DENISE POV
"Dit, Netflix-an, yuk?" tanyaku pada Dita yang lagi asyik merapihkan tempat tidurnya. Sementara, aku lagi duduk di tempat favoritku, yaitu kasur, sambil nyanyi-nyanyi random bersama gitar kesayanganku.
Dita menoleh padaku. "Oke, tapi habis ini, ya? Udah lama gak beresin kasur, banyak sampah di sini."
"Santai aja, babe," aku menjawab sebelum kemudian meletakkan gitarku di tempat asalnya. "I'm going to wash my face first."
Dita hanya mengangguk dan aku pun pergi ke kamar mandi yang letaknya gak jauh dari kamar kami.
Malam ini terlihat lebih sepi dari biasanya, mungkin karena latihan yang kami lakukan hari ini benar-benar menguras tenaga. Aku aja sampai mau pingsan rasanya, tapi demi bisa comeback secepatnya dan bertemu lagi dengan fans di berbagai belahan dunia, aku pikir ini gak ada apa-apanya.
Tapi, karena latihan hari ini lah, Soodam berakhir sakit. Karena itu juga dia pun tidur di kamar Léa dan Jinny, soalnya kamar mereka gak sedingin kamar kami bertiga.
Kasihan banget pas lihat wajah Soodam tadi, dia kelihatan pucat banget. Dita aja sampai khawatir. Semuanya khawatir. Soodam udah dibawa ke klinik, sih, semoga dia cepat sembuh. Tahu 'kan rasanya ketika melihat teman yang biasanya ribut mulu sama kita, eh tiba-tiba gak bisa diajak ribut lagi karena sakit? Nah, itu yang aku rasakan. Aku kangen kawan ributku.
Mohon maap, Dami.
Seharusnya, aku pun tidur lebih cepat hari ini, Dita pun sama. Tapi, kami berdua malah masih bangun jam segini.
Ya, masih jam 9 sih, belum larut banget.
Di kamar mandi, aku melakukan apa yang biasanya orang lain lakukan saat di kamar mandi, yaitu gosok gigi, cuci muka, dan buang air kecil. Ya, gak ada yang menarik lah pokoknya. Gak perlu diceritain kayaknya.
Saat aku balik lagi ke kamar, aku lihat Dita sepertinya sudah selesai membereskan tempat tidurnya.
"Udah?" tanyaku padanya, untuk memastikan. Dita hanya mengangguk sambil meng-charge handphone-nya.
"Udah bersihin muka?" aku bertanya lagi, kini sambil melakukan rutinitas tiap malam, yaitu skincare-an.
Dita kini menjawab, "Udahlah, aku langsung cuci muka dan skincare-an tadi. Emangnya kamu!"
"Jadi sombong gitu kamu, babe."
Dita hanya tertawa, lalu mengambil laptop-ku yang terletak di atas meja dan menyalakannya.
Setelah selesai, aku pun pindah posisi ke sebelah Dita. "Tapi, kamu gak ngantuk, 'kan? Kalau ngantuk, jangan dipaksain."
"Enggak, boo, gak tahu kenapa. Padahal, tadi aku ngantuk banget, tapi pas udah cuci muka dan beresin kasur, jadi hilang ngantuknya," gadis Indonesia ini menjawab. "Kamu mau nonton apa emang, babe?"
Ditanya begitu, aku langsung memberikan senyuman canggung. "I have no idea, to be honest."
Dita kini menatapku malas, membuatku ketawa karena ekspresinya.
Aku mencoba berkilah. "Habis, kamu pasti gak akan mau kalau aku ajak nonton Brooklyn Nine-Nine. Padahal, aku lagi bucin itu."
Setelah itu, aku bisa mendengar Dita menghela napas panjang, seperti berusaha sabar. Kemudian, dia malah mematikan laptop-ku dan meletakkan kembali ke atas meja.
"Loh, kok dimatiin, babe? Gak jadi?" tanyaku dengan ekspresi bingung.
Dita kembali mendekatiku dan kini tiduran di sampingku. "Let's just talk."
![](https://img.wattpad.com/cover/239288562-288-k41032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day in the Life of D&d
Fiksi PenggemarIt's about Secret Number's married couple, Denise x Dita