19. Im Bear
Diandra membuka kedua matanya, keningnya mengkerut karena tidak mengenali tempat dia berada sekarang. Dia melihat Edo yang sedang fokus dengan laptopnya. Bibirnya tersenyum ketika Edo menoleh melihatnya.
"Selamat sore, Tuan Puteri."
"Gue pingsan ya, Do?"
Edo menutup laptopnya dan mendekati Diandra, "Menurut lu?"
"Sorry ya, jadi ngerepotin. Lo gotong gue kesini ya? Tangan lo patah gak?"
Edo tertawa mendengar candaan Diandra, padahal dia baru sadar. Dengan gemas, Edo mengacak-acak rambut Diandra.
"Gue ambil bubur dulu ya."Diandra mengangguk. Sambil menunggu Edo, dia mengambil handphonenya dan mengecek beberapa pesan masuk dan panggilan tak terjawab. Diandra membalas satu per satu pesan masuk di handphonenya.
"Sorry, tadi handphone lu gue silent. Biar gak ganggu lu istirahat." ucap Edo sambil membawa semangkuk bubur. "Mau gue suapin atau..."
"Gue makan sendiri aja." sambar Diandra cepat.
"Kegiatan lu selain ngajarin Rere itu apa sih, Di? Sampai lu kurang istirahat."
Akhir-akhir ini Diandra susah tidur karena memiliki sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.
Flashback...
"Gue suka lu, Di!"
Diandra terbelalak mendengar satju kalimat yang diucapkan Xavier, lalu dia berusaha tertawa untuk mencairkan suasana. Xavier masih dengan tatapannya semula, menunggu Diandra selesai tertawa.
"Hhmmmffff... gue juga suka lo kok, Xav," ucapnya, lalu dia kembali tertawa.
"Jadi pacar gue, Di!"
Tawa Diandra terhenti ketika Xavier melontarkan satu kalimat berikutnya. Deg... deg... deg... jantung gue bisa meledak kalo dia terus begini.
"Lo lagi prank gue, Xav?" tanya Diandra. Xavier menggeleng cepat. Diandra bangkit dari duduknya, namun Xavier menahannya. Tatapan mereka beradu.
"Tapi..."
"Lu gak suka gue?"
Diandra menggeleng. Dia tidak cukup yakin kalau Xavier benar-benar menyukainya. Apalagi beredar kabar soal Xavier yang tidak suka perempuan itu. Apakah Diandra hanya tameng untuk meredakan rumor itu.
"Lo... bukannya... gak suka perempuan?" pertanyaan Diandra yang polos dan takut-takut itu membuat Xavier tersenyum. Oh my, dont smile too much, Xav! Ucapnya dalam hati.
"Lu percaya?"
Diandra mengangkat alisnya, dia benar-benar tidak tahu. Xavier terlalu misteri baginya.
"Do you remember Bear?"
Diandra ingat mempunyai teman kecil yang dia panggil Bear itu. Semua orang memanggil Bear, karena temannya itu gendut dan besar, seperti beruang. Tapi Diandra memanggilnya Bear karena dia hangat dan menenangkan kalau berada di dekat Bear. Namun Bear harus pindah keluar negeri karena bisnis orang tuanya. Sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu dan berkomunikasi. Diandra menatap dalam-dalam Xavier ketika dia mengingat teman kecilnya itu. Xavier tersenyum, "It's me!"
Spontan Diandra memeluk Xavier. Dia rindu pada Bear-nya itu. Bear selalu melindungi Diandra, dari anak-anak nakal yang mencoba mengganggu Diandra.
Diandra melepaskan pelukannya karena sadar kalau pria yang dipeluknya saat ini adalah Xavier, bukan Bear. Meskipun sosok mereka sama, namun saat ini Diandra melihatnya sebagai Xavier, bukan Bear.
"Gue tau lu adalah Diandra kecil gue ketika gue liat foto orang tua lu di handphone Rivan."
"Tapi... sekarang gue melihat lo sebagai Xavier, bukan Bear. Dan soal lo gak suka..."
"Perempuan? Lu mau pembuktian apa dari gue?" potong Xavier. Diandra hanya diam, tidak tahu harus meminta bukti apa. "Yang gue tahu, perempuan yang deketin gue selalu palsu. Gue selalu berharap secepatnya ketemu sama lu, gue suka sama lu, dari dulu. Lu tau kenapa? Karena lu gak pernah palsu, lu tulus, lu gak baik sama orang hanya karena lu butuh dia, lu selalu memberikan yang terbaik buat semua orang. Dan gue bersyukur, sampai saat ini, lu masih seperti itu."
"Xav, gue..."
"Ada salah satu cara untuk menunjukkan kalo gue suka sama lu,"
Xavier memajukan wajahnya dan mengecup bibir Diandra. Lembut. Sangat lembut. Juga dalam. Jari-jarinya membelai rambut Diandra. Rasa suka, kangen, dan posesifnya melebur menjadi satu dalam ciumannya.
Sedangkan Diandra, memegang dadanya sendiri agar jantungnya tidak melompat keluar. Dia terlalu terkejut, Xavier adalah Bear, Xavier selalu menunggunya, dan Xavier masih menyukainya sampai saat ini.
Flashback off
"Gue masih kerja parti time sih seminggu dua kali dateng. Tapi mungkin karena liburan, gue movie marathon, jadi kurang tidur." jawab Diandra sekenanya dan tentu saja berbohong.
"Ya ampun!" Edo gemas mendengar jawaban Diandra. "Yaudah, buburnya di abisin, teh hangatnya di minum, abis ini gue anterin lu pulang."
Diandra mengangguk.
* * *
Bima masih belum sadar diri. Erland mengantar Sisy pulang karena Ayah mereka sudah datang untuk gantian menjaga Bima.
Sebelum mengantar Sisy pulang, mereka makan di kawasan Blok M."Tengkyu, Kak." ucap Sisy ketika Erland menaruh nampan di atas meja berisi makanan pesanan mereka.
Suasana hening, mereka sibuk dengan makanan masing-masing. Pikiran Sisy melayang jauh, memikirkan kapan Bima akan sadar. Erland juga berpikiran sama. Namun tidak ada kata pemecah keheningan di antara mereka.
Setelah makan, Erland mengantar Sisy pulang. Di dalam mobil, Sisy tertidur pulas. Erland melihatnya sekilas. Pasti lelah! Ucapnya dalam hati. Padahal dia sendiri tidak kalah lelah karena menemani Sisy yang menunggu Bima sadar.
Erland mengambil handphonenya dan menelepon seseorang. Sambungan teleponnya di terima pihak seberang.
"Di, lu gak apa-apa?"
"Gak apa-apa, Land, udah mendingan juga kok!"
"Udah di rumah?"
"Ini lagi di anter Edo pulang ke rumah."
"Sorry ya, gak bisa nganterin lu balik. Gue harus nungguin Bima sama nemenin Sisy, kasian kalo ditinggal."
"Gak apa-apa, Land. Gue berterima kasih banget karena lo bisa luangin waktu untuk nungguin Bima dan nemenin Sisy, dia pasti butuh lo."
"Sama-sama." jawab Erland. Dia melirik Sisy, "Yaudah, Di, hati-hatinya, nanti kalo udah sampe rumah, kabarin gue. Ini gue juga lagi nganterin Sisy balik dulu. Dia tidur, kecapean."
"Yaudah, lo juga hati-hati ya. Salam buat Sisy."
"Besok gue boleh main ke rumah lu?"
"Boleh."
"Oke. Bye."
"Bye."
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Six Prince
Ficção AdolescenteDiandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam pria idola kampus karena suatu acara. Apa jadinya ketika masing-masing dari mereka mengenal diandra?