#BdB-20

454 57 27
                                    

Keasikan bengong. Sampe lupa klo mau update wkwk. Enjoyyyy.

* * * * *

Adisa tidak kunjung pulang hingga malam menjelang.

Kepala Calan masih berdenyut. Berulang kali dia memijit pelipisnya, berharap rasa sakitnya bisa berkurang. Dia tak menghubungi Adisa sama sekali karena wanita itu pergi dengan Tiffany. Namun, ketika jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan tidak ada tanda-tanda Adisa akan segera sampai, Calan mulai khawatir.

Sebelum menghubungi nomor Adisa, Calan memilih menghubungi Tiffany terlebih dahulu.

Sial.

Tiffany sudah mengantar Adisa pulang sejak siang tadi? Lalu kenapa dia tidak kunjung muncul di apartemennya? Pergi ke mana lagi dia?

Calan mengerang. Kenapa sih, setiap kali dia habis bertemu Papa, Adisa selalu menghilang? Dulu juga dirinya sempat dibuat kalang kabut karena Adisa yang menghilang seharian dan ponselnya tak dapat dihubungi. Apa jangan-jangan kali ini benar perbuatan Papa?

Dengan jantung berdegub kencang sebab khawatir, Calan mendial nomor Adisa. Dering pertama. Dering kedua. Dering ketiga. Dering keem—

"Halo?"

—pat. Adisa mengangkat panggilannya. Hembusan napas Calan terdengar lega luar biasa, sampai laki-laki itu tidak menyadari ada nada lelah dalam suara wanitanya.

"Ada apa, Cal?"

"Kamu di mana?" tanya Calan, menunggu jawaban Adisa dengan harap-harap cemas. "Tiffany bilang tadi siang kalian udah pulang."

"Iya. Gue cuma... mau jalan-jalan sebentar."

"Dari siang sampe malem itu nggak sebentar, Adis. Kamu di mana? Biar aku jemput."

"Nggak usah," Adisa menyahut cepat. "Ini aku udah di jalan pulang. Udah deket."

"Beneran pulang ya, Dis?"

"... Iya."

"Janji, Adis?"

Tidak ada jawaban.

"Adis. Janji bakal pulang? Aku tunggu."

"Iya, Cal. Aku pulang."

Setelah Adisa mengucapkan janjinya, panggilan terputus. Janji itu terdengar... aneh. Seperti tidak akan ditepati. Lagi, Calan menghubungi Adisa, gagal. Panggilannya dialihkan. Adisa tidak dapat dihubungi. Calan panik.

Bergegas ke dalam kamar, Calan mengambil jaket dan kunci mobil, hendak mencari Adisa entah ke mana. Dia tidak punya petunjuk apapun, dia hanya ingin mengikuti insting.

Dengan gerakan terburu-buru, Calan membuka pintu. Tubuhnya menegak, melihat sosok yang sedari tadi ditunggunya berdiri dengan keadaan menunduk di depan pintu. Rambutnya terurai, mencuat sedikit berantakan, membentuk tirai di kedua sisi wajahnya. Bahunya bergerak naik-turun, menahan isakan dan sesak yang terkurung di dada.

"Adisa?"

Calan hendak maju selangkah, namun Adisa lebih cepat mengambil dua langkah untuk mundur. Tindakan Adisa membuat sebelah alis Calan terangkat. Jelas ada sesuatu yang terjadi dengan wanitanya. Tapi, apa? Benarkah ada hubungannya dengan Papa? Apa lagi yang pria tua itu lakukan?!

"Adis, kenapa?"

"Jangan... dekat-dekat gue."

"Kita bicara di dalam," tangan Calan ingin meraih pergelangan tangan Adisa. Tapi lagi-lagi, tangan wanita itu bergerak lebih cepat ke belakang punggung. Calan berdecak, tidak ingin berlama-lama, dia bertindak gesit, meraih lengan Adisa lalu menyeret wanita itu ke dalam.

Boulon du Bleu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang