9. Piring Kotor

291 52 32
                                    

*Jangan lupa kasih vote dan komen yaa. Dukungan kalian sangat berharga bagi author*

*******
Matahari baru saja muncul. Lee Seung Gi, dengan kemeja dan celana panjangnya tampak keluar dari kamar. Langkahnya langsung dikayuh ke kamar sebelah. Kamar Bae Suzy.

"Suzy-ah! Apa kau sudah bangun?" teriak Seung Gi dari luar.

Seperti pagi sebelumnya, pria itu kembali menjelma jadi alarm dadakan untuk membangunkan si gadis pemalas. Seruan yang diawali ketukan lama-kelamaan berubah kadi gedoran. Seung Gi tidak akan berhenti sampak pintu dibuka oleh penghuni kamar.

"Aku sudah bangun, kau tak perlu berisik begitu!" protes Suzy dengan mata redup menahan kantuk.

"Hari ini aku harus ke kantor."

"Lalu?"

Seung Gi berdecak. Begitu saja tidak peka.

"Buatkan aku sarapan!" Lagi-lagi ia menyuruh seenak jidat.

Suzy menyandarkan sisi badannya ke bingkai pintu, dengan kedua tangan disilangkan di depan dada. "Katakan saja sejujurnya, kau ketagihan masakanku, kan?"

"A-apa?" Dan respon pria itu sedikit tidak terduga. Bola matanya bergerak-gerak tidak terarah.

Apa sekarang Lee Seung Gi sedang salah tingkah?

"Jika masakanku tidak enak, mana mungkin kau minta dibuatkan setiap pagi."

Seung Gi melipat kedua tangan. Ia menatap gadis di depannya remeh. Wajah angkuhnya sudah kembali setelah sempat dibuat tergagap oleh tebakan Suzy.

"Masakanmu cukup enak. Tapi dibanding masakan-masakan di restoran, masakanmu paling payah," jawabnya tak berdosa.

Suzy mendesis. Ia akui pria ini cerdas. Cara berpikirnya sungguh tidak terbaca. Awalnya Suzy mengira Seung Gi akan berkilah. Tapi lihat, dia berkata jujur tanpa menaggalkan sikap congkaknya.

"Sebentar aku buatkan!"

Suzy beranjak dari pintu, hendak berjalan ke arah dapur. Tapi sebuah tangan berhasil menahan pundaknya. Tangan siapa? Tentu saja tangan Lee Seung Gi.

"Tunggu dulu! Aku tak akan membiarkanmu memasak dengan keadaan seperti itu. Kau baru boleh masak setelah selesai mandi dan ganti pakaian!" ujar pria itu sambil mengibaskan tangannya ke baju sendiri.

Suzy terdiam mengamati gerak-gerik Seung Gi. Ah, bukan! Lebih tepatnya tercengang.

Sejijik itukah?

Memegang pundakku saja seperti habis memegang kotoran.

Dasar pria aneh! Sok suci!

Tanpa komentar, gadis itu langsung putar badan, lalu masuk ke kamar dan membanting pintu dengan kencang.

"Jangan marah-marah. Aku hanya menyuruhmu mandi, bukan menyuruhmu tinggal selamanya di kamar mandi!" teriak Seung Gi dibalik pintu, namun tak lagi mendapat gubrisan dari si penghuni kamar.

Lee Seung Gi berpindah ke ruangan lain. Ia akan menunggu di sana sampai sarapannya matang. Bosan tidak ada kegiatan, pria itu pun mengeluarkan ponsel dan mulai memainkannya.

Rupanya cara ini sangat ampuh mengusir jenuh. Terbukti, pria itu main game tanpa tahu waktu. Tiba-tiba sudah terdengar panggilan saja dari dapur.

Seung Gi beranjak menuju sumber suara. Ia segera merapat ke meja makan, lalu menyantap sarapan paginya tanpa banyak protes.

"Tidak mau berterimakasih?" tanya Suzy.

Melihat pria itu makan dengan lahap, perasaan Suzy seakan terbelah dua. Disatu sisi ia senang karena masakannya disukai, namun disisi lain ia juga kesal. Pria ini terkesan hanya memanfaatkannya saja. Seung Gi hanya peduli pada makanannya. Sebaliknya, ia justru mengabaikan si pemasaknya.

Love Is BlowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang