Happy Birthday, Mom

928 72 13
                                    

DITA POV

Hari ini, sebenarnya aku gak tahu apa aku harus merasa sedih atau malah senang. Sebenarnya, Mama ulang tahun hari ini. Aku senang karena Mama masih sehat sampai umur segini. Mama juga masih segar, masih kuat, dan malah makin cantik.

Tapi, di sisi lain, aku sedih karena gak bisa merayakannya langsung. Padahal, pasti ramai banget di rumah, sedangkan aku di sini harus latihan tanpa henti. Aku bahkan baru bisa ngirim ucapan lewat pesan, belum bisa lewat telepon atau video call.

Dua kali aku gak merayakan ulang tahun Mama  di rumah. Dua kali aku gak bisa ketemu sama keluargaku di hari ulang tahun Mama. Aku kangen banget sama keluargaku di sana, tapi aku tahu kalau ini adalah pengorbanan yang harus aku lakukan ketika memutuskan buat merantau ke Korea.

Denise aja akhirnya bisa berjumpa lagi sama mamanya, meski pun aku belum bisa ketemu langsung sama mamanya. Padahal, aku pengen banget ketemu sama wanita hebat yang udah melahirkan Denise itu.

Tapi, mamanya Denise memang sebaik itu, sih. Beliau pengertian banget dan bahkan malah menyempatkan diri buat masakin kami makanan dan mengirimkannya melalui perantara Denise. Udah lama gak merasakan masakan buatan seorang ibu. Ah, jadi kangen Mama beneran sekarang.

"Babe, kamu kenapa, sih, dari tadi uring-uringan aja?" Denise menghampiriku yang lagi duduk di pojok ruangan. Dia membawa dua gelas Iced Coffee di tangannya, salah satunya buatku.

Setelah gak berhenti-berhenti latihan dari tadi, kami akhirnya mendapatkan kesempatan buat istirahat sejenak.

Aku langsung menyenderkan kepalaku di bahu Denise ketika dia akhirnya duduk di sebelahku, kemudian menyeruput Iced Coffee yang Denise belikan untukku.

Ah, nyaman banget.

"Hari ini ulang tahun Mama, boo, aku sedih gak bisa ngerayain langsung di rumah."

Denise yang kini merapihkan poni rambutku dengan jari-jarinya, langsung kaget. "Oh, sekarang ulang tahun mama kamu? Woah, happy birthday, Mom."

"Thanks," kataku sambil tersenyum kecut.

Melihatku begitu, Denise pun tersenyum. "Jangan sedih, babe, aku yakin Mama mengerti, kok. Anaknya 'kan lagi berjuang sangat keras di negara orang."

"Tapi, tetap aja," aku memanyunkan bibirku. "Aku pengen merayakan ulang tahun Mama di rumah. Aku bahkan gak bisa ngasih apa-apa ke Mama. Ah, aku merasa durhaka."

"Kok gitu ngomongnya, boo?" balasnya gak suka. "Kamu sama sekali gak durhaka, boo. Mama pasti bangga punya anak kayak kamu. Lagian, ulang tahun gak selalu identik dengan hadiah, kok. Kayaknya, yang penting kamu sehat dan makan dengan baik aja di sini, mamamu udah sangat bahagia."

Ah, Denise, dia selalu berhasil membuatku merasa lebih baik hanya dengan kata-katanya.

"Kalau gitu, mau aku nyanyiin, gak? Biar kamu gak sedih-sedih lagi," katanya lagi, menawarkan diri.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Boleh."

Denise memperbaiki posisinya supaya bisa nyanyi dengan nyaman.

Walk in your rainbow paradise
Strawberry lipstick state of mind
I get so lost inside your eyes
Would you believe it?
You don't have to say you love me
You don't have to say nothing
You don't have to say you're mine

Honey
I'd walk through fire for you
Just let me adore you
Oh, honey
I'd walk through fire for you
Just let me adore you
Like it's the only thing I'll ever do
Like it's the only thing I'll ever do

A Day in the Life of D&dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang