21. Sahabat Yang Menjadi Lawan Terbaik
"Hallo..." sapa Diandra begitu menerima telepon dari Diva. "Lagi di rumah sakit... sama Erland..."
Erland memperhatikan Diandra yang sedang ditelepon Diva itu. Namun tiba-tiba ekspresinya menjadi terlihat tidak baik-baik saja. Hingga dia datang ke arah Erland dan menjelaskan semuanya.Sisy dan Ayahnya baru saja datang ke rumah sakit. Akhirnya Erland dan Diandra pamit karena mereka harus segera ke tempat Alex dan Xavier untuk melihat keadaan mereka.
"Mereka kenapa?"
"Katanya ada orang gak dikenal ngeroyok mereka, badannya besar-besar."
"Apa mereka kayak Bima? Dikeroyok karena perempuan patah hati?"
"Duh, kok perempuan jaman sekarang serem-serem sih!"
"Lu juga serem, Di!"
Diandra tertawa, "Kok gitu?"
"Karena gantungin perasaan gue!"
Diandra berdehem, tidak menjawab apa pun. Tawanya lenyap. Di ganti dengan keheningan suasana mereka di dalam mobil.
Setelah Diandra dan Erland tiba di rumah Xavier, Diva sudah ada disana, sedang mengompres wajah Alex yang lebam. Wajah Xavier juga lebam, tapi tak sebanyak Alex.
Diandra segera mengambil es dari dalam kulkas untuk mengompres wajah Xavier, namun Erland menghentikannya, dan menawarkan diri untuk mengompres wajah Xavier. Dia cemburu. Tidak ingin melihat kedekatan Diandra dan Xavier lebih banyak lagi. Xavier yang melihat mereka berdua menatap tajam Erland.
"Kalian ada bayangan gak siapa pelakunya?" tanya Diva. Alex menggeleng. "Gue takut kayak kasus Bima deh."
Erland dan Diandra saling melirik. Ini pembahasan mereka di dalam mobil tadi. Diva pun sepemikiran.
"Siapa cewek yang udah kamu sakitin, Lex?"
"Gak ada, Div!" jawab Alex pasti. "Orang-orang tadi lebih nyerang Xavier sih!"
"Xav!"
"Gak tahu, Div!" Xavier memalingkan wajahnya. Seperti tidak peduli. Dia sendiri sudah tidak tahu berapa banyak perempuan yang sudah ditolak. Berapa banyak perempuan yang sakit hati karena perbuatannya, dan berapa banyak di antara mereka yang dendam dan ingin menghancurkannya.
Sekarang hanya mereka bertiga di ruang keluarga rumah Xavier. Setelah luka lebam Alex di kompres, Diva mengantar Alex pulang. Kebetulan rumahnya dengan Xavier tidak terlalu jauh.
"Xav, Land, ada yang mau gue omongin."
"Soal?"
"Lo inget kejadian sebelum kita ke rumah sakit, Land?"
Erland mengangguk.
"Kejadian apa?" tanya Xavier.
"Mantannya Diandra. Dateng. Intinya dia bilang kalo cowok yang deketin Diandra bakal hancur!"
"Brengs*k!"
"Demi keselamatan kalian berdua, kayaknya kalian jangan deket-deket dulu deh sama gue. Apalagi Davin udah tahu kalian."
Erland meraih tangan Diandra yang di lirik Xavier, "Satu hal yang lu gak tahu dari gue, gue jago berantem. Jadi lu gak perlu takut deket sama gue. Mungkin lu harus jauhin Xavier supaya dia gak bonyok lagi kayak gini."
Xavier tersenyum remeh, "Temen gelut lu dari dulu siapa, bangs*t?"
"Buktinya lu bonyok!"
"Sepuluh orang yang badannya lebih gede lawan dua orang, bonyok wajar, gak mamp*s aja udah bersyukur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Six Prince
Teen FictionDiandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam pria idola kampus karena suatu acara. Apa jadinya ketika masing-masing dari mereka mengenal diandra?