21. Tanda Hati

493 54 21
                                    

*Jangan lupa kasih vote dan komen yaa. Dukungan kalian sangat berharga bagi author*

******
"Bodoh! Jika kau menyukainya, kenapa kau biarkan dia pergi?"

Jun Ho mencak-mencak di tempatnya. Dia yang tadi memaksa Seung Gi cerita, malah sekarang jadi kesal sendiri setelah mendengar keseluruhan cerita Seung Gi mengenai pertengkaran hebatnya dengan Bae Suzy.

"Aku tidak menyukainya!" Untuk ke sekian kalinya Seung Gi memberikan penyangkalan. Jun Ho menghela napas kasar. Lagi-lagi jawaban sama yang dia terima.

"Mau sampai kapan kau terus-menerus mengelak? Kau tidak lihat seperti apa keadaanmu sekarang?"

Kacau dan berantakan, begitulah kondisi Seung Gi yang terlihat di mata Jun Ho. Pria yang terkenal mendewakan kebersihan itu malam ini terlihat mengalami perubahan drastis. Rambut acak-acakan, wajah kusut, serta kemeja yang dibiarkan terbuka pada dua kancing dibagian atasnya. Penampilannya kali ini benar-benar jauh sekali dari kesan rapi.

"Berapa kali ku katakan padamu, aku tidak menyukainya. Gadis jorok itu sedikitpun tidak mendekati tipe wanita idealku. Hanya pria bodoh yang akan jatuh cinta kepadanya," ucap Seung Gi bersungut-sungut. Di tempatnya, Jun Ho tampak mengangguk-angguk seolah menyetujui pernyataan sahabatnya itu.

"Kau benar. Hanya pria bodoh yang akan jatuh cinta pada gadis itu. Bahkan setelah mengetahui bahwa dirinya menyukai si gadis jorok, pria itu dengan tidak tahu malu masih terus-menerus menyangkal. Benar-benar bodoh!" timpal Jun Ho pelan. Kali ini dia selamat karena komentarnya tidak sampai ke telinga Seung Gi.

"Lihatlah! Karena si gadis jorok, pria bodoh ini bahkan melanggar banyak aturan yang ditetapkannya selama ini."

Jun ho mengamati Seung Gi yang tengah menuang wine ke gelasnya yang telah kosong. Dia sendiri masih tak habis pikir, Seung Gi yang sebelumnya anti pergi ke bar, malam ini tiba-tiba mengajaknya datang ke tempat tersebut.

Tidak sampai disitu saja, malam ini secara mengejutkan Seung Gi juga memesan berbotol-botol minuman alkohol. Padahal selama ini jenis minuman itu tidak pernah satu kalipun mendapatkan lirikan darinya.
***

"Boleh ayah masuk?" pinta Sung Joon disusul suara ketukan di balik pintu. Setelah mendapat persetujuan, kakinya mulai dilangkahkan memasuki kamar yang didominasi warna biru cerah itu.

"Bagaimama perasaanmu? Apa sudah merasa baikan?" tanya Sung Joon lembut. Tangis Suzy sudah berhenti. Gadis itu sekarang hanya duduk terdiam memeluk bantal dengan kedua mata sembab.

Sung Joon mengenyakkan bokongnya di tepi ranjang. Ditatapnya sang putri iba. Sempat terkejut ketika sore tadi dia melihat Suzy pulang dengan air mata menganak sungai. Untungnya tidak sulit meminta gadis itu bercerita. Meski harus tersendat-sendat dan ceritanya melompat ke sana-sini, namun secara garis besar sudah dapat Sung Joon simpulkan perkara yang tengah dihadapi sang putri dengan suaminya.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Akupun dulu pernah bertengkar hebat dengan ibumu. Saat itu usiamu baru tiga tahun. Kami berdua nyaris saja berpisah."

Sung Joon menjeda ceritanya. Wajah teduh itu tampak menampilkan segaris senyuman hangat. Namun dibaliknya, ada getir yang berusaha dia tahan ketika teringat mendiang istrinya yang sudah pergi 15 tahun silam.

"Untungnya pada saat itu ada kakekmu yang bersedia menjadi penengah. Dia meminta aku dan ibumu duduk bersama dan memberikan nasihat pada kami berdua. Yang paling ku ingat saat itu dia pernah berkata, "Masalah di dalam rumah tangga tercipta bukan untuk dihindari, tetapi untuk dihadapi bersama-sama. Pergi menjauh atau saling menghindar bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Itu hanya akan membuatnya berlarut-larut dan semakin bertambah rumit". Yang kau alami sekarang sudah pernah ku alami dimasa lalu. Jadi aku bisa mengerti sepenuhnya."

Love Is BlowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang