Jangan lupa sambil dengerin Dangerous Woman-nya Ariana Grande... apalagi yang versi Denise...
=========================================DENISE POV
"Habis dari mana, babe?" tanyaku saat melihat Dita masuk ke kamar dengan pakaian yang cukup rapih. Dia sudah gak ada di dorm dari pagi, saat aku masih tidur, dan sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.
Perempuan itu kini menoleh ke arahku lalu tersenyum, meski senyumnya gak setulus biasanya. Dia membuka coat-nya dan menggantungkan benda itu ke gantungan dekat pintu.
"Boo, aku mau ngasih tahu kamu sesuatu," dia menjawab sambil menghampiriku yang lagi asyik main gitar di atas tempat tidur. "Tapi, kamu harus janji, kamu gak akan marah."
Aku menatapnya bingung, lalu meletakkan gitarku di samping supaya bisa benar-benar fokus padanya.
"Oke," kataku sedikit ragu.
Dita pun duduk di kasurnya Soodam, meski dia gak langsung bicara tentang apa yang mau ia bicarakan. Sepertiny, dia lagi merangkai kata-kata, kelihatan dari wajahnya yang sedari tadi menoleh kesana-kemari dengan mulut komat-kamit.
"Denise," katanya setelah kebingungan beberapa saat. "Aku dapet job, jadi model iklannya Nacific Indonesia."
Aku menatapnya gak percaya. Senyuman lebar muncul di wajahku. "Really?" tanyaku setengah berteriak karena begitu antusias. "That's cool, babe! Awesome!"
Ekpresi Dita yang sempat tegang, kini sedikit melembut setelah melihat reaksiku. Tunggu, apa dia takut aku bakal marah hanya karena dia jadi model iklan Nacific?
"Tapi," dia pun menambahkan lagi setelah beberapa saat. "Hansol itu juga jadi muse-nya Nacific di Indonesia."
Raut wajahku yang semula antusias, kini langsung berubah jadi cemberut. "Hansol lagi?"
Dita kini menunjukkan ekspresi bersalah. "Maaf, babe, itu aku direkomendasiin sama dia. Mau gimana lagi? Kapan lagi ditawarin jadi model iklan, 'kan? Mana Nacific lagi."
Aku mendengus pelan. Sebelumnya, kami sempat hampir putus hanya karena cowok bernama Hansol itu, bahkan break segala. Sekarang aku harus lihat Dita jadi model iklan di brand kosmetik yang sama kayak dia.
Tapi, mau gimana lagi? Aku gak mau jadi penghalangnya Dita. Sebagai pacar yang baik, aku harus support dia apa pun yang terjadi. Lagian, sekarang dia gak lupa buat kabarin aku soal ini. Selama dia gak bohong padaku, harusnya aku fine aja.
"Denise, you okay, right?" tanya Dita karena gak kunjung dapet jawaban dari aku. "I'm so sorry, babe."
Aku mengangguk dengan terpaksa. "It's okay, I'm okay. Aku bakal support kamu, kok, bahkan meski kamu harus kerja sama Hansol lagi."
Tapi, Dita ternyata masih belum percaya. "Kamu gak marah, 'kan?"
"Iya, boo, aku gak marah," aku menjawab sambil mengusap-usap rambutnya dengan sayang. "Sini, aku nyanyiin lagu, I Love You 3000-nya Stephanie Poetri."
Dita langsung mengangguk senang, dia kini duduk di sampingku dan meletakkan kepalanya di atas bahuku. Sedangkan, aku mengambil gitarku lagi dan menyanyikan lagu tersebut untuknya.
***
Aku ikut Dita ke lokasi shooting karena mau mendukungnya dari jarak dekat.
Selain itu, aku juga harus memastikan kalau Hansol gak ada di lokasi shooting dan menggoda Dita.
Tadinya, aku sempat lega karena gak melihat orang itu, tapi ternyata rasa legaku gak bertahan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day in the Life of D&d
FanfictionIt's about Secret Number's married couple, Denise x Dita