DITA POV
Denise adalah orang yang manis dan caring di kehidupan sehari-harinya.
Dia memang bukan tipe pacar yang sering gombal-gombal gaje, tapi dia selalu menunjukkan perasaannya padaku lewat perilakunya, seperti menemaniku saat masak atau duduk di sampingku dan mengusap-usap kepalaku pelan ketika aku lagi sedih karena homesick.
Sebagai pacar, Denise memang mendekati sempurna.
Tapi, seperti hubungan lainnya, ada juga saat di mana aku benar-benar gak suka sama dia, yaitu saat Denise main PUBG.
Bukan apa-apa, anak itu kalau sudah fokus dengan PUBG, suka lupa segalanya. Bahkan, dia sampai rela gak tidur semalaman cuma demi main PUBG, yang sebenarnya, kalau aku perhatikan, gitu-gitu aja!
Bukan hanya jam tidurnya yang diabaikan, aku pun juga ikut diabaikan. Makanya, aku sering cerita ke Jinny soal ini, karena bagaimana pun dia adalah teman yang paling dekat denganku di sini.
Loh, emang Denise enggak? Tentu saja aku pun dekat dengannya, tapi dia 'kan pacarku sekarang. Jadi, beda lagi urusannya.
"Kamu kenapa, Dit? Lesu banget. Pasti karena si Denise lagi, ya? Aku lihat, dia dari tadi pagi sibuk dengan handphone-nya terus, bahkan pas sarapan," kata Jinny saat melihatku uring-uringan gak jelas di ruang tamu.
Jangan tanya Denise di mana, dia lagi tiduran di kamar, asyik main PUBG. Menyebalkan.
"Biasa, lah. Soalnya, sekarang 'kan hari libur, jadi dia punya banyak waktu luang buat main game," jawabku asal sementara mataku menatap lurus ke arah televisi yang menyala. Sebenarnya, aku sama sekali gak memperhatikan acara yang aku lagi tonton sekarang. Cuma mataku aja yang menonton, pikiranku enggak.
Jinny duduk di sampingku lalu merangkul pundakku. "Denise 'kan emang punya dunianya sendiri kadang, Dit, maklumin aja. Aku juga sering diabaikan ama dia."
Aku hanya bisa cemberut dan menyenderkan kepalaku ke bahu temanku itu. "Konsekuensi pacaran sama gamer."
"Mending kamu pacaran sama aku aja, gimana? Aku bukan gamer kayak Denise, jadi aku gak akan mengabaikanmu cuma karena game," tiba-tiba anak satu itu malah memberi usul yang sangat asal. Jinny memang sering sekali mengajakku pacaran, bahkan saat aku udah pacaran ama Denise, meski aku tahu dia cuma bercanda.
"Iya, tapi kalau sama kamu, aku kerjaannya kalau gak ngebeliin kamu makanan, ya manjain kamu."
Jinny langsung melepaskan rangkulannya dan tertawa. "You got me," balasnya di sela-sela tawanya. "Tapi, aku juga bisa jadi gentleman, eh salah, gentlewoman, loh, kapan pun kamu mau!"
Aku cuma bisa menjulurkan lidahku pada Jinny karena enggan merespon kata-katanya.
***
"Nise," aku memanggil perempuan yang dari tadi masih tetap bertahan dengan posisinya. Sama sekali tidak bergeming.
Dia gak pengen ke kamar mandi, apa?
"Yes, babe?" Denise merespon sedikit telat karena pikirannya terlalu fokus dengan game di depan matanya.
Aku langsung mendengus karena kesal. "Kamu gak lapar? Dari tadi kamu di kamar aja, itu makanan kamu di dapur masih belum disentuh sama sekali."
"Nanti aku makan, sekarang lagi seru. Lumayan, udah kill 11, nih!"
"Kamu udah main PUBG dari tadi pagi, Nise," kataku mencoba memperingatkannya. "Gak capek apa itu mata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day in the Life of D&d
Fiksi PenggemarIt's about Secret Number's married couple, Denise x Dita