Why are we acting this way?

841 74 32
                                    

DITA POV

Aku tahu aku baru aja membuat kesalahan sangat besar.

Kenapa aku harus bohong segala ke Denise? Dia sangat benci orang yang bohong, dia bahkan mengatakan itu berkali-kali. Tapi, aku malah gak memperdulikan itu dan tetap berbohong padanya.

Enggak, aku sama sekali gak selingkuh di belakang Denise. Hansol dan aku cuma teman. Memang dia pernah bilang kalau dia tertarik padaku, tapi aku langsung menolaknya. Aku gak bisa bilang kalau aku udah punya pacar, jadi aku bilang padanya kalau aku mau fokus dengan karierku. Dan dia menghargai itu.

Kenapa aku harus bohong segala? Gak tahu lah aku juga. Hansol bilang kalau jangan sampai ada yang tahu soal collab ini, bahkan teman satu member-ku. Jadi, aku berusaha buat menepati itu, meski itu ke pacarku sendiri.

Ketika aku balik ke restoran sushi tersebut, Jinny menatapku tajam. Aku cuma bisa menerima nasib bahwa sebentar lagi aku bakal dimarahi sama dia. Sekarang, tinggal gimana caranya aku menjelaskan situasiku ke Hansol.

Lelaki itu hanya berdiri dari tadi. Dia sepertinya bingung dengan apa yang terjadi. Aku pun mendekatinya.

"Hansol-ssi, maaf, sepertinya kita harus diskusiin soal collab ini lain kali aja," kataku pelan.

Hansol hanya mengangguk. "Tapi, Denise gak kenapa-napa, 'kan?" Dia bertanya, raut wajahnya sedikit khawatir.

"Gak apa-apa, kok, dia cuma capek aja katanya," aku mencoba tersenyum supaya terlihat meyakinkan. "Kalau gitu, aku ke Jinny dulu, nemenin dia makan. Dia pasti lapar banget sekarang."

Hansol menganggukan kepalanya, kemudian aku pun pergi dari hadapannya dan berjalan mendekati Jinny yang lagi duduk dan menunggu makanannya datang. Aku lihat, Hansol sudah pergi dari restoran ini.

"Sit down."

Ah, sepertinya Jinny juga kesal padaku.

Aku pun menuruti sahabatku itu dengan duduk di hadapannya. Jinny masih menatapku, meski tatapannya gak setajam tadi.

"Explain to me what just happened."

Dengan hati yang berat, aku menghelakan napas sejenak, berusaha buat mengkontrol perasaanku. Kalau lagi berantem ama Denise gini, aku suka pengen nangis sekencang-kencangnya. Kami jarang berantem, dan kayaknya baru kali ini aku lihat Denise benar-benar marah padaku.

"Semuanya salah paham, Jin. Aku gak selingkuh. Aku cuma ditawarin jadi guest star di YouTube-nya Hansol. Emang aku juga bodoh karena berbohong. Denise sama sekali gak mau dengerin penjelasanku."

"Kamu berbohong? Kenapa harus berbohong? Kamu tahu 'kan Denise gak suka sama pembohong."

Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku. "Iya, aku bodoh banget. Nasi udah jadi bubur."

Aku bisa mendengar Jinny bangun dari bangkunya dan kini duduk di sampingku. Dia memelukku dengan erat, berusaha buat memberikan moral support padaku.

***

"Denise kemana?" Aku mendengar Jinny bertanya ke Léa saat kami berdua sudah di dorm.

Léa, yang lagi nonton drama kesukaannya, menjawab singkat. "Dia ijin nginep di rumah temennya, katanya. Temennya minta tolong soal musik gitu."

"Berapa lama?" Jinny bertanya lagi, meski nadanya tetap santai supaya Léa gak curiga.

"Aku gak tahu, Jin. Dia gak bilang berapa lama." Setelah itu, Léa menatap Jinny. "Emang kenapa? Kok tiba-tiba nanyain Denise ke aku? Harusnya nanyain Denise tuh ke Dita, 'kan?"

A Day in the Life of D&dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang