Baca ini sambil dengerin lagu Akdong Musician yang How Can I Love The Heartbreak, You're The One I Love biar kerasa nyesss nya gitu
=========================================
DENISE POV
Mungkin aku udah buat keputusan yang salah.
Sudah sepuluh langkah aku meninggalkan Dita begitu saja, padahal dia sedang menangis dengan hebat di belakangku. Rasanya, badanku ingin kuputar balik dan berlari ke arahnya, lalu membawanya ke pelukanku.
Harusnya, aku gak membuat dia menangis. Aku sudah berjanji, tapi janji itu kini semakin sering aku langgar. Sekarang, aku merasa gak pantas lagi menjadi pacarnya.
Karena itu, aku meninggalkan Dita seorang diri, karena aku merasa bersalah sudah membuatnya menangis, tapi aku gak mau mengakuinya.
Karena itu, aku meminta break. Bukan karena Dita saja, tapi perasaanku yang masih berkecamuk ini hanya akan terus menghalangi kami berdua, jadi aku harus tenangkan pikiranku dulu.
Sebenarnya, apa yang terjadi pada diriku? Kenapa aku menjadi gak bisa berpikir rasional begini? Sekarang aku tahu betapa menyeramkannya api cemburu, itu bisa membakar dan menghancurkan banyak hal.
Meski aku sudah menerima semua alasan Dita, tapi di sisi lain, aku belum bisa menerima kebohongannya. Padahal, Dita sudah membeberkan semua alasan kenapa dia memutuskan buat berbohong, tapi kenapa rasanya susah banget menerima kebohongannya itu?
Aku berjalan meninggalkannya sambil menangis dalam diam, menyesali keputusanku, menyesali semuanya. Tapi, aku tahu ini semua demi kebaikan kami berdua.
Mungkin dengan ini, Dita akhirnya menyadari bahwa aku memang bukan orang yang tepat untuknya. Mungkin setelah ini, dia bisa menemukan seseorang yang lebih mencintainya ketimbang aku.
"Nise," panggil Alexa ketika melihatku berdiri di hadapannya dengan air mata yang terus mengalir. Ada rasa iba di wajahnya, rasa iba itu yang membuatnya mendekatiku dan membawaku ke pelukannya. "I'm here."
Dan karena itu, karena pelukan itu, aku makin gak bisa berhenti menangis, sementara Alexa hanya bisa mengusap-usap punggungku pelan.
***
"Kenapa kamu bilang begitu ke Dita?" tanya Alexa saat aku sudah gak menangis lagi. Sekarang, kami lagi duduk di sofa yang terletak di ruang tamu rumah Alexa. Dia bahkan membuatkanku secangkir teh hangat. "Kenapa kamu minta break segala?"
Ya, Alexa tahu soal hubungan aku dan Dita, dia langsung menebaknya setelah dia dan Dita bertemu untuk yang pertama kalinya. Waktu itu, kami memang sudah pacaran, dan Alexa bilang bahwa kami cocok bersama. Dia bahkan berdoa semoga hubungan kami awet. Sayangnya, Dita gak tahu soal itu karena Alexa mengatakannya hanya padaku saja.
Kembali ke masa sekarang, aku mengangkat bahuku gak semangat. "Aku gak tahu."
"Nise, dia udah jelasin semuanya padamu, tapi kamu malah tetap keras kepala. Sekarang, bukannya kalian menyelesaikan masalah kalian sampai tuntas, kamu malah minta break. I don't know you could be this stupid. Kamu pasti nyesel."
Aku menyeruput lagi teh hangat milikku. "Aku sama sekali gak menyesali keputusanku."
"Kenapa?" Alexa mengernyit bingung.
"She knows about us. I mean, our past," aku menjawab lawan bicaraku itu sambil tanganku menunjuk aku dan dia secara bergantian.
Alexa sedikit kaget, ekspresinya sama sepertiku ketika Dita mengatakan hal itu padaku tadi. "Dia tahu kalau aku pernah suka sama kamu? Terus, apa kata dia?" tanya Alexa kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Day in the Life of D&d
FanfictionIt's about Secret Number's married couple, Denise x Dita