#BdB-17

454 69 27
                                    

selamat malam minggu. maaf kalo updatenya kemaleman. sekali lagi, kalo kalian menemukan sesuatu yang aneh, nggak nyambung, atau apapun, kasih tau yaa supaya nanti aku perbaiki. terimakasih semua!! :))xx

* * * * *

Bagaimana tanda-tanda orang yang sedang jatuh cinta?

No, pertanyaanya terlalu tinggi. Biar Calan ganti. Bagaimana tanda-tanda kalau kita sedang menyukai seseorang? Apakah setiap orang mengalami tanda-tanda yang sama atau justru sebaliknya?

Calan sudah lelah karena Tristan dan Hansa tak henti merecokinya dengan hal yang sama; 'Lo suka kan sama Adisa? Ngaku lo?!"

Selama beberapa hari terakhir ini, memang Calan mengakui kalau dia tidak bisa melepas tatapannya dari Adisa barang sedetik saja ketika mereka sama-sama berada di apartemen. Calan tidak betah di kantor, rasanya ingin segera pulang. Kalau bisa seenaknya dan jika dia bukan orang yang bertanggung jawab, sudah pasti Calan akan menjadi orang yang paling akhir datang ke kantor sekaligus menjadi yang paling awal pulang dari kantor.

Dia selalu ingin mengobrol dengan Adisa. Ingin selalu melihat setiap gerakan kecil yang dilakukan olehnya—sekecil Adisa meminum air dingin langsung dari botol yang diambilnya di kulkas. Selalu ingin tau apa saja yang dilakukan oleh wanita itu seharian ini. Apa saja hal yang membuatnya bahagia hari ini. Apa saja hal yang membuatnya sedih hari ini.

Dan Calan melakukan itu semua dengan terang-terangan tanpa ada niatan untuk menutup-nutupi bagaimana perasaannya. Yang mengganjal di otak Calan sekarang adalah, apakah Adisa adalah orang yang cukup peka untuk bisa mengetahui kalau Calan menyukainya—dan sepertinya sudah berada di tahap jatuh cinta padanya?

Pasalnya, sikap Adisa tidak berubah. Dia masih Adisa yang sama. Tidak ada terlihat Adisa yang tersipu dengan tindakan Calan. Tidak ada Adisa yang menghindarinya seperti dulu ketika mereka habis berciuman di atas sofa malam sebelumnya—sial, kenapa Calan harus mengingat bagian yang itu sih?

Setelah melontarkan kalimat ini gue nggak lagi berat sebelah, kan, Dis?, bukannya sebuah jawaban yang Calan terima, ia harus puas dengan keterdiaman Adisa yang tak lama kemudian memilih untuk masuk ke kamar, dengan alasan ada hal yang ingin dilakukannya dan tidak dapat ditunda lagi. Memangnya Adisa mau ngapain, sih? Buang air besar? Atau catokan? Calan jadi sewot sendiri.

"Ini udah keempat kalinya lo bolak-balik dari kamar ke dapur. Ngapain, sih?"

Di hari Sabtu pagi yang mendung ini, Calan mengikuti gerakan Adisa yang mondar-mandir di hadapannya. Entah mengambil air, setelah itu mengambil buah-buahan, lalu menyeduh teh, terakhir mencuci semua barang kotor yang barusan ia gunakan.

"Sibuk amat perasaan daritadi."

"Eh?" Adisa menghentikan langkah, menatap Calan dengan cengiran kecil. "Nggak ada. Bosen aja nggak bisa ke mana-mana soalnya mendung. Bentar lagi kayaknya hujan."

"Emang lo mau ke mana?" tanya Calan memicingkan mata, terlihat sangat ingin tau dengan urusan Adisa. "Ada acara? Janji temu?"

"Enggak," Adisa menggeleng, membuat poni tipis yang jatuh di depan keningnya bergerak-gerak lucu. "Pengen jalan-jalan aja sekitar sini."

"Nggak usah," sahut Calan cepat. "Di sini aja sama gue."

Kalau kalian mengira Calan keceplosan, tidak. Seratus persen Calan sadar ketika dia mengatakan hal itu. Hari ini, Calan hanya ingin mengutarakan apa saja yang ada di kepalanya. Hari ini dia mau jadi straightforward person.

Adisa tampak terkejut dengan kalimat Calan, namun hanya sedetik karena berikutnya ekspresinya kembali seperti sedia kala. Calan sering dibuat kagum dengan permainan ekspresi wajah wanita itu. Tapi tak jarang juga merasa kesal karena tidak bisa menebak apa yang berada di dalam kepala Adisa.

Boulon du Bleu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang