11. Mysophobia

335 59 26
                                    

*Jangan lupa kasih vote dan komen yaa. Dukungan kalian sangat berharga bagi author*

*******
Suzy baru pulang setelah matahari jatuh sempurna di kaki langit. Ia menyeret langkah dengan gontai. Sejenak berhenti di teras. Rasa malas menjalar tatkala teringat siapa yang akan ditemuinya di rumah besar itu.

Gadis itu mengembuskan napas berat. Sejak kejadian tadi siang, ia memilih berasing sejenak di rumah ayahnya. Puluhan kali ponselnya berdering. Dari kontak yang diberi nama 'Berengsek'. Namun tidak satu kalipun tangannya tergerak untuk menjawab. Ia malah sengaja memasang mode silent agar tak terganggu oleh suara-suara berisik itu.

Suzy menggeser pintu dengan mudah. Rupanya Seung Gi sengaja membiarkan pintu tidak terkunci. Suzy mendapati pria itu sedang bersantai ria di ruang tamu, dengan sebuah benda pintar berada di tangannya.

"Kau dari mana saja?" Melihat kedatangan Suzy, Seung Gi langsung menyimpan ponselnya. Kemudian bangkit dari sofa menghampiri gadis itu.

"Kenapa jam segini baru pulang?" Lihatlah, dia bertanya dengan santai sekali. Sedikitpun tidak tergambar raut penyasalan di lekuk wajah menyebalkan yang sialnya tampan itu.

Suzy tak acuh. Sengaja mengabaikan pria itu, ia membawa langkahnya menuju kamar tanpa mengucap sepatah katapun. Bahkan, tidak menoleh sedikitpun.

"Ya! Bae Suzy! Kau belum menjawab pertanyaanku!

"Ke mana saja kau seharian ini?

"Puluhan kali aku menghubungimu, kenapa tidak menjawab telepon dariku?"

Lee Seung Gi berupaya terus menyamakan langkahnya dengan Suzy. Tak henti-hentinya ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya berujung percuma sebab Suzy tetap betah bungkam, enggan bicara dengannya.

"Ya! Bae Suzy!"

Brak!!!

Beruntung pria itu berhenti tepat waktu. Sedikit saja dia terlambat, mungkin pintu itu sudah menghantam dan meremukkan pahatan wajahnya.

"Apa kau marah padaku?" Seperti inilah definisi lelaki tidak peka. Sudah jelas berbuat salah, masih saja bertanya. Ck!

Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Berulang kali Seung Gi mengetuk, hingga berakhir menggedor pintu dengan keras. Namun hasilnya tetap nihil. Sosok di dalam sana sama sekali tidak memberikan respon apapun.

"Baiklah, mari kita lihat. Sampai kapan kau bisa mendiamkan aku seperti ini!" Pria itu menyerah, lalu beranjak menuju kamarnya sendiri dengan pikiran luar biasa buncah.
***

Suzy menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Wajahnya ditelungkupkan di bantal menahan tangis. Kehilangan pekerjaan yang sudah dijalani selama dua tahun, tentu bukan hal mudah yang bisa dia terima begitu saja.

"Berengsek! Sialan!" Kata-kata umpatan itu sudah melewati bibirnya berulang kali.

Mungkin karena kelelahan, gadis itu akhirnya tertidur dalam posisi tengkurap. Matanya baru terbuka lagi setelah satu jam kemudian.

"Aish, aku tidak boleh ketiduran. Aku barus pikirkan cara untuk membalas Seung Gi!" ucapnya penuh tekad.

Sambil duduk bersila memeluk bantal, Suzy berupaya keras menguras otaknya untuk menemukan kelemahan pria itu.

"Apa yang Lee Seung Gi takuti?" tanya Suzy, lebih ditujukan ke dirinya sendiri.

Jika bicara tentang ketakutan, sepertinya ada banyak kejadian di luar nalar yang kerap Suzy temukan. Dimulai dari kecil, saat pria itu pingsan akibat terkena lumpur yang dilempari olehnya.

Love Is BlowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang