6 . Are You Still With ur Bf?
Sinar mentari pagi menempus kaca kamar Diandra. Hari ini hari Minggu, membuatnya tidur pulas tak ada beban, setelah beberapa hari ini dia memikirkan sesuatu yang membuat hatinya sakit.
Bagaimana bisa, Davin yang sudah sangat dia percaya itu begitu tega padanya. Tiga tahun lalu mereka menjalin kasih, Davin makin hangat dari hari ke hari, sampai suatu ketika pula Davin makin dingin dari hari ke hari.
Diandra sudah mencoba memampunya untuk mengerti posisi Davin, mengerti kesibukan Davin, juga mengerti perbedaan sifat Davin.
Flashback
Berawal dari dari malam hari ulang tahun Rivan. Ketika mobil Gio terparkir rapi di sebuah kafe di kawasan kemang. Diandra tanpa sengaja melihat seorang pria mirip Davin dan seorang wanita seumuran Davin baru saja keluar dari sebuah kafe di sebrang. Tangan wanita itu merangkul lengan Davin mesra dan Davin mengelus-elus rambutnya. Diandra mengabadikan momen mereka sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam mobil Davin.
Gio yang ikut melihat adegan tersebut semakin yakin dengan dugaan Rivan kala Diandra menangis tanpa kata pada malam itu.
"Apapun yang terjadi, kita sekarang datang untuk Rivan, sahabat kita, lo bisa kan tahan semuanya sampai nanti acaranya selesai? Gue janji bakal nemenin lo terus." Diandra mengangguk sambil tersenyum.
Flashback off
Diandra mulai memantapkan hati kalau nantinya bukan Davin tempatnya berlabuh.
Diandra bangun dari tempat tidurnya, merapikan kasurnya, dan turun ke bawah untuk sarapan. Pagi ini Bi Piah masak nasi goreng telur kesukaan Diandra.
Suara bel mengurungkan niat Diandra untuk melahap suapan pertamanya itu. Dua orang laki-laki tampan sudah ada di depan pintu rumah Diandra begitu pemilik rumah membukakan pintu rumahnya.
"Selamat pagi, nona Diandra, kami jauh-jauh datang kesini niatnya ingin silaturahmi, apabila..."
"Jauh dari Hongkong, tinggal kepeleset doang nyampe!" potong Diandra setengah sewot.
"Ngegas anj*r!" Rivan setengah tertawa melihat Gio terdiam ketika pidato paginya dipotong Diandra.
"Gue tahu lo berdua pagi-pagi mau numpang sarapan gratis kan di rumah gue?"
"Sumpah gue seneng banget lu mengerti tanpa harus kita basa-basi! Ayuk, buruan, Di, laper gue!"
Tanpa disuruh masuk oleh yang punya rumah, Gio langsung menuju meja makan dan melahap nasi goreng di sendok Diandra yang belum sempat di makan tadi.
"Yah, suapan pertama gue..."
Melihat wajah Diandra memelas, Gio menarik tangan Diandra untuk duduk di sebelahnya dan menyuapi satu sendok nasi goreng pada Diandra.
"Gue tahu lu laper, karna orang patah hati itu emang bawaannya laper pastinya, Di, untuk apa? Untuk mengeluarkan tenaga lebih banyak biar terlihat bahagia!" Gio langsung tertawa sesudah menyelesaikan kata terakhirnya, yang langsung mendapat tinju dari Diandra.
Rivan menyerbu duduk di samping Diandra, dan ikut memberi suapan nasi gorengnya untuk Diandra. Diandra melirik tajam ke arah Rivan, sepertinya Rivan ingin ikut nimbrung banyolan Gio.
Tapi Rivan malah mengelus lembut kepala Diandra, "Tenang aja, Di, gue lagi gak pengen ngeledek lu kok! Gue cuma mau mencoba jadi pria sejati yang menghibur tuan putri yang sedang bersedih,"
"Gak perlu! Tipe-tipe lo yang begini nih, abis diterbangin, langsung dijatohin, lebih sakit!" ketus Diandra.
"Engga, Di, gue kan pria dewasa yang sangat dewasa." ucapnya bangga, "kalo lu beneran putus sama Davin, masih ada temen-temen yang gue suruh ngantri buat lu. Lu suka yang mana? Yang gantengnya kebangetan kayak gue atau Xavier..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Six Prince
Novela JuvenilDiandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam pria idola kampus karena suatu acara. Apa jadinya ketika masing-masing dari mereka mengenal diandra?