#BdB-18

695 63 19
                                    

Niihhh, baru tiga hari aku dah update wkwkwk tapi setelah ini gak janji bakal update cepet yah huhu thank you🥺🙏🏻

⚠️🔞🔞🔞⚠️

tolong ya, emotikon di atas bukan sekedar emotikon biasa. maunya pake emotikon duapuluhsatu coret tapi nggak ada yaudah pake delapanbelas coret aja. buat kalian yang masih di bawah umur, skip aja gapapa, gak masalah. mohon banget nih, soalnya aku juga masih agak nganu yang mau up chapter ini wkwk trus aku inget, aku udah legal jadi... yaudah. tapi buat kalian yang belum legal, gak usah baca yaaaa. aku udah ingetin sebelumnya, kalo kalian tetep maksa baca, risiko ditanggung sendiri soalnya ini agak vulgar bukan agak sih tapi vulgar begete wkwk candaaa terimakasih luvvv!!!












 aku udah ingetin sebelumnya, kalo kalian tetep maksa baca, risiko ditanggung sendiri soalnya ini agak vulgar bukan agak sih tapi vulgar begete wkwk candaaa terimakasih luvvv!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue udah pernah bilang, Dis, sebelumnya sama lo. Jangan ngiket rambut tinggi-tinggi."

Adisa masih mengipasi lehernya dengan tangan ketika suara Calan terdengar berat di sebelahnya. Wanita itu menoleh, mengerjap beberapa kali saat merasakan pandangan Calan jelas tertuju pada lehernya yang kini terpampang nyata di hadapan laki-laki itu.

Helaan napas Calan terdengar, seiring dengan wajahnya yang kian mendekat ke arah Adisa. Badan besar Calan bergeser, membuat Adisa terpojok di sudut sofa. Pandangan mereka beradu, tidak ada yang berniat untuk memutus adu tatap yang intens itu.

"Lo tau kalo gue suka sama lo," kata Calan tepat di depan bibir Adisa. Bola mata laki-laki itu menatap mata dan bibir Adisa secara bergantian, seakan meminta ijin. "Tapi gue nggak tau apakah lo juga suka gue atau enggak."

"Cal..."

"Hm?"

"Lo mau ngapain?"

"Menurut lo?"

Adisa tidak menjawab, bertahan di posisinya yang semakin terpojok. Dia sudah tidak bisa mundur lagi karena punggungnya sudah menabrak tangan sofa.

Tangan wanita itu hendak menarik kunciran rambutnya, namun secepat mungkin ditahan oleh Calan.

"Gue pikir lo nggak suka gue ngiket rambut."

"No. I love it. So much. Sampai gue nggak bisa berpikir jernih perkara iket rambut doang."

"Calan."

"Gue tau lo ngerti maksud gue, Dis," Calan berbisik di telinga kanan Adisa. Menimbulkan sensasi geli, baik di telinga maupun perut Adisa. "I'll make you happy, malam ini dan malam-malam selanjutnya."

Sebelum Adisa sempat memberi jawaban, Calan sudah terlebih dahulu menempelkan bibirnya di bibir Adisa, menekannya kuat-kuat. Selama beberapa saat, posisi mereka masih tetap sama membuat Calan mengerang tertahan dan menggigit bibir bawah Adisa dengan giginya. Berhasil. Adisa mengaduh, membuka mulutnya sedikit.

Tentu saja kesempatan itu tidak Calan sia-siakan begitu saja. Lidahnya menelusup masuk, beradu dengan lidah Adisa. Menjamah apa saja yang bisa dia raih dengan lidahnya. Setelah puas bermain dengan lidahnya, Calan kembali mengigit bibir Adisa, tidak sekeras tadi namun masih mampu membuat Adisa mengerang.

Boulon du Bleu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang