37. Come Back
Anya memarkirkan mobil Diandra dengan rapi. Mereka masuk ke sebuah restaurant di sebuah mall besar di Jakarta Pusat. Diandra memang sengaja mengajak asistennya untuk bertemu seseorang spesial hari ini agar tidak canggung.
Mereka di sambut oleh sepasang laki-laki dan perempuan. Wajah mereka yang tampan dan cantik membuat Diandra menarik bibirnya. Pasangan serasi.
"Duh, sorry banget ya, Dav, macet banget tadi!" ucap Diandra.
Davin tersenyum dan mengacak-acak rambut Diandra dengan gemas seperti biasa.
"Oh ya, aku ngajak rekan kerja aku gak apa-apa kan, Dav?"
"Gak apa-apa, Diandra. Oh ya, kenalin, ini Kiara. Pacar aku."
"Hallo, Diandra. Nice to meet you." perempuan yang dikenalkan Davin sebagai kekasihnya itu tersenyum menyambut Diandra sambil cipika cipiki.
"Hallo, Kiara. Nice to meet you too. Kamu cantik banget!"
"Makasih, Diandra."
"Ayo duduk! Kamu mau pesen apa, Di? Kita udah pesen." Davin mengambil alih.
"Hmmm, apa ya? Kamu mau apa, Anya?"
"Saya sama saja dengan kamu, Di." jawab Anya.
"Yaudah chicken cordon blue aja dua ya, Mba, sama lemon teanya juga dua." ucap Diandra pada pegawai restaurant yang langsung di catat.
"So, gimana awal pertemuan kalian? Aku kepo!" tanya Diandra.
Davin melirik Kiara yang tersenyum malu. "Kiara ini keponakannya profesor aku, Di. Kiara ini Dokter Dermatologi. Tapi kita masih satu rumah sakit." jelasnya.
"Oke, kalian dikenalin, terus?"
"Terus ya... kenalan... terus semakin kenal, semakin klik!" lanjut Davin. "Kiara, she's my ex. Aku pernah jahat banget sama dia. Tapi dia bener-bener gak pernah marah. Menurut kamu gimana?"
Diandra terkejut karena Davin dinilai terlalu jujur dengan Kiara. Bahkan kejujurannya itu dinilai bisa menyakiti hati Kiara. Tapi tanpa Diandra sangka, Kiara malah tersenyum tulus.
"Setiap manusia pasti punya salah, Davin. You're not the angel. Tapi aku sangat berterima kasih sama Diandra karena kamu tidak menyimpan dendam sama Davin. You're a noble hearted person. Dari pertama aku liat kamu, Diandra, aku udah suka banget sama aura yang kamu pancarkan. Melihat kamu, bikin hati aku teduh." ujar Kiara. Kata-katanya cukup baku, seperti sudah lama tinggal di luar negeri.
"Aku juga seneng banget kalo Davin punya pasangan kayak kamu. Kamu baik banget, Kiara."
"Ya ampun, aku seneng banget loh kalo istri tua sama istri muda bisa akur." canda Davin yang langsung di pelotin Diandra. Davin tertawa puas.
Makan siang mereka tidak berlangsung lama karena setelah jam makan siang selesai, Diandra harus balik karena ada rapat jam 2 siang.
* * *
Hari itu, Xarrah, Mami Xavier datang mengejutkan Diandra yang sedang fokus bekerja. Diandra berhamburan ke arah Xarrah dan memeluknya.
Tangisnya pecah seakan sudah tertimbun lama dan akhirnya di keluarkan. Xarrah tidak berkata apa-apa, hanya menunggu Diandra selesai menangis sambil menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan.
"Xavier gimana, Mi?" tanya Diandra setelah tenang.
"Mami gak bisa jawab sekarang. Mending kamu ikut Mami aja yuk! Setengah jam lagi kita ada rapat dengan vendor furniture untuk hotel baru kita."
Sejujurnya Diandra sempat merajuk. Kenapa disaat seperti ini, Mami malah membahas rapat.
Bahkan ketika memasuki ruang rapat, Diandra malah bertemu Erland. Sedikit Erland bercerita kalau vendor furniture yang dimaksud Xarrah barusan adalah perusahaan furniture miliknya.
Setelah rapat selesai, Aro, Papi Xavier membuat pengumuman Direktur Utama yang baru.
Sebuah pria tampan, mengenakan jas biru dongker, senada dengan warna dasi dan celananya, dengan kemeja putih. Rambutnya tertata rapi. Tubuhnya tegap, wajahnya memancarkan aura tegas.
Xavier.
Rasanya Diandra ingin pingsan saat itu juga. Seluruh kakinya lemas. Dia terkejut. Tetapi ada perasaan lega ketika melihat seseorang yang sudah lama dia rindukan muncul di hadapannya.
Bahkan Erland yang terkejut malah menatap reaksi Diandra. Sedikit banyak sepertinya dia tahu perasaan Diandra sekarang. Ingin rasanya ia membawa Diandra pergi dari tempat itu dan memeluknya erat.
Memang agenda rapat hari ini cukup panjang. Selain Diandra, beberapa manajer dari divisi lain turut hadir pada rapat ini. Mereka terlihat antusias memiliki Dirut muda dan tampan.
Bahkan ketika rapat dinyatakan selesai, Diandra buru-buru keluar dari ruang rapat dan pergi ke toilet. Erland yang mengejarnya hanya bisa menunggunya di luar.
Diandra menangis sejadi-jadinya. Entah mengapa hatinya terasa sangat sakit. Dia menepuk-nepuk dadanya berharap rasa sakit itu keluar dari hatinya. Namun ternyata tidak bisa. Semuanya begitu abu-abu. Bahkan Diandra tidak tahu kejelasan semuanya. Semuanya begitu mendadak.
"Erland?"
"Pulang bareng gue ya, Di?"
Setelah menimbang-nimbang, Diandra mengangguk, "Gue ambil tas dulu ya, sekalian pamit ke Anya."
"Anya, hari ini kamu pulang pake mobil saya ya, ini kuncinya. Besok pagi boleh minta tolong jemput?"
"Baik, Bu,"
"Makasih, Anya, saya pamit pulang ya. Kamu hati-hati pulangnya."
"Hati-hati, Bu Diandra."
Erland berusaha membuat suasana hati Diandra dengan menggodanya. Ketika Diandra sedikit tersenyum, Erland mengacak-acak rambut Diandra gemas. Tanpa mereka sadari, sepasang mata menatap kepergian mereka dengan hati hancur.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Six Prince
Teen FictionDiandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam pria idola kampus karena suatu acara. Apa jadinya ketika masing-masing dari mereka mengenal diandra?