal diandra?