Extra Chapter 1

410 35 20
                                    

HAHAHAHAHA akhirnya cerita ini dibikinin extra chapter setelah officially tamat 2 tahun yang lalu!

***

            Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Adisa kalau dia akan kembali duduk berhadapan dengan Calan... setelah satu setengah tahun mereka berhenti saling memberi kabar. Harapan itu selalu ada di dalam benak Adisa, namun dia sadar diri, harapannya terlalu tinggi untuk bisa terwujud.

Usai pertemuan tidak terduga di pinggir pantai (bersama Leo juga), Adisa yang sebelumnya sudah syok, makin dibuat syok kala melihat Calan tetap berjalan mendekat ke arahnya. Laki-laki itu berdiri di hadapannya lama, dengan bola mata menyorot lurus. Adisa bisa melihat banyak sekali emosi di sana. Saking banyaknya, Adisa sampai kesulitan mengurainya satu per satu.

Calan memilih menyapa Leo terlebih dulu, yang masih setia memeluk pinggang Adisa dengan erat. Adisa mengerjap pelan saat Calan berjongkok, membuat tingginya dan Leo menjadi sejajar. Leo menatap Calan dengan tatapan asing. Mungkin anak laki-laki itu lupa kalau dulu, dia pernah menginap di apartemen Calan. Bahkan, sempat juga dinobatkan Calan sebagai partner in crimenya.

"Apa kabar, Dis?" setelah diam-diaman cukup lama, Calan menjadi orang pertama yang membuka suara.

Adisa mendongak, membuat tatapannya bertabrakan dengan milik Calan. Wanita itu mengangguk kecil, sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan—tercekat. "Baik."

Calan tak menyahut lagi. Momen itu digunakan Adisa sebaik mungkin untuk memandangi wajah laki-laki di hadapannya.

Tak banyak yang berubah dari laki-laki itu. Wajahnya masih tampan. Bola matanya yang besar masih menyorot hangat.

Adisa menghela napas. Ia kemudian melengos. Memandang wajah Calan untuk durasi waktu yang lama ternyata tak berefek baik bagi jantungnya.

"Kamu... apa kabar?" kali ini giliran Adisa yang bertanya, karena tadi tak sempat bertanya balik.

"As you can see."

Jawaban Calan sama sekali tak membuat Adisa puas. Apa yang dilihatnya dari Calan sekarang adalah... dia tampak baik-baik saja. Namun, ada sesuatu dari Calan yang terasa mengganjal bagi Adisa.

Dan Adisa paling benci dibuat penasaran. Terlebih lagi, dia seperti tak punya hak untuk bertanya lebih jauh.

"Kamu ada keperluan apa di sini?" Calan bertanya lagi.

"Aku... nemenin Leo."

OH. Betapa Calan ingin mengorek informasi lebih banyak tentang hubungan Adisa dan Leo sekarang. Terlebih lagi, tadi dia mendengar dengan jelas kalau Leo memanggil Adisa dengan sebutan 'Mama'.

Dan selama hampir tiga puluh tahun Calan hidup di dunia, tidak ada anak kecil yang memanggil orang lain dengan sebutan 'Mama' kecuali ada suatu hubungan serius yang terjalin di sana.

Yang dalam hal ini hanya berarti satu kemungkinan; hubungan serius itu terjalin di antara Adisa dan Ayah Leo.

"Sebenarnya, apa yang ingin kamu bicarakan?" pertemuan ini adalah permintaan dari Calan. Adisa sempat menolak dengan alasan dia harus selalu menemani Leo hingga anak laki-laki itu tidur, tapi Calan bilang dia bisa menunggu. Leo tertidur pulas ketika jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Usai menidurkan Leo di kamarnya, barulah Calan dan Adisa mencari tempat nyaman untuk ngobrol.

"Aku nggak tau," jawab Calan jujur. "Aku hanya mau lihat dan dengar suara kamu dari dekat."

Adisa menggigit bibir.

Boulon du Bleu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang