DITA POV
"Yeorobun! Nanti sore, kita ke kantor Vine, ya! Ngobrolin soal comeback!" teriak Léa yang baru aja keluar dari kamar, sementara di tangannya ada handphone. "Tadi Manager Oppa chat aku."
"Oke!" Soodam, yang lagi nyuci baju-bajunya (akhirnya), menjawab Léa.
Tiba-tiba, Denise yang lagi di dapur sama Jinny, menghampiri Soodam sambil senyum-senyum ngeledek. "Semangat nyucinya, Soodam eonni. Akhirnya, seorang Lee Soodam gak nganggurin lagi cuciannya!"
Léa dan Jinny pun tertawa. Soodam cemberut. Aku yang geleng-geleng kepala.
"Bisa gak, sih, kalian sehari aja gak ngeledekin Dami? Dia diem aja kalian ledekin. Bagus, dong, dia nyuci bajunya. Harusnya dikasih pujian!"
Jinny malah makin kencang ketawanya. Sial, emang itu anak. "Mamah Dita ngomel, woy!"
"Loh, aku gak ngeledek, kok. Aku muji dia. Emangnya ada dari kata-kataku yang bersifat ngeledekin? Enggak ada," Denise langsung protes tanda gak terima.
"Nada kamu ngeledek, sadar gak?"
Setelah itu, dia hanya mendecih dan berjalan ke kamarnya tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Pertengkaran suami-istri, woy!" Jinny menimpali sambil cekikikan gak jelas.
Aku menatapnya tajam. "Kamu juga, Jin! Sama aja!"
"Maaf, Kak Dita eonni!"
Aku hanya menggeleng pelan, lalu menyusul Denise ke kamar. Pasti dia lagi ngedumel sekarang karena habis aku omelin. Lagian, sih, demen banget ngeledekin Soodam. Aku gak tega Soodam diserang terus sama dia, meski aku tahu Denise itu sebenarnya sayang banget sama Soodam.
Cklek.
Tuh, kan, bener, dia lagi main gitar dengan mulut manyun kayak bebek.
Aku pun menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Tanganku mengusap-usap pahanya pelan. "Ngambek, ya, sama aku?"
Denise melirik ke arahku sekilas, lalu meletakkan gitarnya di samping kasur. "Iya. Aku cuma bercanda, tapi kamu berlebihan banget responnya. Soodam aja biasa, kok," jawabnya dengan sebal.
Aku menghela napas panjang. "Yaudah, aku minta maaf, deh, boo. Jangan marah, please? Aku cuma gak mau Soodam diledekin terus ama kamu. Lagian, kamu demen banget ngeledekin dia, sih? Aku jadi jealous, nih."
Ekspresi Denise berubah menjadi gak kesal lagi, dia sekarang mulai tersenyum meski masih belum lebar-lebar banget.
"Kenapa harus jealous? Emang kamu mau diledekin gitu sama aku?"
"Soalnya, kamu selalu gangguin dia. Kalau di novel-novel romantis gitu, 'kan, biasanya begitu."
"Biasanya gimana?"
"Biasanya, yang suka gangguin atau ngeledekin gitu tandanya suka sama yang dia ganggu, tapi gengsi. Jadi, dia nyari perhatiannya dengan cara gitu."
Denise langsung tertawa lepas. "Kamu itu, ya, kebanyakan baca Wattpad!"
Aku menatapnya kaget. "Loh, kamu tahu Wattpad?"
"Tahu, lah, orang aku sering lihat kamu baca di situ dimana-mana, bahkan sebelum tidur. Jadi, aku download, deh, karena aku penasaran."
"Penasaran atau bucin?"
"Penasaran, kok, geer banget," balas Denise sebelum kemudian menjulurkan lidahnya padaku. "Kamu gak perlu jealous, kali. Aku selalu memperhatikanmu, babe. Emang bukan dalam bentuk ngegangguin atau ngeledekin kamu, tapi dalam bentuk pujian dan sikapku padamu. Bukannya itu lebih sweet, ya? Masa kamu malah maunya aku gangguin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day in the Life of D&d
Hayran KurguIt's about Secret Number's married couple, Denise x Dita