How Can I Love The Heartbreak, You're The One I Love (pt. 2)

832 78 47
                                    

Jangan lupa buat dengerin lagu Akmu lagi yang judulnya How Can I Love The Heartbreak, You're The One I Love biar kerasa feel nya.

=========================================

DITA POV

Aku ingat setelah Denise bilang mau break di depan rumah Alexa, aku pulang sambil menangis.

Melihat keadaanku yang kacau, Léa, Soodam, dan Jinny langsung menghampiriku dan memelukku secara bersamaan. Apalagi Soodam, dia kayaknya yang paling sedih melihat aku sedih. Dia terus menemaniku di kamar.

"Dita kenapa? Kok nangis? 'Kan Soodam jadi sedih lihatnya," katanya sambil mengusap-usap kepalaku pelan, suaranya penuh aegyo, sampai membuatku mau gak mau jadi tersenyum di sela tangisku.

Sebenarnya, Soodam lah yang punya banyak banget hidden charm di dalam dirinya. Dia bisa jadi seorang yang cuek bebek kayak gak peduli sekitar, tapi di sisi lain, dia juga bisa jadi yang paling peduli dan bahkan ikutan menangis ketika ada yang menangis.

"Denise mana? Kok Dita nangis dan Denise gak ada? Biasanya, Denise yang selalu ada di sisi Dita kalau lagi sedih, 'kan?"

Kata-kata Soodam buat aku makin gak kuasa menahan tangisanku. Dia benar, biasanya Denise lah yang menemaniku saat aku menangis. Tapi sekarang, justru dia lah yang membuat aku menangis.

"Ah, kok Dita makin kejer nangisnya? Sini-sini, Soodam peluk."

Aku menangis di pelukan Soodam, sementara mataku terus menatap kasur kosong di depanku. Itu milik Denise, aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama di sana. Namun, sekarang, Denise malah lebih memilih tidur di tempat lain dan meninggalkan kasurnya. Meninggalkanku.

***

"Dit, mau kubantu hajar Denise, gak? Aku udah denger dari Jinny soal apa yang terjadi di antara kalian," kata Léa tiba-tiba saat aku lagi asyik melamun di ruang tamu. "Maknae itu kadang harus dihajar biar bisa sadar dan gak nyakitin kamu lagi."

Aku langsung tertawa mendengarnya. Mengenai hubunganku dengan Léa, banyak yang menduga kalau kami gak dekat. Padahal, aku bertemu Léa duluan sebelum bertemu Jinny dan yang lainnya. Kami sudah melewati banyak hal, dari saat aku masih belum bisa Bahasa Korea sampai aku akhirnya bisa berbahasa Korea. Aku jadi ingat, saat itu aku harus menggunakan aplikasi translate dan bahkan bahasa tubuh setiap interaksi sama dia.

Kedekatanku dengan Léa memang bukan konsumsi publik, kami gak pernah nunjukkin bahwa kami sebenarnya akrab di tempat umum, tapi Léa adalah orang yang sangat perhatian terhadap kami berempat. Dia menjaga kami dengan baik.

"Tolong, ya, Léa, kalau dia pulang, tolong hajar dia gantiin aku, karena aku gak akan bisa melakukan itu," pintaku padanya. Meski nadaku terdengar bercanda, tapi aku sebenarnya serius soal itu.

Léa hanya mengangguk, lalu memberikan aku sesuatu. Dia meletakannya di atas meja. "Itu buat kamu," katanya saat aku memberikan ekspresi bertanya. "Tadi aku dan Jinny keluar buat beli sesuatu, terus lewatin restoran kesukaanmu, jadi kami mampir buat beliin kamu juga."

Aku pun mengambil sesuatu itu dan melihatnya baik-baik, ternyata itu adalah teobokki dari restoran langgananku yang biasa aku datangi bersama Denise setiap kencan.

Makanan di restoran itu enak-enak, apalagi teobokki-nya, karena itulah dia akhirnya menjadi tempat favorit kami berdua. Tapi, bukan itu aja yang membuatku menyukai tempat itu. Alasan lain adalah karena dia menyimpan banyak kenangan bersama Denise, dari masa sebelum pacaran sampai sesudah pacaran. Dari aku belum menyadari kalau aku punya perasaan lebih ke Denise sampai aku sadar bahwa Denise lebih dari sekadar teman.

A Day in the Life of D&dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang